"Sejak aku tidak di sini kau jelas lebih sering meninggalkan kantor." Tom berdiri dengan tegang di sisi dinding kaca ruang kerjanya, beberapa langkah sejajar dengannya sekertaris Tom berdiri, Tom sengaja meminta Axel masuk ke ruangannya bersamanya untuk mengantisipasi segala trik yang mungkin digunakan Clara. Sementara Clara duduk dengan kaki bersilang di depan meja kerja Tom dengan pakaian seduktif dan menantang. Tom memang telah mengetahui kedatangan Clara ke ruangannya dari sekertarisnya hingga dia sudah mempersiapkan segala sesuatunya termasuk meminta para direktur divisi datang dengan segala berkas terbaru perkembangan pekerjaan mereka. Di ruang rapat para direktur itu telah menunggu.
"Ibu Clara Wie, sekarang lebih baik kita menuju ruang rapat." Tom melangkah diikuti sang sekertaris yang bergerak lebih cepat untuk membukakan pintu buat Tom, membuat Clara juga bergegas bangkit dari duduknya. Menjejal langkah Tom dan segera meraih telapak tangan Tom.
"Aku akan membuatmu menjadi Presiden Direktur Clement Construction, Tom. Kamu hanya perlu...."
Tom melepaskan sentuhan itu. Tanpa menatap Clara dia berkata: "Para direktur akan menjelaskan segala perkembangan dan masa depan Clement Construction. Direktur keuangan juga telah mempersiapkan segala laporan keuangan beberapa bulan lalu dan bulan berjalan, direktur pengembangan proyek juga sudah mempersiapkan laporan proyek yang tengah berjalan dan akan segera diselesaikan Clement Construction dan beberapa proyek yang masih dalam tahap penyerahan proposal tender kepada pemerintah dan beberapa perusahaan BUMN." Tom berkata sambil memilih melangkah bahkan walau Clara tertinggal di belakang. Axel menatap keduanya dengan bingung.
Tom memasuki ruang rapat mengucapkan selamat pagi pada para manager yang telah hadir di ruangan rapat termasuk pada Pak Brian. Tepat ketika Clara muncul disusul Axel, Tom membuka pembicaraan itu sambil melirik bagaimana Brian menarik kursi buat Clara. Entah sejak kapan Brian dekat dengan Clara, pikir Tom, haruskah dia memperingati Brian agar tidak berakhir dengan penyesalan seperti dirinya?
"Sebenarnya setiap bulan management Clement Construction telah memberikan copy laporan keuangan, perkembangan kegiatan perusahaan dan pengawasan yang dilakukan Vice Presiden Direktur, tapi karena Ibu Clara Wei memintanya lebih cepat. Saya harap kalian sudah mempersiapkan laporan dari seluruh divisi dan memaparkannya pada Bu Clara dan beberapa pemilik saham yang telah diberitahukan untuk datang, walau hanya Pak Aldy Wie lah yang telah memastikan diri hadir sebagai ahli waris Pak Wie."
"Anda bilang apa, Pak Tom?" Clara memekik saat Tom tak menunjukkan rasa hormat padanya sebagai isteri almarhum Wie. "Anda benar-benar tidak menunjukkan rasa respek Anda kepada saya selaku isteri almarhum Pak Wie. Anda benar-benar mengecewakan."
"Saya hanya bertindak hati-hati dalam menyingkapi kematian Pak Wie. Status Anda sebagai isteri Pak Wie baru dua bulan Bu Clara sementara status Pak Aldy Wie sebagai putra Pak Wie telah dua puluh delapan tahun. Saya harus bersikap logis..." Tom mencoba bicara sesportif mungkin.
"Tentu saja Anda harus bersikap benar seperti pemikiran Pak Tom Dwiguna. Hanya saya yang akan menggantikan posisi Papa saya di Clement Construction." Aldy Wie yang muncul dari ambang pintu rapat yang dikuak dengan kasar itu membuat seluruh manager Clement Construction yang tengah berkumpul saling menatap.
