Tom tiba di gedung Clement Construction saat matahari mulai merangkak naik. Tidak bisa dibilang pagi lagi. Dia bergegas memasuki lobby gedung kemudian menyadari tatapan mata para pegawai yang terarah padanya. Tom menyapa seadanya kemudian melanjutkan langkah menuju lift khusus bagi presiden direktur, vice presiden direktur, pemegang saham dan para tamunya. Kemudian menyadari bahwa dia bukan vice presiden direktur lagi. Memutar kembali langkahnya, Tom melangkah menuju lift para karyawan. Mengantri di bagian terbelakang sendiri.
Waktu makan siang sudah selesai- penumpukan karyawan yang kembali ke ruangan dan divisi masing-masing terlihat jelas. Kali ini untuk masuk ke lift Tom harus bersabar. Sambil membuang kebosanan dia mulai memperhatikan apa yang tengah dibicarakan para karyawan di depannya.
"Nggak nyangka padahal udah begitu sempurna ternyata kok masih saja diselingkuhi, ya?"
"Pak Tom emang sempurna, tapi menjadi kekasih Pak Tom pasti berhadapan dengan kesepian dan dicuekin mulu, apalagi jadi isteri."
"Maksud lo?"
"Pak Tom kan workholic banget." Para karyawan wanita itu saling mengangguk paham atas ucapan rekannya.
"Tapi Bu Vanila dapat Andy Herline... Itu macam kejatuhan durian runtuh kalees..."
"Pak Tom juga sama gantengnya kalees, lebih bahkan karena Pak Tom jauh lebih pintar..."
"Lo kira jadi aktor itu nggak mesti pintar apa?"
"Kalau aktor Indonesia, gue pesimis, ya. Apa lagi aktor sinetron...Drakor dong atau pemain film Hollywood baru gue akui berkelas."
"Bangsat lo, nggak cinta Indonesia banget lo. Pemerintah lagi menggalakkan program cinta buatan dalam negeri tuh. Dan cinta buatan dalam negeri berarti cinta Pak Tom."
"Emang Andy Herline bule? Serius?"
"Nggak sih. Nyokapnya katanya sekarang nikah sama bule kalau dia punya adek ya, turunan lah."
"Maksud aku tuh Pak Tom kan intern Clement Construction masak bela yang diluar Clement Construction."
"Bisa aja lo, upil pake jurus menjilat gitu. Kalau Pak Tom dengar bisa deh lo jadi istri baru." Yang disebut terkekeh saja. "Ehh, btw soal Andy Herline gimana- gimana tadi, gue nggak tahu dia masih punya nyokap setahu gue dia sebatang kere...kara. Makanya hidup dia free banget tuh. Keluarga dia tuh cuma manager dia...si Mbak apa gitu namanya."
"Bokap sama nyokap Andy kan cerai gitu waktu dia kelas dua SD. Bokapnya terus berakhir menggenaskan. Mabuk, sakit lever terus the end. Dalam sebuah wawancara dengan sebuah majalah Andy pernah bilang: Ayahnya selalu berkata: ibunya adalah satu-satunya cinta dalam hidupnya. Ayahnya tergila-gila pada ibunya, makanya mereka menikah dengan begitu terburu-buru setelah berkencan dua bulan sampai orang-orang berpikir ibunya tengah mengandung. Andy lahir di tahun ketiga pernikahan ayah dan ibunya. Andy bilang dia masih ingat bagaimana ibunya pergi dari rumah saat itu dan ayahnya jatuh tersungkur mengejar wanita itu yang pergi dengan pria lain. Ibunya bilang sama seperti yang lainnya cinta juga punya kadaluwarsa dan sepertinya cinta ibunya pada ayahnya sudah kadaluwarsa. Setelah kepergian itu ibunya tak ada kabar. Andy dan ayahnya pindah dari Indonesia ke Amerika." Keempat wanita itu memasuki lift dan Tom buru-buru ikut meringsek diantara para pengguna lainnya. Dia tidak ingin ketinggalan pembicaraan seru dari para karyawan wanita itu. Sesekali Tom memberi isyarat anggukan saat yang lain menyapa, tapi keempat wanita itu terlihat sangat asyik dengan pembicaraan mereka hingga tidak menyadari kehadiran Tom diantara para pengguna lift lainnya. Bahkan tak juga menyadari beberapa karyawan memilih mundur dan tidak jadi berdesakan di dalam lift karena melihat Tom diantara pengguna lift. "Hari demi hari Ayahnya menghabiskan waktu dengan kerja dan mabuk. Nyaris tidak ada hari dimana Andy melihat ayahnya pulang dalam keadaan sober. Suatu hari ayahnya pulang dalam keadaan mabuk berat, terjatuh di depan pintu dan muntah. Dia harus berusaha membopong ayahnya memasuki rumah dan melap muntahan ayahnya di usia yang sangat muda. Usia Andy saat itu baru dua belas tahun. Kehidupan ayahnya mengajarkannya untuk tidak pernah memberikan seluruh hatinya pada seorang wanita. Dia tidak ingin berakhir menggenaskan seperti nasib ayahnya."
