Unperfect Marriage

Elisabet Erlias Purba
Chapter #82

#82. Pernyataan Cinta Andy

Tom melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. Pukul satu dini hari. Andy tak kunjung keluar dari dalam rumah yang didiami Vanila dan anak-anak mereka. Dengan perasaan gundah Tom membuka pintu mobilnya. Melirik ke kiri dan ke kanan. Dia harus tahu apa yang dilakukan pria itu di dalam sana.

Tom melangkah memasuki halaman rumah Vanila yang syukurnya tanpa pagar itu. Ketika matanya menatap sosok berpakaian hitam yang juga mengendap di samping rumah Vanila. Pria itu mencongkel jendela rumah. Mengintip dan siap membidikkan kamera yang ada di lehernya ke dalam rumah.

****

Beberapa menit sebelum kejadian itu.

Vanila telah selesai membersihkan wajahnya. Jam di dinding kamar sudah menunjukkan jam sebelas malam. Syukurnya syuting panjang kali ini akhirnya hari ini berakhir. Beberapa rekan aktris mengatakan kadang bahkan namanya syuting sinetron bisa dari pagi ke pagi, itu berarti dia tidak akan bisa pulang. Vanila tidak bisa membayangkan kalau dia harus berdiam di lokasi syuting dari pagi ke pagi selanjutnya dan membawa anak-anak. Tadi saja dia sudah jadi objek tatapan seluruh aktris dan jadi korban amarah Amara karena kerewelan Dinda yang terus minta pulang hingga dia berakhir memarahi gadis kecilnya itu dan membuat Dinda menangis memanggil-manggil papanya.

Tak ada yang bisa konsentrasi dengan keributan seperti tadi dan untungnya setelah pengambilan beberapa scene lagi akhirnya pak sutradara mengakhiri syuting. Hari ini mereka hanya bisa membuat dua episode. Vanila merasa bersalah untuk itu bahkan walaupun dia telah minta maaf. Memaksa membawa anak-anak terus ke tempat syuting sepertinya bukan pilihan baik. Anak-anak mudah jenuh dan bosan, kejadian kemarin akan terulang lagi. Mungkin saatnya dia mencari pengasuh buat anak-anaknya.

Vanila mengecup kening kedua anaknya sebelum beranjak keluar kamar tidur. Meraih beberapa pakaian kotor dan memasukkannya ke dalam mesin cuci untuk direndam agar keesokan hari dia tinggal mencuci dan kemudian menjemur pakaian-pakaian itu. Selesai mengerjakan hal itu, Vanila menatap keluar jendela dapur. Dahulu dia sering menyeruput segelas teh sambil menunggu kepulangan Tom yang tak pasti.

Vanila menggelengkan kepalanya. Mengusir bayang Tom dari benaknya. Sejenak dia mengangkat jari-jemarinya hingga berada di jarak pandang yang nyaman bagi manik matanya. Jari manisnya nampak kosong. Andai kenangan bisa dilenyapkan semudah cincin di jari manisnya.

Vanila masih larut dalam pikirannya hingga dia bahkan tidak menyadari kehadiran sosok lain di belakang tubuhnya. Andy Herline memanggil. Namun kemudian menyadari suaranya hilang di telan keheningan malam. Ada luka di hatinya saat menyadari wanita yang ada di hadapannya itu tentu kini memikirkan pria itu. Tom Dwiguna. Begitu sulit mengusir pria itu dari benak Vanila. Kadang Andy berandai-andai seandainya dia adalah pria pertama yang memasuki hidup Vanila....

Dengan ragu Andy menjulurkan kedua tangannya mendekap pinggang Vanila. Hanya bermodal nekat dengan konsekuensi yang terpampang jelas di benaknya yaitu akan menerima tamparan Vanila tak menyurutkan tekadnya. Tepat saat pinggangnya tersentuh, Vanila refleks membalikkan tubuhnya. Sialnya kali ini gerakannya membuat dia bukan hanya membentur tubuh Andy hingga dadanya dan dada Andy berdempetan tanpa jarak, tapi juga membuat bibirnya tanpa sengaja menempel di permukaan bibir Andy. Hanya sesaat memang karena Vanila segera berusaha melepaskan diri.

"Kenapa, Van?" Vanila tertegun sesaat, kemudian merasa takut. Dari cara Andy menatapnya, tangannya yang tetap tak ingin melepaskan pelukannya, dia bisa menebak apa yang sedang dipikirkan cowok itu sekarang. Vanila ingin protes, tapi Andy tak memberinya kesempatan. "Aku mencintaimu, Van. Sejauh apa pun aku melangkah yang kuinginkan hanya tetap kembali ke sampingmu. Tidak pernah seperti ini. Kamu satu-satunya wanita yang membuatku ingin menetap dan menikah."

"Tapi Andy, aku sudah menikah." Vanila bisa mendengar suaranya tercekat mengatakan hal itu.

"Tapi akan segera bercerai kan?"

"Tapi tetap saja aku masih isteri orang...Tom tidak akan suka jika..."

"Berhenti memikirkan apa yang Tom suka dan apa yang tidak dia suka. Bagaimana denganmu? Pikirkan hanya tentang dirimu. Kamu mau nggak kita jalani saja dulu?" tanya Andy membuat Vanila mengerutkan dahinya karena tidak mengerti apa yang dikatakan Andy.

Lihat selengkapnya