"Sangat menyedihkan. Setelah berani mengecam keputusan Papamu dan berjanji tidak ingin menginjakan kaki di rumahnya apabila kami tetap menikah, sekarang kau berharap mendapatkan seluruh harta warisan Papamu?" Clara menyambut sinis penuh ejekan sambil berdiri dari duduknya, "Papamu sudah memberikan Clement Construction dan beberapa aset padaku."
"Dasar iblis, kau pasti berdusta." Para manager Clement Construction terlihat serius menatap pertengkaran antara anak tiri dan ibu tiri yang terpaut usia layaknya kakak beradik itu dengan ketentuan ibu tiri bahkan lebih muda dan seksi. Nyonya Wie memang mengenakan pakaian berwarna hitam seakan menjelaskan perkabungannya, tapi pakaian itu terlihat mempertontonkan bagian tubuhnya bagai sebuah hidangan buat seseorang- seakan nyonya Wie sedang mencari kekasih baru... Para manager menelan ludah saat membayangkan mereka yang terpilih. Sejak menjadi sekertaris seorang Tom Dwiguna- siapa sih pegawai pria baik jajaran rendah semacam office boy dan jajaran top manager semacam Pak Tom di Clement Construction yang tak tahu betapa seksinya Clara Chang? Mengingat nama Clara Chang saja membuat sesuatu yang nggak seharusnya menegang menjadi tegang di bawah sana. Apalagi melihat wanita itu lagi di sini.
"Kau selalu mengatakan aku berdusta. Kau katakan aku pembunuh Ayahmu hanya karena dia meninggal beberapa waktu setelah menikahiku. Apa kau tahu hari-hari hidupnya bersamaku adalah hari-hari terbahagia sepanjang hidupnya? Dia selalu mengatakan hal itu setiap hari padaku. Hanya aku satu-satunya yang ada untuknya. Namun melihat tingkahmu yang bahkan berani bersikap kurang ajar padaku membuatnya merasa kwatir akan nasibku jika sesuatu terjadi padanya di usianya yang sudah lanjut. Apa kau tahu dia berkata seharusnya kami bertemu saat usianya masih muda hingga dia bisa terus menjagaku. Hal itulah yang kemudian membuatnya memilih membuat warisan atas namaku."
"Dasar penipu!" Aldy Wie segera meraih ponselnya. "Pengacara..."
"Haruskah kita menyelesaikan masalah ini di sini?" Clara bertanya bukan karena peduli nama baik Pak Wie, dia hanya harus bertingkah pura-pura baik dan manis. "Ini akan membuat Papamu malu."
"Jangan berpura-pura baik. Aku sudah menelpon Pak Abednego, dia akan membuka kedokmu bahwa itu palsu."
"Papamu mengetik surat wasiat itu sendiri usai kedatanganmu di hari pertama kami menikah. Kalau kau tidak percaya kau bisa mencari tahu apakah tanda tangannya palsu atau benar-benar asli. Karena aku bisa memastikan kalau tanda tangan itu asli. Seasli cinta kami." Tom hampir muntah mendengar omong kosong Clara. Clara adalah satu-satunya kepalsuan di ruangan ini.
"Maaf, Pak Aldy saya pikir lebih baik masalah ini dibicarakan secara privat dengan orang-orang yang berkompeten." Tom akhirnya menengahi. Malas juga mendengar perseteruan keluarga itu selain bahwa dia harus pergi- waktu makan siang akan tiba dan dia ingin membawakan Vanila makan siang kesukaan isterinya itu. "Pada masa pergantian ini kami akan mengirimkan dua rangkap laporan keuangan perusahaan kepada Anda dan Bu Clara. Begitu saja saya rasa."
Aldy Wie mengangguk menyetujui saran Tom. "Tapi Anda ada di pihak sayakan, Pak Tom?"