"Sayang, aku sudah memecat Clara jadi bisakah kamu mulai memikirkan untuk memberiku maaf dan berhenti mengacuhkanku?"
Vanila mengingat kembali ucapan yang Tom katakan pagi tadi. Tom sudah memecat Clara, Tom meletakkan memo permintaan maaf di pintu kulkas pagi ini dan Tom bahkan pulang kantor lebih cepat dari biasanya. Belum banyak sih yang Tom lakukan untuk menunjukkan penyesalannya atas apa yang telah dia lakukan. Namun Vanila telah berjanji akan mempertimbangkan permintaan maaf Tom jika Tom memecat Clara. Apakah memang sebaiknya dia memberi Tom maaf? Vanila sudah menimbang-nimbang hal itu sedari tadi- tepatnya sedari Tom mengatakan kalimat itu.
Dia dan Tom telah menikah sepuluh tahun, itu bukan waktu yang singkat dan sebuah kenyataan lain bahwa dari pernikahan sepuluh tahun mereka kini ada dua makhluk manis yang harusnya mereka prioritaskan: Verzet dan Dinda.
Tet! Tut! Tut!
Suara brisik itu mengusik pemikiran Vanila. Wanita itu melongok ke kiri dan kekanan lalu menyadari bahwa dia telah melewati tugu perumahan Andy dan kini memasang sein kiri padahal ingin berbelok ke kanan. Mematikan sein, Vanila melanjutkan perjalanan, dia butuh berbelok beberapa meter ke depan agar menemukan jalan tikus ke perumahan mewah Andy Herline- seperti biasa untuk melanjutkan syuting film yang diadaptasi dari novelnya.
Dua puluh menit lebih lama dari waktu biasanya yang dia butuhkan mencapai rumah kediaman Andy Herline, Vanila akhirnya tiba di rumah itu. Rumah itu tampak sepi, tak ada kru film yang nampak pagi ini. Sejenak Vanila tertegun, apakah dia melakukan kesalahan hari ini?
Melirik arloji yang melingkari pergelangan tangannya, Mon- 18, arlojinya jelas menunjukkan waktu ini, seharusnya semua kru ada di sini untuk pengambilan beberapa scene sebelum kisah berakhir tragis. Namun mengapa tak ada satu pun kru yang terlihat? Seharusnya ada pemberitahuan kan jika syuting kali ini ditunda atau diundur?
Vanila merogoh saku celananya, meraih ponsel yang berbunyi. Sebuah massage dari group Kejamnya Kekasih, judul film yang diadaptasi dari novelnya. Gosip kedekatan Brigitta dengan Rizal muncul di bagian atas. Lalu foto sedih Andy di saat syuting di luar kota. Ada caption di sana ditinggal sang penulis... Dan serbuan kelakar para pemain dan pendukung film sambut menyambut akibat caption itu.
Apaan sih? Vanila risih sendiri. Dia bukan orang yang bisa berkelakar dengan mudah. Dia wanita bersuami, walaupun suaminya kini berselingkuh dan rumah tanggannya di ambang kehancuran, dia masih wanita bersuami. Dia tidak ingin orang lain menempatkan namanya di sembarang nama. Lalu mata Vanila berhenti pada sebuah komentar:
Narita: Andy dan penulis berciuman atau bisa kukatakan penulis mencium Andy. Bukankah ada sesuatu diantara mereka? Dan Andy jadi murung sepeninggalnya.
Jihan: Serius???? Kapan itu terjadi?
Cardoba: Sewaktu di Bali.
Alfi: It's so hot.
Kanaya: Bukan hanya panas, itu membakar semuanya.
Jihan: Sial, waktu itu gue nggak ikut. Nggak ada scene gue di sana.
Donita: Gue juga.Tapi maksudnya...lo lo semua pada ngintip mereka berciuman gituuu? Nggak rela gue....
Kanaya, Jihan, Cardoba menulis bersamaan: Enak saja kita nggak ngintip!!! Catat itu!!!
Elrum: Maksud kalian mereka berciuman di tempat terbuka?????
Vanila: saya sudah bilang itu hanya sebagai rasa tanggungjawab saya untuk memastikan Andy Herline berakting dengan sempurna sesuai permintaan Produser pada saya. Kalian tahu jelas alasan saya mengikuti syuting hanya untuk memastikan itu. Bukankah saya sudah menjelaskan hal itu pada saat kejadian untuk menghindari kesalah pahaman?Berhenti membicarakan saya di belakang saya.