Flashback
"Masak apa pagi ini? Aku lapar." Andy menghempaskan tubuhnya di atas kursi meja makan, membuat Madya yang tengah asyik memasak makan siang menoleh pada Andy.
"Kamu dari rumah Mbak Vanila dan nggak dikasih makan?" Andy tak menjawab. Madya melirik pria itu yang tengah asyik dengan ponselnya. Menghembuskan nafas kesal, Madya meraih piring di dalam lemari gantung dan mulai menyiapkan sarapan buat Andy dan meletakkannya di hadapan Andy dengan garpu dan sendoknya bahkan memakaikan serbet ke leher Andy yang masih sibuk dengan ponselnya. Sejenak Madya melirik pada siapa Andy melakukan chat dan menemukan nama Vanila Astanervary di layar atas. "Andy, please stop ikut campur dalam rumah tangga Mbak Vanila. Itu nggak baik buat karir kamu." Madya berkata saat Andy tengah menikmati sarapan yang dia masakan. Sambil menyuguhkan jus jeruk ke sisi Andy, Madya tak lupa memperbaiki kerah baju Andy yang terangkat. Uhhh, jika dipikir-pikir dia sudah selayaknya isteri Andy Herline saja: menyiapkan sarapan pria itu, memasakan makan siang bergizi, mempersiapkan pakaian yang akan Andy Herline pakai ke esokan hari, menyuguhkan suplemen vitamin yang harus Andy minum setiap pagi, kalau Andy sakit bahkan merawat dan memijatnya. Satu-satunya yang tidak dia lakukan adalah adegan 21+, pikir Madya yang membuat wajahnya bersemu merah. Namun pernahkah pria ini menyukainya sedikit saja?
"Mulai hari ini kamu juga akan menjadi manager Vanila." Suara Andy terdengar jelas tak menjawab pernyataannya, malah menyuruhnya menjadi manager bagi Vanila Astanervary membuat Madya terkaget-kaget. Dua Minggu yang lalu saat Vanila pertama kali mendapat peran di sinetron Keteguhan Hati- jangan pikir Madya tidak tahu bahwa Andy yang melakukan semua itu. Dan sekarang demi wanita itu lagi Andy memintanya...uhhh, itu terlalu halus bukan meminta, Andy memerintahkannya menjadi manager Vanila. Apa karena berita itu? Madya menebak-nebak.
"Wait...sorry aku nggak berniat menambah artis buat dimanagerin. Managerin kamu saja sudah cukup memusingkan kepala. Selain bahwa aku nggak mau terlibat dalam prahara rumah tangga Mbak Vanila."
"Gue yang bayar lo. Lo sadarkan lo bukan manager profesional..., gue nggak masuk ke managerial lo- Lo yang gue bayar jadi manager dan sekarang gue juga bakal bayar lo buat membantu Vanila."
"Maksudmu...jadi dalam pandanganmu selama ini aku cuma selevel asisten?!" Madya ingat bagaimana dia memekik atas ucapan Andy dan cowok itu santai bahkan saja tak merasa bersalah sedikit pun.
Mulai hari itu dia menyadari arti dirinya bagi pria ini: bahwa dalam benak Andy dia memang hanya semacam asisten bahkan nggak lebih tinggi dari asisten rumah tangga Andy. Itulah alasan Andy tidak mau mendengar semua omongannya, itu alasan Andy tidak sudi mendengar perintahnya, permintaannya agar pria itu berhenti memiliki kehidupan bebas dan vulgar. Bagi Andy dia hanya semacam pembersih segala keonaran yang dilakukan pria itu, tidak lebih. Uhhh, bagaimana bisa selama ini dia merasa dia spesial di mata seorang Andy Herline. Dasar dia memang bego.
"Aku nggak mau."
"Gue akan bayar lo mahal. Itukan yang lo butuh? Uang? Lo butuh uangkan?" Andy menghentikan sarapannya, menarik serbet dari bajunya dan meletakkannya dengan kasar di permukaan meja makan.
"Aku butuh uang? Ya, aku memang butuh uang, tapi kau juga jelas membutuhkannya makanya kau jadi artis!"
Tawa terkekeh terdengar dari mulut Andy. "Gue nggak butuh uang. Lo tahu bokap gue dan nyokap gue, bokap tiri gue dan nyokap tiri gue siapa kan?' Madya menelan ludahnya dengan getir. Tentu saja, Andy Herline bukan orang biasa. Dia menjadi artis bahkan bukan untuk uang hanya untuk happy-happy dan mengisi waktu yang sangat luang. "Jadi lo siapkan perjanjiannya, gue bakal baca dan revisi baru gue bakal bayar lo."
"Kau akan membayarku?"
"Seharga gaji sama gue?"
"Aku nggak dapat bonus segede darimu. Mbak Vanila masih pemula." Dia membuat alasan untuk menolak, tapi Andy Herline bukan orang yang mudah ditolak.
"Gue bayar!" pekik Andy keras di depan wajahnya hingga Madya memejamkan mata.
"Aku menolak. Cari saja manager lain." Madya melangkah, tapi langkahnya terhenti oleh tarikan keras tangan Andy hingga dia membentur tubuh kokoh itu. Tangannya terletak di dada Andy yang bidang. Nafas Andy yang memburu karena emosi membentur permukaan wajah Madya menciptakan getaran aneh di sekujur tubuhnya seakan sebuah aliran listrik menyetrum tubuhnya. Walau hanya sesaat karena dia buru-buru melepaskan sentuhan itu.
"Lo harus menuruti gue. Ada klausul dalam perjanjian kerja kita, lo harus mengerjakan semua perintah gue jika tidak bertentangan dengan hukum." Madya meneguk ludahnya yang terasa bagai duri di tenggorokannya, "buat perjanjiannya dan jangan lupa klausula sama seperti dalam perjanjian dengan gue, lo harus melakukannya segala hal yang membantu kesuksesan sang artis dari meloby para produser film, sinema, atau acara lainnya... termasuk membantu Vanila mengurus kedua anaknya..."
"Apa?! Apa aku baby sitter?!"
"Itu akan membantu Vanila berkonsentrasi pada pekerjaannya. Kau harus membantunya sampai dia mendapatkan pengasuh..."
"Karena aku tidak punya hak untuk bicara apa pun, kenapa tidak kau saja yang membuat perjanjiannya? Aku yang akan memeriksanya dan menyatakan mana yang kusetujui mana yang kutolak. Dan karena perjanjian ini adalah ikutan dari perjanjian kerja antara kita. Saat perjanjian antara kita selesai, perjanjian ini juga selesai."