Unperfect Marriage

Elisabet Erlias Purba
Chapter #84

#84. Bertemu Madya

Verzet, nih buku pe er kita-kita." Alfa Romeo, Dino dan Budianto menyodorkan kembali buku-buku mereka pada Verzet usai pelajaran terakhir selesai. Hanya ada mereka berempat di ruang kelas sementara siswa-siswi lainnya telah turun ke lantai satu untuk pulang. Verzet menatap mereka cuek dan membiarkan buku-buku itu terjatuh begitu saja di bawah kakinya yang membuat Alfa malah berakhir geram.

"Lo kira bokap lo bakal datang nolongin lo kali ini?" ejek Alfa disambut tawa kedua temannya.

"Kacian. Papa sama Mama lo bakal cerai. Lo jadi anak yatim dong."

"Aku bukan anak yatim! Aku masih punya Papa dan Mama!" Verzet memekik sambil mendorong tubuh Dino hingga anak itu terjatuh dan membuat dua sahabat Dino: Alfa dan Budianto mencoba mengeroyok Verzet. Suasana berubah jadi perkelahian tak berimbang awalnya. Namun itu tak menyurutkan semangat dan keberanian Verzet untuk melawan. Dia akan mengalah untuk segalanya karena mama tak suka perkelahian, tapi tidak untuk ejekan pada papa dan mamanya. Untuk pertama kalinya Verzet menggunakan ilmu bela diri yang dia pelajari.

"Akhhh." Suara erangan kesakitan terdengar dari mulut Alfa saat tendangan Verzet sukses mengenai punggungnya dan dilanjutkan ke kakinya hingga dia jatuh tersungkur. Sementara Budianto berteriak kesakitan saat tangan Verzet memelintir lengan kanannya dan kemudian menjatuhkannya. Melihat ketiga teman sekelasnya itu jatuh tak berdaya, Verzet memilih pergi.

"Verzet, kita bakal balas lo!" pekik ketiganya tak membuat Verzet menoleh. Verzet bahkan tak tahu sebuah senyuman tersungging dari bibir seorang teman sekelasnya yang sempat melihat perkelahian itu dari balik kaca jendela kelas.

"Kalian bertiga kenapa?"

"Maria? Kamu lihat nih muka aku." Alfa menunjukkan wajahnya yang terkena benturan lantai kelas akibat tendangan Verzet.

"Tangan aku juga nih," lapor Budianto. "Semua ini gara-gara Verzet tau."

"Verzet yang ngelakuin ini semua sama kalian?" ketiga anak laki-laki itu mengangguk cepat. "Tuh kan aku udah bilang jangan jahat, anak pendiam bukan berarti nggak berani. Udah mulai hari ini jangan cari masalah lagi deh sama siapa pun termasuk dengan Verzet. Aku tinggalin ini." Maria menjulurkan obat gosok minyak kayu putih ke tangan Dino. "Aku pulang dulu, ya. Daahhh, Bye." Maria baru akan berlalu meniggalkan ketiga anak laki-laki itu ketika Alfa memekik,

"Maria, lo harus bantu kita ngelaporin Verzet sama Pak John, lo lihatkan gimana keadaan kita?!"

"Tapi aku nggak lihat Verzet yang ngelakuin ini sama kalian. Jadi aku nggak bisa jadi saksi." Maria berhenti melangkah dan bicara dengan enteng.

"Lo cuma perlu bilang sama Pak John seperti yang aku bilangin."

"Itu namanya bohong. Papa aku bilang bersaksi palsu itu bisa dihukum loh, apalagi yang nyuruh. Masak kecil-kecil kamu udah mau jadi kriminil?"

"Apa?!"

"Aku balik dulu deh. Daah." Maria kabur, tanpa memperdulikan teriakan Alfa.

"Gue yakin lo lihat gimana Verzet menghajar kita! Kalau nggak ngapain lo di atas?! Lo udah turun dari tadi! Maria! Kalau lo bohong sama gue lo bakal berurusan sama gue!" Maria tak menghentikan langkahnya bahkan mempercepatnya. Ketika tiba di lantai bawah Maria buru-buru menggandeng kedua temannya untuk segera pulang.

"Kamu kenapa, Mar?"

Maria menggelengkan kepalanya. "Nggak apa-apa."

"Kamu udah ambil buku kamu yang ketinggalan di laci meja?"

"Nggak. Aku kerjain pe-er di buku baru aja."

"Kamu kenapa sih?"

"Aku lihat Verzet menghajar Alfa Romeo, Dino dan Budianto."

"Apa? Kamu serius?"

"Terus Verzet kalah dong?" tanya teman Maria yang lain.

"Verzet menang."

"Serius?" pekik keduanya. Maria manggut-manggut.

"Malah Alfa nyuruh aku ngelaporin Verzet ke Pak John karena menghajar mereka. Tapi aku sih ogah. Selama ini aja mereka udah jahatin Verzet, nggak ada yang laporin."

Lihat selengkapnya