"Aku pernah dengar wawancara Andy yang lain di sebuah stasiun radio dia bilang Ayahnya pernah bilang: wanita selalu menganggap pria berengsek karena melihat wanita dari rupa, tapi wanita tidak pernah menyadari bahwa mereka jauh lebih berengsek: kaum wanita bukan kaum romantis, mereka lahir dengan logika yang gila, tak ada wanita yang akan mau menikah dengan pria kere dan miskin dan hidup apa adanya. Mimpi-mimpi para wanita tentang pernikahan adalah: dengan gaun putih yang indah dan panjang, dengan ruangan berisi dekorasi sempurna dan makanan lezat dan seorang pengantin pria tampan, mapan yang akan membuat wanita lain berdecak betapa beruntungnya dia. Dan Andy bilang begitulah bayangan para wanita di benaknya dan masih bertahan hingga sekarang... walaupun dia berharap suatu saat nanti ada wanita yang akan meruntuhkan bayangan itu."
"Gue ingat...Gue ingat dan Pembawa acara bilang mungkin dia butuh berjalan-jalan ke dunia luar selain model dan akting karena ada kok orang yang menikah dan awet sampai tua dalam kekurangan mereka.... Andy terkekeh waktu itu. Hal itulah yang membuat para fans wanita banyak jatuh cinta padanya. Kelihatannya awalnya kasihan sih, Andy Herline terlihat rapuh, kesepian, terluka apalagi tiap jatuh cinta dia juga patah hati."
"Gue paham sekarang kenapa Andy Herline se-berengsek itu."
Yang lain menatap wanita yang tengah bergumam itu begitu juga Tom. "Apa Lo semua percaya Andy cowok baik-baik gitu? Hidup dia bebas coy..." Tangan karyawan wanita itu memberi isyarat pada para temannya untuk merapat. "Gue pernah lihat Andy mabok berat dan berciuman dengan sembarang wanita di club. Parahnya gue juga pernah lihat dia making love with Amara di apartemen cewek itu.."
"Masak? Gimana lo bisa ke situ? Apartemen dia nggak sembarang..."
"Gue punya pacar tinggal di sana."
"Serius??? Lo nggak pernah bilang kalau lo punya pacar high qualified."
"Mesti, ya, gue nyombongin diri?" Tom mengamati pembicaraan itu dengan tidak sabar rasanya dia ingin mencela dan berkata: bagaimana dengan kisah Andy dan wanita bernama Amara itu? Tom bahkan tidak menyadari bahwa caranya merapat pada para wanita itu dan mencuri dengar pembicaraan itu membuat beberapa karyawan pengguna lift berakhir menatapinya. Tapi para wanita itu malah beralih pembicaraan menanyakan pacar berkualitas si rekan dan meminta di comblangi dengan teman pacarnya.
Lalu lift berbunyi dan keempat wanita itu bergerak keluar. Buru-buru Tom ikutan keluar. Dia harus tahu siapa Andy Herline. Dia tidak akan rela jika Vanila dekat dengan seorang pria bajingan semacam Andy Herline. Vanila jelas harus tahu siapa Andy Herline.
"Tunggu!" Tom memekik memanggil ke empat wanita yang ternyata di divisi pengembangan. Ke empat wanita itu menoleh ke belakang dan benar-benar terkejut saat menyadari siapa yang memanggil mereka.
"Pak Tom??? Ehh..."
"Ada apa ini, Pak?"
"Saya dengar seluruh pembicara kalian di lift." Ucapan Tom membuat pias wajah ke empat wanita itu bahkan make up yang mereka kenakan tak bisa menutupi kecemasan yang tergambar jelas di wajah mereka. Mereka membicarakan isteri Pak Tom di ruang publik dan jelas bos besar mereka itu tidak akan suka. "Saya butuh tahu tentang apa yang dilakukan Andy Herline kemudian dengan wanita bernama Amara itu."
"Maksud Bapak???"
"Ceritakan pada saya."