Unperfect Marriage

Elisabet Erlias Purba
Chapter #60

#60. Hari Pertama Berpisah

Tom melajukan mobilnya menembus gelapnya dini hari. Dia telah mencari Vanila dan anak-anaknya kesegala penjuru Jakarta. Dari selatan ke utara dan dari timur ke barat, tapi Vanila tak jua dia temukan. Vanila tidak datang ke rumah mendiang ayah mertuanya- rumah Vanila dulu ketika masih gadis dan rumah pertama mereka di awal pernikahan. Satu-satunya tujuan yang masuk akal bagi Tom yang dia yakini ada di benak Vanila- ternyata hanya membawanya pada kegagalan dan makin hilangnya jejak isteri dan anak-anaknya. Lebih parahnya lagi Vanila bahkan tidak mengangkat panggilannya dan tak juga membaca puluhan pesan di WhatsApp-nya. Dimana Vanila? Tom menyugar rambutnya setelah itu memukul stir mobilnya berkali-kali.

Tom masih melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi hingga sebuah kijang Innova yang melaju sama kencangnya dengannya dari arah berlawanan di malam yang telah sangat larut ini memaksa Tom memutar stir dengan cepat dan menurunkan laju sebelum merem dengan keras hingga mobilnya benar-benar terhenti. Menyadarkannya bahwa caranya lari dari kemarahannya pada dirinya sendiri salah. Tom memilih keluar dari dalam mobil. Dadanya terasa sesak oleh kesedihan dan penyesalan.

Bagaimana bisa Vanila melakukan hal ini padanya...Tom berpikir keras apa yang ada di benak Vanila malam tadi hingga Vanila nekat minggat dan membawa pergi anak-anak mereka di tengah malam seperti tadi. Apa Vanila mendengar perkataan mama saat perbincangan mama dengannya beberapa saat sebelumnya? Namun seharusnya juga Vanila mendengar bahwa dia tidak akan pernah menceraikan Vanila.

Ya, Tuhan seharusnya Vanila bisa bersikap sedikit sabar mendengarkan penjelasan darinya.... bukan membombardirnya dengan segala pertanyaan dan perkataan aneh dari benak wanita itu. Seharusnya Vanila sadar bagaimana dia terkejut luar biasa dan nyaris pingsan saat tahu bahwa isteri Pak Wie ternyata Clara Chang. Saat memandangi wajah Clara, seluruh ucapan wanita itu di hari pemecatannya berpendaran di benaknya. Clara pernah bilang wanita itu akan membalasnya dengan menyakiti Vanila dan anak-anaknya. Dia berpikir keras apa yang tengah direncanakan Clara ke depan. Apa maksud Clara dengan menggoda Pak Wie, duda berusia enam puluh lima tahun itu yang putranya bahkan sebaya usia Clara.

Bertanya-tanya dalam hati apakah malam ini, di depan seluruh tamu pesta, Clara akan mengumumkan pemecatannya di depan banyak orang dan membumbuinya dengan cerita yang lebih dramatis lagi, seperti sebuah cerita yang bisa menghancurkan harga dirinya sebagai seorang suami, seorang ayah, seorang pimpinan perusahaan, seorang pria di depan banyak orang...? Dia menunggu itu dengan cemas. Mengawasi Clara dengan serius. Kemudian suara tepuk tangan panjang menyadarkannya: bahwa Clara tak melakukan apa-apa. Clara tidak menceritakan segala rahasia antara mereka, Clara tidak meminta Pak Wie memecatnya malam ini. Jadi apa mau wanita itu? Ketika dia kembali duduk di kursi dan Vanila berwajah muram durja, dia ingin menceritakan semua pikiran dan keresahannya pada Vanila. Namun Vanila keburu pergi dengan alasan haus dan dia terjebak dalam pembicaraan panjang tentang ekonomi dengan Pak Wie hanya untuk memastikan apakah pemilik dua puluh persen saham Clement Construction- tempatnya bekerja itu sudah tahu segala hubungan yang pernah terjadi sebelumnya antara dia dan Clara? Setelah pembicaraan panjang itu, Tom menyadari Pak Wie tidak tahu apa-apa. Jadi apa yang akan Clara lakukan. Apa mungkin wanita itu bertobat?

Kini, saat ini Tom menyadari hal ini lah yang diinginkan oleh Clara, menghancurkan kepercayaan Vanila padanya dan membuat dia menyadari Vanila- isteri baik hatinya itu tidak mempercayainya lagi... Vanila yang kehilangan kepercayaan padanya membuat semua ini mudah bagi Clara... Vanila yang berkata memaafkannya, tapi terus memikirkan dia pernah menyelingkuhi wanita itu. Vanila yang selama ini berkata memaafkannya, tapi kemarin mengungkit semua dosa-dosanya bahkan di hadapan kedua orang tuanya dan memaksa dia mengungkit juga kesalahan yang pernah Vanila lakukan bersama Andy Herline. Vanila bilang dia mencium Clara, padahal dia sudah bilang Clara yang memaksa menciumnya. Ahhh, semua penjelasannya omong kosong di mata Vanila karena dia tidak mendorong Clara, tidak menampar wanita itu.... Vanila seharusnya sadar dia bukan pria seperti itu. Mamanya mengajarinya untuk tidak menyakiti wanita. Vanila seharusnya paham itu. Berapa banyak wanita yang mengejarnya dan berapa orang yang pernah menjadi kekasihnya? Dia bukan pria pemberi harapan palsu. Dia tidak suka menyakiti hati wanita mana pun bukan hanya hati Clara. Juga terlebih hati Vanila.

