Unperfect Marriage

Elisabet Erlias Purba
Chapter #62

#62. Liburan yang Kacau

Tom mengacuhkan telponnya yang berbunyi berisik sedari tadi. Nomor baru yang ternyata adalah Clara itu membuat dia malas menerima telepon. Untung tadi dia agak sibuk dengan urusan penanganan papanya oleh para dokter hingga mengacuhkan bunyi ponsel itu. Dan memaksa Clara memperkenalkan diri padanya melalui pesan teks.

"Kamu balik ke rumah dulu gih." Mama berkata saat Tom akhirnya bisa membaringkan tubuhnya di sofa. Papanya sudah tertidur usai makan memakan obat jantungnya setengah jam yang lalu. Thanks for God, papanya nggak sampai mengalami gagal jantung. "Dokter Nicolas sudah bilang Papa udah baik-baik saja. Kamu istirahat dulu. Kalau kamu sakit nanti malah lebih berabe."

"Iya, Ma. Bentar lagi." Tom menjawab tanpa mengalihkan pandangannya dari layar ponselnya. Chat yang dia tulis pada Vanila di aplikasi WhatsApp bercentang dua. Jelas massage yang dia kirim sampai hanya tak juga dibaca Vanila. Ketika ditelpon, hape Vanila jelas aktif hanya saja Vanila juga tidak mengangkatnya. Nggak seharusnya Vanila kekanak-kanakan seperti ini.

Tapi, tunggu... Tom memukul kepalanya. Goblok nian dia. Sekolah Verzet dan Dinda! pekik batinnya kegirangan. Dia belum mencari kedua anaknya itu kesana. Melompat bangun dari berbaring, Tom menganggetkan mamanya.

"Tom pergi dulu, Ma."

"Mau kemana kamu, Tom?"

"Ke sekolah Verzet dan Dinda, Ma," bisiknya sambil mengecup pipi kiri mamanya.

"Semoga kamu segera bisa kumpul kembali dengan Vanila dan anak-anak kalian, ya." Mama mengecup pipi Tom sebelum Tom pergi dengan tergesa-gesa.

***

Jam pelajaran di sekolah jelas sudah dimulai sedari dua jam yang lalu. Ada anak-anak yang tengah berolah raga di halaman sekolah ketika Tom mendapatkan izin dari satpam untuk masuk ke area sekolah. Gerbang sekolah Verzet dan Dinda cukup tinggi, jelas tak ada siswa yang bisa bolos dengan kabur dari sekolah.

"Pak Tom?" sapa Pak Gino yang ternyata tengah mengajar para siswa sekelas Verzet. Mata Tom bisa melihat Alfa Romeo- anak Brian di deretan belakang anak-anak yang kini belajar mengoper bola tangan ke tangan dan juga dua teman nakal Alfa- si Budianto dan Dino. Namun tidak ada Verzet di barisan itu. "Verzet kok hari ini tidak masuk sekolah, ya, Pak? Apa dia sakit?"

Verzet nggak sekolah? Tom kaget mendengar hal itu. Setahunya Vanila begitu keras soal pendidikan. Vanila tidak akan pernah mengizinkan Verzet dan Dinda absen sekolah. Jadi sekarang dimana Vanila, Verzet dan Dinda berada?

"Pak Tom, Anda baik-baik saja?"

Tom mengangguk. "Iya, Pak. Saya mau Bapak mengizinkan Verzet tidak sekolah hari ini karena dia sakit." Tom berdusta. Dia tidak mungkin mengatakan pada Pak Gino bahwa dia datang untuk mencari Verzet karena Vanila, ibu Verzet- isterinya membawa kabur putranya itu bersama putri mereka Dinda tengah malam kemarin. Itu sangat-sangat memalukan.

"Verzet sakit apa, Pak?"

"Mungkin karena kemarin Verzet main hujan." Tom menjawab asal sesuai yang meluncur di kepalanya saja. "Jadi hari ini dia mengalami flu dan meriang."

"Bukannya kemarin malam Jakarta cerah, Pak." Mampus. Tom merasa baru saja dipermalukan dengan ucapan dan tatapan mata Pak Gino yang seperti menelisik. Tom tak menjawab apa-apa. Dia sibuk memikirkan dimana anak-anak dan isterinya kini berada.

Vanila, kamu benar-benar bikin aku frustrasi, geram batin Tom.

"Sebenarnya saya sudah menelpon Bu Vanila sedari tadi, tapi Bu Vanila tidak mengangkat panggilan saya bahkan tidak membalas pesan teks saya. Saya berdoa supaya Verzet baik-baik saja, ya, Pak. Titip salam buat Verzet, ya, Pak semoga dia lekas sembuh." Tom mengangguk sebelum minta diri dari Pak Gino menuju ke sekolah si samping sekolah Verzet, apalagi kalau bukan taman kanak-kanak Boromeus. Tom berharap Vanila mengatakan sesuatu kepada guru kelas Dinda.

Namun sama seperti Pak Gino yang tak tahu apa-apa tentang Verzet, Tom malah dihujani pertanyaan kepo dari Bu Maria- guru kelas Dinda.

***

Andy dan Dinda selesai pada putaran pertama Turangga Rangga dan segera menurunkan Dinda dari punggung kuda hitam yang mereka tunggangi. Sebenarnya Dinda masih ingin bermain satu putaran lagi, tapi Andy menjelaskan bahwa mereka harus mencari Vanila dan Verzet dahulu.

Lihat selengkapnya