Langkah Vanila terhenti sejenak di depan kamar tidurnya dan Tom. Tangannya mendekap beberapa pakaian dari dalam lemari kamar belakang yang selama beberapa hari ini menjadi kamar pengungsiannya. Hanya beberapa potong pakaian yang akan dia gunakan saat ini- usai mandi. Dia tak membawa banyak pakaian karena di kamar tidurnya dan Tom juga masih banyak tersimpan pakaiannya. Dia sukses berjingkat-jingkat sembunyi-sembunyi menuju ke kamarnya dan Tom agar papa dan mama mertuanya tidak melihatnya. Kini langkahnya terhenti. Ada sebuah bed cover terbentang di lantai lengkap dengan bantal dan guling. Si guling bahkan yang telah terlempar ke sembarang arah.
Apa sih yang dilakukan Tom? Hati Vanila bertanya-tanya. Kamar tidur mereka jadi berantakan sejak dia tidak tidur di kamar ini dan sejak dia tidak memasuki kamar ini lagi.
Bergegas Vanila mulai membereskan seluruh isi kamar. Melipat bed cover yang tergeletak di pantai kamar, meletakan bantal dan guling pada posisinya dan merapikan beberapa buku-buku dan kertas tugas Tom yang berserakan di lantai dan meja riasnya yang kini berubah dipenuhi file-file tugas Tom. Setelah semua selesai barulah Vanila berniat mandi.
"Vanila!"
Suara panggilan dari ibu mertuanya itu membuat Vanila yang telah berada di dalam kamar mandi, buru-buru keluar dari dalam kamar mandi dan meletakkan lipatan pakaian ganti yang ada di tangannya ke atas permukaan tempat tidur lalu bergegas ke bawah.
"Ya, Ibu?"
"Kamu kok lama di atas? Belum mandi juga?"
"Iiiya, Bu." Vanila tersenyum kikuk, "tadi masih ada yang harus dikerjain."
"Padahal Ibu sama Bapak udah lapar."
"Vanila siapin makanan Bapak dan Ibu dulu terus Vanila mandi."
"Jadi kita tidak makan bersama?"
"Nanti malam saja, ya, Bu bareng sama anak-anak." Vanila bergegas meraih peralatan makan, lalu bergegas mengisinya dengan hidangan makanan yang ada di panci. Semangkok sup jamur yang masih panas, ikan gurame asam manis, ayam pop, rebusan dan sambel terasi, nasi dan buah.
Vanila mengisi piring kedua mertuanya dengan nasi dan lauk pauk. "Kamu juga mau makan, Pa?" Vanila bertanya pada Tom yang datang bersama bapak mertuanya.
"Kamu makan juga nggak?" Tom menatap nanar ke meja makan.
"Aku nanti saja. Mau mandi dulu terus jemput anak-anak. Bentar lagi juga Verzet udah pulang."
"Kalau gitu aku makannya nanti saja. Sama kamu."
"Jangan ikutin Vanila, nanti kamu bisa sakit, Tom," Mama Tom angkat suara memperotes keputusan Tom, "kalau kepala keluarga sakit keluarga bisa bahaya. Jadi kepala keluarga itu harus sehat."
Tom tertawa kecil mendengar nasehat mamanya. "Malah menurut Tom kalau seorang ibu sakit, keluarga bisa bahaya, Ma. Tom aja ditinggal Vanila bentar-satu rumah udah berantakan kayak kapal pecah, anak-anak makannya terpaksa makanan ala kadarnya kalau nggak makan di luar mulu." Vanila menatap Tom. Tawa renyah Tom. Tatapan mata Tom yang hangat. Tom masih membelanya di depan kedua orang mertuanya. Hati Vanila tersentuh. "Lagian nggak mungkin jugakan Tom sakit hanya karena telat makan sesekali. Selama ini Vanila terus memastikan Tom makan makanan sehat juga makan teratur."
"Ya, udah. Gih sana kamu mandi, Van. Yang cepetan biar suami kamu nggak kelamaan nungguin kamu. Terus kalian makan berdua baru jemput anak-anak berdua."