Unperfect Marriage

Elisabet Erlias Purba
Chapter #87

#87. Menjadi Tamu di Rumah Isteri Sendiri

Vanila menutup telponnya: Madya baru saja memberitahunya bahwa Madya tidak bisa menjemputnya karena harus menjaga Verzet dan Dinda yang telah tertidur di rumah dan sialnya kini bahkan fans fanatik Andy Herline telah kembali berkerumun di beberapa meter di luar resto. Tidak lagi mengganggu sih, tapi yakin masih mencarinya.

Uhhh, fans Andy memang mengerikan celetuk batinnya. Vanila keluar dari ruang ganti. Telah menukar pakaiannya dengan miliknya sendiri yang bergaya casual hanya t-shirt berkerah dan sebuah celana kulot. Semua aktris telah bersiap untuk pulang kembali. Saat itu sudah jam dua belas malam. Vanila melangkah di belakang para aktris itu melintasi gang kecil lalu mendengar celetukan kagum dari arah depannya.

"Ganteng, ya."

"Lebih ganteng mana Andy atau..."

"Sebandinglah dengan Andy Herline."

"Kalau jadi aktris bentar aja pasti jadi idola mahmud."

"Macho nya jelas lebih dari Andy...waktu dia melindungi Vanila tadi..."

"Lo ngerasa nggak kayak nonton slide film romantis gitu?" Telinga Vanila menangkap tawa terkekeh dari aktris di depannya, mereka bahkan melambai pada Tom dan pamit saat melintasi Tom yang ternyata menunggu di depan pintu lorong ruang ganti. Vanila benar-benar iri atas kepopuleran instan yang diperoleh Tom dengan begitu cepat.

"Ayo, aku antar pulang." Tom menghampirinya saat melihat Vanila muncul dari belakang aktris-aktris itu.

"Aku pulang sendiri. Lebih baik kau juga pulang." Vanila menjawab tanpa menghentikan langkah kakinya barang sejenak. Tom memperlebar langkahnya untuk bisa sejajar dengan Vanila.

"Kau tidak akan bisa melewati mereka. Bagi mereka kau jelas merebut Andy Herline idola mereka." Vanila menatap pada Tom. Jelas Tom telah tahu alasan dibalik kehebohan fans Andy tadi. "Beberapa kru tadi mengatakan padaku." Tom memberitahukan, "Jadi jauhi Andy Herline."

"Kau tidak punya hak mengaturku."

"Aku masih suamimu, Vanila jika kau melupakan itu."

Langkah kaki Vanila terhenti. Berbalik menghadap pada Tom, Vanila bersiap untuk berkonfrontasi. "Beraninya kau memaksaku dengan mengatakan hal itu."

Menyadari nada suara Vanila yang tak mengenakkan, Tom menurunkan egoismenya. "Baiklah jika kau tidak mau mendengarkanku sebagai suamimu. Dengarkan aku sebagai sahabatmu."

Vanila tertawa meringis. "Sejak kau menghancurkan rumah tangga kita, kau juga telah menghancurkan persahabatan kita. Hari dimana aku keluar dari rumah adalah hari dimana terakhir kali aku dan kau bersahabat."

Hugh, tuhkan, celetuk batin Tom. Vanila selalu mencari cara untuk bertengkar dengannya. Dia bicara selembut mungkin, tapi Vanila menaikkan nada suaranya dan dengar saja bahasa yang digunakan Vanila saat bicara dengannya sungguh provokatif. Vanila seakan sengaja meningkatkan emosinya hingga akhirnya mereka akan berakhir dengan pertengkaran dan pertengkaran lagi. "Apa kau ingin bertengkar, Vanila?" Pertanyaan itu akhirnya lepas dari bibir Tom.

