Tom baru tiba di sekolah Verzet. Saat itu jam istirahat sekolah. Dari kejauhan dia bisa melihat putranya itu tengah berjalan menyusuri koridor sekolah yang ramai oleh siswa lainnya, di punggungnya Verzet menggendong tasnya lalu seorang siswa laki-laki merangkul akrab pundak putranya itu. Tom menarik nafas lega saat menyadari bahwa ternyata putranya itu tidak terlalu kuper. Verzet masih memiliki teman di sekolah. Itu bagus.
"Lo ingat kerjain tugas rumah kita-kita. Nih bukunya gue, Dino dan Bos Alfa. Bos Alfa bilang kalau lo berani ngerjain homework itu asal-asalan lagi, lo bakal habis. Jadi kerjain yang bagus." Budiman yang ternyata namanya jauh dari tingkahnya itu membisikkan ancaman pada Verzet sambil meletakkan buku-bukunya dan kedua sahabatnya di tangan Verzet. Tepat ketika itu Tom berteriak dari kejauhan memanggil putranya itu.
"Verzet!" Tom melambaikan tangannya dengan wajah girang. Mengejutkan Verzet. Sementara wajah Budiman menegang.
"Papa?"
"Papa lo?" Celetuk Budiman kaget. Verzet mengangguk. "Awas kalau lo berani ngaduin kita ke bokap lo, abis lo. Gue cabut." Budiman masih sempat-sempatnya mengancam Verzet sebelum melangkah pergi. Verzet mengepalkan tangannya dengan kesal. Suatu saat nanti dia akan membalas Alfa and the gank. Lihat saja...geram batin Verzet.
"Itu teman kamu?" Tom bertanya setelah berada di sisi putranya itu. Verzet mengangguk saja. Malas cerita. "tapi kok langsung pergi waktu lihat Papa?" Lanjut Tom sedikit merasa aneh.
"Udah ditunggu yang lain di kantin sekolah." Verzet berdusta. Tom manggut-manggut. Lalu pandangan Tom tertumbuk pada beberapa buku yang ada di tangan Verzet.
"Buku-buku Kakak kok nggak dimasukin ke tas saja? Sini biar Papa bantuin masukin." Verzet menolak bantuan itu. Bergegas dia melepaskan tali tasnya dari pundaknya dan segera memasukkan buku-buku yang diberikan Budiman padanya.
"Biar Papa yang bawain tas kamu."
"Verzet bisa sendiri, Pa. Verzet sehat." Tom mengamati gerak mata Verzet yang menjelajah melihat wajah seluruh siswa siswi yang ada di sepanjang koridor sekolah. Jelas tahu bahwa putranya itu tak ingin dipandang sebelah mata oleh teman-temannya. Tom memaklumi keinginan Verzet dan membiarkan putranya itu membawa tasnya sendiri.
"Papa nggak lihat Mama. Apa Mama nggak jemput kamu hari ini? Tapi Papa lihat sekarang waktu kunjung ke rumah sakitkan?" Tom tak bisa menahan keingin tahuannya atas keberadaan Vanila.
"Tadi Mama bilang mau ke toilet sebentar. Tapi ngelihat lamanya sih... paling Mama pergi nemuin Pak Gino lagi." Verzet berceletuk pelan saat mereka telah melintasi koridor sekolah dan kini berjalan di halaman sekolah.
"Verzet!" Suara panggilan itu membuat Tom dan Verzet menoleh bersamaan, Vanila terlihat melangkah tergesa menuju keduanya dan jelas terlihat kaget menemukan Tom bersama Verzet. "Maaf, Mama agak lama." Vanila berkata tanpa menyapa sang suami.
"Hmm." Jeda sebentar. Verzet menarik nafasnya. "Mama nemuin Pak Gino kan?" Vanila sedikit kaget akan sikap jutek Verzet. "Verzet udah bilangkan Ma kalau Verzet baik-baik saja. Berhenti mempermalukan Verzet."
"Mama nggak berniat mempermalukan kamu. Mama cuma meminta Pak Gino sedikit memberi kelonggaran pada kamu saat latihan fisik terlalu berat. Mama nggak mau kejadian kemarin lalu terulang lagi- kamu jatuh di pelajaran olahraga." Vanila mencoba menyatakan kecemasannya.
"Sama aja Mama mempermalukan Verzet. Beberapa anak juga kelelahan, juga ada yang jatuh. Mamanya nggak perlu datang."
"Tapi kamu beda.." Tom menatap Vanila dan menggelengkan kepalanya untuk menenangkan isterinya itu. Tangannya membelai lembut punggung Vanila. Vanila buru-buru menghindari sentuhan itu dengan mengambil jarak. Mempercepat langkahnya menuju lapangan parkiran sekolah. Kemudian menunggu Verzet di atas mobil.
"Biar aku yang mengendarainya," pinta Tom saat dia tiba di sisi mobil Vanila sementara Verzet telah mengambil posisi di jok belakang.
"Dimana mobilmu?"
"Aku pinjamkan ke salah satu rekan kantor. Tadi ada pertemuan bisnis dengan salah satu klien." Vanila menurut turun dari atas mobil dan berpindah ke sisi kursi depan- di samping pengemudi, membiarkan Tom duduk di belakang setir. Tidak mungkin juga menolak Tom dan bertengkar di depan Verzet.
Sebentar kemudian mobil telah meluncur keluar dari kawasan sekolah.