Unperfect Marriage

Elisabet Erlias Purba
Chapter #56

#56. Resepsi Pernikahan 2

Pembicaraan Tom terhenti saat dia mendengar suara pecahan kaca dan pekikan keras suara ibu-ibu yang tadinya menjadi teman bergerombol Vanila, melirik ke arah kerumunan ibu-ibu itu kembali, Tom baru menyadari bahwa kerumunan itu telah menghilang. Para ibu sekarang pergi entah kemana termasuk Vanila. Yang bersisa di sana hanya dua orang waiters yang sedang membersihkan kekacauan yang terjadi.

Tom celingak-celinguk kesana-kemari. "Ada apa, Tom?" Pak Abednego yang merupakan salah satu pemilik saham Clement Construction walau dalam jumlah terkecil ikut-ikutan melongok kesana-kemari.

"Saya sedang mencari Vanila, Pak, tadi dia ada di sana bersama para ibu-ibu, tapi sekarang.... Saya permisi semua, Bapak-bapak. Saya harus mencari isteri saya." Tom melangkah dengan tergesa tanpa menunggu jawaban yang lain. Meninggalkan Clara yang terlihat bete karena perhatian berlebih yang diberikan Tom kepada Vanila. Clara juga ingin segera pergi dari kerumunan para pengusaha ini untuk menyusul Tom.

***

"Pa, kita nggak usah kesana," Neli menahan langkah suaminya yang hendak bergabung bersama para karyawan Clement Construction untuk sekedar bersilahturahmi dan mengucapkan selamat kepada Pak Wie dan Clara.

Apes banget, bisik hati Neli sejak pertama kali pasangan pengantin baru Clement Construction itu muncul di depan panggung karena Neli segera menyadari bahwa pengantin perempuan Pak Wie adalah wanita centil yang mencoba menggoda Tom siang tadi. Wanita yang berseteru dengannya. Pantes perempuan itu nampak pongah saat berbicara di kantor Tom.

"Kita harus menemui mereka, Ma. Mama tahukan posisi Papa di perusahaan??? Mosok pemilik perusahaan berpesta, Papa nggak menemui mereka."

"Kamu ini...sekarang nggak mau dengerin aku."

"Bukan nggak mau, Ma. Kali ini saja Mama yang dengerin Papa. Satu kali aja. Setelah itu, Papa akan dengerin Mama." Brian menarik sedikit tangan isterinya untuk mengikutinya.

"Tapi minuman aku belum habis ini," Nelj membuat alasan pada Brian yang menariknya. Di tangannya masih terdapat gelas kristal berisi koktail. Namun suaminya itu kini benar-benar tidak mau mendengar. Neli janji pada dirinya sendiri dia akan benar-benar menghajar Brian bila nanti tiba di rumah.

Neli dan Brian belum benar-benar tiba diantara para pengusaha itu, tapi mata Neli telah bersua tatap dengan manik mata Clara yang sedari tadi terlihat celingak-celinguk tak jelas. Jelas Neli bisa melihat amarah di wajah wanita itu padanya. Menarik tangannya dari genggaman tangan Brian yang segera menyapa Pak Wie, Neli memilih mundur ke belakang punggung suaminya itu.

Namun Neli kaget luar biasa saat merasakan Clara mendorong tubuhnya, membuat kakinya tersandung dan membuat tubuhnya terhuyung. Neli refleks menarik tubuh Clara agar tidak terjatuh membuat Clara terkaget-kaget. Clara berjuang untuk menyeimbangkan tubuhnya yang tertarik. Untungnya dia pencinta gymnastic sehingga tak sulit baginya menyeimbangkan tubuh. Dia dan Neli tidak terjatuh. Sesaat, Neli merasa beruntung karena tak sampai mempermalukan diri di hadapan semua pengusaha yang ada di pesta ini. Namun celakanya accident itu malah membuat koktail yang ada di gelas kristal yang tengah dia pegang menumpahi gaun mewah Clara menciptakan noda besar di gaun Clara yang mahal. Seakan belum juga puas pada masalah, Neli menyadari bahwa telapak tangannya bahkan nemplok di dada wanita galak itu.

"App...pa...Apa yang kau lakukan padaku?!" Clara memekik shock dan segera memukul tangan Nela yang segera menarik tangannya dari permukaan dada wanita itu. Lalu refleks memundurkan langkahnya. Namun, nasib apes sepertinya masih bercokol padanya, tanpa siapa pun menyadari ternyata Neli menginjak bagian bawah gaun Clara yang memang menyapu lantai. Clara terhuyung, bagian bawah gaunnya robek panjang. Dia jelas bakal terjerembab jatuh membentur lantai andai Brian tak dengan sigap menangkapnya.

Clara masuk ke dalam pelukan Brian. Hanya sesaat sih karena dengan suara gemetar penuh amarah, Clara memberi perintah agar Brian melepaskan pelukannya. "Lepaskan aku!"

"Maaf. Maaf, Bu Clara," Brian berkata dengan terbata-bata penuh penyesalan. "Isterimu itu..." Memutar tubuh penuh amarah, Clara menatap Neli yang kini nampak kikuk. Andai Clara bukan isteri Pak Wie- dia akan bersuara lantang memaki wanita itu sekarang juga: wanita itu yang coba mendorongnya dan kini menyalahkannya atas apa yang wanita itu alami sebagai konsekuensi perbuatannya. "Kau sengaja melakukan hal ini padakukan?!" Clara memekik tanpa menyadari pakaiannya yang robek. Pak Wie bergegas mendekati istri barunya itu.

"Sayang, pakaian kamu..."

"Aku ingin mereka meminta maaf padaku saat ini juga, Sayang atau pecat mereka saat ini juga dari Clement Construction."

"Apa?" Brian memekik kaget. "Bu Clara, Pak Wie saya mohon ini hanya ketidak sengajaan. Istri saya tidak akan pernah dengan sengaja melakukan hal itu."

"Sayang, maafkan mereka?" Pak Wie membujuk sang isteri yang nampak masih kesal.

"Hanya jika wanita itu mau berlutut di hadapannku." Clara menatap tajam wajah Neli yang nampak marah.

"Sayang, minta maaf pada Bu Clara," Brian meminta.

Lihat selengkapnya