"Kau bilang apa?! Kau yang selalu memulai pertengkaran... Kau adalah penyebab semua pertengkaran diantara kita. Apa kau lupa kaulah yang menyelingkuhiku.....Kau bahkan membawa wanita itu tidur di kamar kita! Tak ada pria yang lebih bajingan dari dirimu!" Tom mengepalkan tangannya di dalam saku celananya, menahan dirinya sekuat mungkin untuk tidak berteriak membalas perlakuan Vanila padanya bahkan walaupun apa yang dikatakan Vanila adalah kebohongan dan imajinasi hebat di kepala Vanila.

Dia hanya membawa Clara ke dalam rumah karena wanita itu kehujanan di tengah malam, mereka tidak berakhir dengan tidur berdua apalagi di dalam kamar tidurnya dan Vanila. Waktu itu jelas dia tidur bersama anak-anak mereka dan keesokan harinya menghabiskan waktu bekerja di kantor, meeting, berniat menjemput anak-anak yang kemudian ternyata telah dijemput Vanila dan menemukan Vanila menangis.

Menyadari Tom tidak membuka mulutnya sedikit pun. Vanila menghentikan ucapannya. Malu sendiri pada sikapnya, Vanila memilih melangkah meninggalkan Tom menuju pelataran parkir resto dan memasuki mobilnya. Kali ini Tom tidak berkata apa-apa. Nggak ada gunanya juga memaksa Vanila menurut padanya.

Mobil Vanila meluncur keluar dari area restoran. Semua terlihat aman, pikir Vanila jauh lebih aman dari apa yang dikatakan Tom untuk menakutinya. Namun baru seratus meter dari resto, Vanila melihat beberapa orang menghadang di tengah jalan dan mulai melempari mobilnya. Brakk. Kaca mobil belakang Vanila pecah membuat Vanila merem keras karena ketakutan.

Tet!! Tet!! Mobil Tom memblok tepat di sisi mobil Vanila dan dengan cepat, Tom mengetuk jendela di sisi setir dan meminta Vanila membuka pintu. Kali ini Vanila menurut, membiarkan Tom masuk dan bergeser ke sisi samping pengemudi. Tom mengambil alih kemudi, meninggalkan mobilnya begitu saja di jalanan. "Pasang safety belt." Tom mengingatkan Vanila sebelum menekan pedal gas dan melajukan mobil lebih dari tujuh puluh kilo meter per jam membuat orang-orang yang mencoba membuat pagar betis menghadang mobil Vanila berlompatan ke pinggir jalan menyelamatkan diri.

Mereka berhasil melaju lepas dari fans Andy yang nampak radikal. Meluncur di jalanan malam yang lebih tenang dan lengang. "Kamu baik-baik saja?" Tom bertanya sambil melirik pada Vanila yang masih nampak shock. Perlahan Tom meraih telapak tangan Vanila dan menggenggamnya. Vanila tak tahu kenapa dia membiarkan hal itu. Namun harus dia akui berada di genggaman tangan Tom memang menenangkan.

"Mereka mungkin merusak mobilmu, Tom."

"Tidak masalah. Aku menyelamatkan yang jauh lebih penting dari itu," Jeda sejenak Tom melanjutkan, "kamu." Vanila membisu, tubuhnya menegang saat Tom membawa punggung tangannya menuju permukaan bibir Tom. Kemudian mengecup lembut kulit punggung tangannya.

Tom selalu tahu bagaimana caranya membuat perasaannya jungkir balik. Dari marah menjadi mendamba, dari benci menjadi cinta...Cinta??? Vanila menggelengkan kepalanya, menarik refleks tangannya dari genggaman tangan Tom. Dia nggak mau jatuh cinta lagi pada Tom dan menerima Tom kembali dalam hidupnya, itu menakutkan. Dia tidak akan pernah jatuh pada lubang yang sama untuk kedua kalinya dan memberi Tom kesempatan untuk kembali menyakiti hatinya. Butuh waktu yang panjang baginya untuk kembali menata hatinya setelah penghianatan yang Tom lakukan. Bahkan hingga hari ini luka itu jelas masih berdarah dan bernanah

Lihat selengkapnya