Karena itu dia mengekang mulutnya untuk tidak berkata bahwa penyebab dia berselingkuh adalah Vanila. Vanila yang tidak lagi memperdulikan dirinya, Vanila yang bertahun-tahun didera ketakutan akan keadaan putra mereka sehingga dia hanya menemukan Vanila yang cemas, resah, kelelahan karena urusan rumah dan Verzet, tapi selalu menolak saat dia menyuruh menggantikan tugasnya dengan assiten rumah tangga- dan mengganti penjagaan Verzet dengan baby sitter. Bahkan pernah dia membawa seorang baby sitter ke rumah-keluaran jasa penyediaan baby sitter bonafid yang berafiliasi dengan rumah sakit ibu dan anak yang telah bersertifikasi. Saat itu Vanila sedang tertidur karena kelelahan. Ketika dia bangun dan menemukan si baby sitter menggendong putranya Vanila langsung panik. Dia takut Verzet bakal terserang asma karena baby sitter itu belum mandi sehabis tiba di rumah. Setelah meyakinkan Vanila bahwa dia sudah menyuruh si baby sitter mandi sebelum menggendong Verzet pun Vanila tidak lega. Malam hari dia masih berlari ke kamar Verzet. Hari-hari selanjutnya Vanila terus memaksa merawat Verzet dengan alasan baby sitter tidak tahu ini dan itu padahal jelas baby sitter itu paham semua tugasnya dan keadaan Verzet. Hal itu memicu pertengkaran diantara mereka dan membuat Vanila menangis di sisi ranjang Verzet. Mulai hari itu dia memberhentikan si baby sitter dan membiarkan Vanila melakukan semua keinginannya. Merawat Verzet. Dia hanya berusaha menjadi pria mandiri yang tidak mengeluh bahkan untuk soal percintaan mereka. Kadang dia bergurau dalam hati bahwa dia sudah merapel semua haknya untuk bercinta dengan Vanila di awal pernikahan mereka.

Selain itu, kenyataan bahwa Vanila tidak mengenal wanita itu seperti dia mengenal Clara... Dia hanya tidak ingin Clara makin nekat. Dia yakin sekali jika dia kali ini bersikap keras pada Clara, Clara bakal melakukan sesuatu yang lebih ekstrim dan mungkin saja menuduhnya melecehkan wanita itu. Orang-orang akan lebih percaya Clara dan ini akan menjadi masalah besar bagi mereka, bagi rumah tangga mereka. Apa Vanila bisa menghadapi keadaan jika dia digunjingkan melakukan pelecehan pada isteri baru pemilik saham Clement Construction? Apa Vanila dan anak-anaknya akan baik-baik saja jika dia berada dalam tahanan? Pernahkah Vanila memikirkan itu? Dan dia tidak diberi kesempatan menjelaskan semua itu. Ahh, lagi pula dia juga malas menjelaskannya karena Vanila tidak akan percaya juga. Serapuh inilah rumah tangga mereka saat ini.

"Vanila!!!!!" Tom meneriakkan nama itu.

Drrrttttt.... Drttttt..... Suara panjang ponsel Tom mengembalikan seluruh kesadaran Tom. Dia berlari ke dalam mobilnya dan menyambar ponsel itu bahkan tanpa melihat siapa yang menelponnya.

"Tom, cepat ke rumah sakit." Suara mamanya terdengar panik dan sayup-sayup suara sirine mobil ambulans terdengar. "Papa anval."

Tubuh Tom terhuyung, tapi dia masih menguatkan diri agar tidak terjatuh. Menundukkan kepalanya, Tom memilih bertopang dengan sebelah tangan terjulur ke bodi mobilnya. "Tom akan segera ke rumah sakit, Ma."

"Kamu sudah menemukan Vanila?"

"Belum, Ma. Belum." Tom bersuara pelan, "Mama yang kuat, ya. Jangan sakit, Ma."

"Kamu juga jangan sakit, Tom. Mama nggak sanggup hidup kalau kehilangan Papa dan kamu juga." Isak mama terdengar. "Apa Vanila pergi karena Mama memintamu mempertahankan anak-anak? Apa dia mendengarnya? Kamu tahukan niat Mama bukan begitu? Mama hanya berpikir jika anak-anak bersamamu, Vanila akan bertahan denganmu. Hanya itu cara agar Vanila mempertahankan pernikahan kalian. Selaku wanita Mama bisa melihat kemarahan yang besar di matanya yang membuat dia siap mengambil keputusan perceraian. Mama yakin saat kamu diberi kesempatan sekali lagi, kamu akan menjaga Vanila dan anak-anak kalian, Mama yakin kamu tidak akan mengulangi kesalahan itu karena Mama tahu kamu tidak bodoh. Mama tahu kamu mencintai Vanila kan? Karena Mama percaya anak Mama..."

"Aku selalu mencintainya, Ma. Menurutku sepertinya Vanila hanya mendengar Mama memintaku mempertahankan anak-anak, karena itu dia pergi. Jadi ini hanya kesalah pahaman. Mama nggak perlu cemas, saat kami bertemu- masalah ini akan segera selesai, Ma." Tom mencoba menenangkan ibunya, walau air matanya juga telah jatuh berderai. Saat ini dia ingin Vanila menggenggamnya. Namun Vanila tak ada.

Setelah pembicaraan berakhir, Tom bergegas memasuki mobilnya. Sebelum mengendarai kembali mobilnya, Tom mengirim sebuah pesan singkat ke ponsel Vanila.

Lihat selengkapnya