Tom sedang sibuk di depan komputernya setelah menyelesaikan wawancara dengan beberapa calon sekertaris barunya. Mengamati hasil wawancara yang telah dirangkum olehnya dalam bentuk tabel, lalu suara ketukan terdengar dari luar pintu ruangannya.
"Ya, masuk." Tom memberi izin. Matanya masih menekuni data-data di komputer.
"Selamat pagi menjelang siang, Pak Tom." Suara lembut itu terdengar membuat Tom mau tak mau mengangkat kepalanya. Mendongak menatap sosok cantik yang menyapanya. Sedikit kaget Tom menemukan wanita itu ada di ruangannya dan bukan di ruangan sang suami wanita itu.
"Bu Neli?" Tom berdiri dengan kaget dan menyapa.
"Ya, saya, Pak." Neli membasahi bibir merah mudanya ketika berbicara. Tangannya terjulur pada Tom. Tom tahu ada sesuatu tentang wanita bernama Neli Putry Mandala ini yang membuatnya harus menjaga jarak. Dandanannyakah? Atau gaunnya yang dipenuhi belahan yang membuat wanita itu nampak seductive? Maybe both.
"Ada yang bisa saya bantu? Kalau Anda tersesat hendak ke ruangan suami Anda, saya bisa panggilkan Pak Brian melalui sambungan telepon..."
Nela terkikik kecil. Jari-jari bermanikur cantik berwarna-warni itu terjulur menyentuh lengan jas Tom. Membuat Tom buru-buru menurunkan tangannya dari handel telpon. "Masa sih saya tersesat, Pak Tom? Saya bukan anak perempuan berusia lima tahun, I am a women. Saya seorang perempuan dewasa yang bahkan bisa membuat anak perempuan." Neli terkikik lagi. Tangannya mengelus pelan jas yang dikenakan Tom. Tepat di bagian dada Tom, ekspresinya nampak penuh minat. "Armani."
"Maaf, Bu Neli kalau tidak ada yang ingin Anda bicarakan, tolong tinggalkan ruangan saya. Banyak yang harus saya kerjakan saat ini." Tom menurunkan tangan Neli dari dadanya dan segera memberi jarak diantara mereka.
"Ohh, tentu saja saya datang karena kita punya sedikit masalah diantara kita."
"Masalah? Diantara kita?"
Neli terkikik kembali saat melihat kebingungan yang bercokol di wajah Tom. "Maksud saya bukan kita secara langsung, Pak Tom, tapi putra-putra kita. Saya sudah mendengar kabar dari Brian kalau Meo suka berlaku jahat pada Verzet. Saya sangat menyesali hal itu, Pak Tom. Saya bahkan tidak bisa tidur karena perasaan menyesal ini. Saya tidak sabar menunggu datangnya pagi agar saya bisa meminta maaf secara langsung pada Anda." Neli menunjukkan rasa sesalnya yang mendalam dengan bersujud tiba-tiba di hadapan Tom yang seketika terkaget-kaget.
"Bu Neli, tidak perlu begitu." Tom bergegas mendekati wanita cantik itu dan segera membantunya untuk berdiri. Namun entah disengaja atau tidak, Neli tersandung dan membuatnya refleks memeluk leher Tom membuat keadaan keduanya berubah tak nyaman.
"Hmmm." suara dehem yang terdengar dari ambang pintu yang dibuka tanpa izin itu membuat tangan Tom segera melepaskan gelayutan lengan Neli di lehernya. Lalu mengambil jarak. Tom menatap dengan kaget wajah yang muncul di ambang pintu.
Clara? Batinnya menyebut nama itu. Bukannya dia sudah meminta para satpam untuk tak mengizinkan wanita ini menginjakkan kakinya di area gedung PT Clement Construction? Bagaimana bisa dia masuk? Dan kalau pun dia masuk ke gedung Clement Construction bukankah tidak mudah masuk ke tingkat tertinggi gedung ini?
"Pagi...oh, atau aku harus mengucapkan selamat siang, Tom?" Suara Clara yang seksi seseksi penampilan wanita itu kini, menerpa pendengaran Tom. Clara menatap tajam pada Neli. "Kau sedang bermain dengan mainan barumu?" Sudut bibir Clara tertarik menciptakan sebuah senyuman merendahkan pada Neli.
"Kau bilang apa?! Mainan baru?!" Neli memekik protes, "Jaga mulutmu?! Kau bahkan belum tahu siapa aku!"
Tak menggubris ucapan Neli, Clara malah mengalihkan tatap pada Tom. "Apa Vanila tahu ini?"
"Benar-benar tidak punya sopan santun," maki Neli marah, dia bergerak menarik lengan atas Clara hingga kedua wanita itu saling berhadapan. "Aku sedang bicara denganmu!"
"Dan aku tidak sudi bicara denganmu." Clara mendorong dengan keras tubuh Neli hingga wanita itu terdorong ke belakang dan nyaris saja jatuh andai Tom tidak dengan sigap menahan tubuh Neli. Tubuh Tom dan Neli kembali saling berbenturan.
"Bu Neli, sepertinya pembicaraan kita sudah selesai. Saya sudah memaafkan Alfa dan Pak Brian tahu itu. Semoga kedepannya anak-anak kita bisa menjadi teman yang lebih baik. Bisa tinggalkan ruangan saya? Dan begitu juga denganmu, Clara. Keluar dari ruanganku sekarang juga." Tom menyelesaikan pembicaraan dengan Neli dan Clara. Namun hanya Neli yang kemudian dengan perasaan enggan akhirnya keluar dari ruangan Tom. Seharusnya Tom tahu Clara tidak akan semudah itu diusir. Clara nyaris memiliki temperamen yang sama dengannya. Tidak menerima penolakan dan keras kepala.
Clara tertawa kecil. Melangkah ke sisi Tom. "Aku yakin kau akan kaget saat tahu siapa yang mengizinkanku masuk ke ruanganmu." Clara meletakan clutch yang dia tenteng di atas meja kerja Tom.