Tom melajukan mobilnya agak tergesa menuju ke kediaman Andy Herline. Seharusnya dia pergi ke tempat ini sedari pagi, tapi beberapa hal yang perlu diurus di rumah sakit membuat Tom terkendala datang lebih pagi. Kemarin setelah tak tidur semalaman, dia menyadari bahwa dia bersikap terlalu keras dan kasar pada Vanila.
Vanila memang salah paham, tapi jelas kesalah pahaman terjadi karena kesalahannya: karena masa lalu yang pernah tercipta diantara dia dan Clara. Seharusnya dia bersikap lebih lunak. Melupakan kecemburuannya saat menyadari Vanila berada di rumah Andy Herline- aktor ganteng yang pernah diberikan Vanila ciumannya secara suka rela- pria yang bahkan tidak perlu menjadi suami Vanila untuk bisa mendapatkan ciuman Vanila.
Seharusnya dia mengekang diri kalau perlu berlutut di hadapan Vanila untuk mendapatkan maaf dan bukannya membuat keributan karena cemburu buta- yang malah mengakibatkan kesalah pahaman antara dia dan Vanila makin rumit bagai benang kusut. Dan itulah yang akan dia lakukan kini. Dia akan berlutut minta maaf sampai Vanila mau memaafkannya. Kalau pun Vanila tidak mau memaafkannya hari ini, dia akan datang esok hari dengan permintaan maaf yang sama. Besok dan besoknya lagi sampai Vanila muak dan tidak punya pilihan lain selain memberinya maaf. Suatu hari nanti, Tom yakin Vanila akan memaafkannya.
Dia tidak akan pernah melepaskan isteri dan anak-anaknya apa pun yang terjadi.
Tom melirik beberapa shopping bag di sisinya. Dia membawakan beberapa kebutuhan Vanila dan anak-anaknya untuk tinggal di rumah Andy- jika Vanila nanti berkeras untuk tetap tinggal di sana. Pakaian ganti, aneka perlengkapan mandi dan make up Vanila, selimut, pakaian seragam Dinda dan Verzet juga tak lupa buku-buku sekolah mereka dan sarapan pagi yang harusnya makan siang. Uhhh, itu karena dia benar-benar keteteran dan telat menemui Vanila dan anak-anaknya. Padahal dia sudah meninggalkan rumah sedari subuh bahkan tanpa membereskan rumah. Vanila pasti marah kalau tahu berantakannya rumah mereka. Tom berjanji akan membereskannya tanpa membuat Vanila repot asal isterinya itu mau pulang.
Drrrttttt... Drrrttttt....
Suara ponsel Tom terdengar lagi entah untuk yang keberapa puluh kalinya. Tom melirik sekilas layar ponselnya yang berkedip-kedip menyala menampilkan sebuah nama dari nomor baru Clara. Dia membiarkan ponselnya terus berbunyi.
Setelah mengacuhkannya, dentingan lembut terdengar dari ponsel Tom menandakan sebuah pesan baru muncul. Tom membacanya dari layar depan.
Aku di depan perumahanmu. Beritahu para satpam untuk mengizinkanku masuk.
Tom memilih tak menjawab Clara malah menelpon satpam perumahan untuk benar-benar melarang Clara masuk ke rumahnya. Mungkin dia juga harus mempertimbangkan untuk memberitahu Pak Wie tentang masa lalunya dan Clara agar isteri boss-nya itu tidak mendekatinya lagi. Walaupun risikonya mungkin saja dia akan kehilangan pekerjaannya.
Dia akan membicarakan hal itu pada Vanila. Kalau Vanila setuju, dia akan mengambil risiko kehilangan pekerjaannya daripada kehilangan keluarganya. Mereka akan memulai kehidupan rumah tangga mereka yang baru.
Tom berhenti di depan rumah Andy Herline yang dijaga ketat dua orang satpam. Para satpam itu langsung mengenalinya dan tentunya tak mengizinkannya masuki rumah Andy Herline. Di depan gerbang hitam yang terkunci rapat itu, yang tingginya saja mencapai dua setengah meteran itu- Tom dan si satpam beradu argumen.
"Saya ingin menemui isteri dan anak-anak saya." Tom berkeras.
"Tidak ada siapa pun di rumah sedari pagi, Pak! Benaran deh, Bapak pergi saja!" si satpam menyambut dengan tak kalah juteknya. "Kalau Bapak buat masalah lagi kami benaran akan melaporkan Bapak ke polisi!"
"Kali ini saya tidak akan buat masalah. Saya hanya mau bertemu anak-anak dan isteri saya."
"Nggak ada anak dan isteri Bapak di sini!" di satpam mengatakan hal yang sudah diwanti-wanti Andy untuk disampaikan andai Tom muncul.