Unperfect Marriage

Elisabet Erlias Purba
Chapter #31

#31 Memo di Pintu Kulkas

Tom baru keluar dari ruang kerjanya, saat itu jam di dinding telah menunjukkan pukul satu malam. Semua pekerjaannya sudah kelar. Dia bahkan telah membuat desain bagi kamar Vanila, Tom ingin memastikan Vanila merasa nyaman dan besok dia akan meminta para tukang mulai melakukan persiapan pada perubahan kondisi kamar itu. Menggerakkan tubuhnya yang terasa kaku, Tom menyadari seluruh rumah telah sunyi dan sepi, Tom menebak Vanila dan anak-anaknya jelas sudah tertidur di kamar masing-masing.

Melangkah ke dapur, Tom membuka kulkas dan meraih sekotak susu dari kulkas, menuangkannya ke dalam panci. Memanaskan susu itu sebentar. Dengan gelas di tangan kanannya dan kotak susu di tangan kirinya, Tom membuka kulkas kembali untuk memasukkan sisa susu dalam kulkas.

Masih di depan pintu kulkas, sambil menegak susu di gelasnya-Tom memandangi dinding-dinding kulkas yang berisi hiasan kulkas dan memo-memo yang ditulis Vanila sekedar untuk mengingatkan dirinya sendiri pada aktivitas yang harus dia lakukan.

Tom mengamati pesan di lembaran kertas memo warna-warni itu. Paling atas ada pemberitahuan cek up Verzet esok hari. Lalu di bawahnya sebuah memo untuk membelikan suplemen buat papa ketika belanja bulanan.

Tom tersenyum senang saat membaca perhatian isterinya itu pada papanya. Dia pikir rutinitas Vanila memberikan papanya suplemen makanan berakhir saat papanya keluar dari rumah sakit, nyatanya Vanila masih melakukan hal itu walau mama dan papanya tidak berada satu kota dengan mereka, tapi di Bandung.

Memo lain tentang permintaan Dinda sarapan sandwich isi tuna besok hari. Tom tergelitik ingin tahu apakah Vanila mau membuatkannya saltimbocca. Saltimbocca adalah sejenis makanan dari daging sapi yang diiris tipis-tipis dibumbui dengan bumbu khas Italia dengan tusuk gigi. Makanan ini tidak ada di seluruh restoran Italia di Indonesia.

Vanila pernah mengikuti kelas khusus di kota Roma yang dianjurkan Alfredo salah satu chef restoran ternama di kota Roma ketika mereka berlibur ke kota itu dan dianjurkan menyantap makanan itu. Makanan yang cara mendapatkannya hanya dengan dua cara: membelinya di restoran terkenal atau memasaknya sendiri. Makanan itu tidak ada di sembarang restoran.

Kalau orang lain membawa sovenir berupa barang branded dari kota Milan, Vanila memilih mempelajari resep itu selama tiga hari dengan bantuan seorang penterjemah. Tom mengambil pulpen yang ada di atas kulkas lalu menulis masakan itu: Saltimbocca untuk Tom.

Lalu mata Tom menatap pada sebuah kertas mungil di sudut kulkas yang nyaris telah kekuningan namun laminating dengan bagus.

Selamat Hari anniversary kita yang kedua hari. Terima kasih karena walaupun kamu mahasiswi fakultas hukum kamu sudah mau menjadi komplotan pencuri bersamaku. Aku curi hati kamu dan kamu curi hati aku. ❤️

Tom tersedak saat membaca kertas itu lalu tersenyum. Itu memo cinta yang dia tulis pertama kali pada Vanila di hari kedua mereka resmi berpacaran. Tom tidak pernah menyangka Vanila menyimpan kertas memo itu bahkan melaminatingnya dan meletakkannya dengan manis di pintu kulkas. Entah sejak kapan Vanila menempel kertas mungil itu di pintu kulkas. Tom kini malu karena dia bahkan tidak pernah menyadari hal itu saat membuka tutup pintu kulkas.

Melihat memo itu yang memberi hasil yang manis pada hubungan mereka, Tom berniat membuat memo lainnya. Meletakkan gelas yang ada di genggamannya, Tom mulai menulis pesan di kertas memo.

Aku masih belum bisa mengerti bagaimana bisa aku menyakitimu dengan sebegitu dalam, tapi aku mohon maafkan aku. Kau dan anak-anak kita adalah segalanya bagiku, Vanila.

Tom

Tom melekatkan memo itu di dinding pintu kulkas. Memandanginya sesaat lalu tersenyum, melihat secercah harapan dalam hubungannya dan Vanila ke depan. Pengampunan buatnya. Sebelum Tom menaiki tangga dan kembali ke kamarnya di lantai dua, beberapa lamanya dia kembali memandangi pintu kamar yang kini ditiduri Vanila.

Selamat malam, Sayangku. Tidurlah yang nyenyak, Tom membatin.

***

Vanila sudah salesai menyapu dan mengepel seluruh rumah, hanya kamar anak-anak dan kamar Tom yang belum- rencananya akan dia bersihkan nanti sore pada waktu luang. Mesin cuci sudah berputar sedari tadi dan telah berhenti sendiri- seperti biasanya pengeringan otomatis telah berhenti.

Bergegas Vanila menuju mesin super yang sangat membantu itu, membuka tutup mesin dan meraih satu demi satu pakaian yang ada. Baru menggapai pakaian pertama, Vanila terkejut saat menemukan hasil cuciannya. Luntur. Sesuatu yang berwarna menodai pakaian-pakaian yang dia cuci. Melirik ke kiri dan ke kanan, Vanila menyadari bahwa dia tidak menemukan beberapa potong pakaian yang kemarin dia tinggalkan di keranjang cucian dan niatnya akan dia cuci terpisah.

Siapa yang memasukkan potongan pakaian-pakaian itu ke mesin cuci dan mencampurnya tanpa bertanya padanya? Tom..? Vanila bisa mencoret nama itu dari kecurigaannya, Tom terlalu sibuk untuk memperdulikan segala sesuatu di dalam rumah. Anak-anak? Tentu saja itu pekerjaan Verzet atau Dinda seperti kemarin-kemarin lalu, padahal Vanila ingat sudah pernah meminta Verzet dan Dinda bertanya dahulu padanya sebelum memasukkan potongan pakaian yang terpisahkan di keranjang pakaian sementara yang lain sudah terendam di mesin cuci. Namun hal itu tentu saja membuat Vanila bete di awal pagi.

Perlahan dia mengeluarkan kembali pakaian-pakaian itu, memisahkannya dalam tiga ember berbeda. Membawanya ke kamar mandi dan merendamnya kembali dengan detergen anti noda bagi yang berwarna dan tak menyebabkan luntur maupun pakaian dalang luntur yang terjadi, yang putih di rendam dengan pemutih.

Bergegas ke dapur, Vanila meraih handel kulkas, dia harus memasak sarapan pagi dan makan siang semuanya sekarang juga. Sandwich isi tuna buat gadis mungilnya yang suka menuntut, lalu mata Vanila terhenti pada kertas memo yang ditulisi oleh seseorang. Saltimbocca untuk Tom. Tom minta dia membuat masakan itu.

Lihat selengkapnya