Unperfect Marriage

Elisabet Erlias Purba
Chapter #102

#102. Berseteru Dengan Clara

Pukul dua belas malam saat Tom meluncur pulang ke rumahnya dengan dibantu West yang dengan suka rela mengendarai mobil Tom karena mencemaskan sepupunya itu tengah mabuk dan galau, walaupun berkali-kali Tom menjelaskan dia sadar sesadar-sadarnya. Tante Amanda mengikuti West dan Tom dengan mobilnya.

"Tom kita sudah tiba di rumahmu. Apa aku harus menelpon Tante atau Om?" Tom yang ada di sisi West dengan memejamkan mata, membuka matanya dan menggelengkan kepalanya.

"Jangan. Akan kubuka pintunya." Tom membuka pintu mobilnya dan segera menekan kode di pintu pagar lalu menatap West yang telah keluar dari dalam mobilnya.

"Kau bisa masuk sendiri kan? Aku harus kembali bersama Mama."

"Tidak menginap saja di sini?"

"Aku bisa telat ke kampus jika dari rumahmu. Kapan-kapan saja." Tom mengangguk, mengucapkan terima kasih. "Tom, aku harap rumah tanggamu dan Vanila masih bisa diperbaiki. Aku akan mendoakannya."

Sekali lagi Tom mengucapkan terima kasih dan memandangi West yang kemudian memasuki mobilnya dan menghilang di kesunyian malam sebelum dia masuk kembali ke dalam mobil. Sebentar kemudian mobil telah meluncur masuk dan pintu pagar menutup sendiri.

***

Tom mengerjap saat melihat sebuah mobil di garasi mobil. Namun tak terlalu mengambil perduli. Besok dia akan menanyakan perihal mobil itu pada papa dan mamanya pikirnya. Melangkah memasuki dapur, Tom menegak segelas air putih hangat dari dispenser sebelum melangkahkan kakinya menuju lantai atas. Ke kamar tidurnya.

Rumah sudah sangat sepi. Mama dan papanya jelas sudah tertidur pulas. Tom membuka pakaiannya setibanya di dalam kamar tidur, tentu saja setelah meletakkan seluruh ponsel dan benda-benda lain yang dia kenakan seperti arloji, jepit dasi dan gesper di atas meja Dia meleparkan pakaian yang dia kenakan ke dalam keranjang cucian di sudut kamar dan dengan dada telanjang menuju ke kamar mandi. Mengguyur tubuhnya dengan air hangat.

Tom menyelesaikan semuanya dalam lima belas menit lalu keluar dari kamar mandi dengan handuk putih melilit di pinggangnya kemudian dia melangkah ke arah lemari pakaian. Menggeser lemari dan meraih piyama tidur yang akan dia kenakan. Tom bahkan tidak menyadari bahwa sepasang mata mengintip apa yang dia lakukan dari antara pakaian-pakaian yang tergantung di lemarinya. Saat Tom menurunkan handuknya dan mengenakan pakaian dalamnya dan baju tidurnya... makhluk itu tidak berkedip barang sedetik pun.

Karena terlalu mengantuk, Tom memilih merebahkan tubuhnya langsung di atas tempat tidur.

***

Tom baru pulang kerja dan langsung menuju dapur untuk meminum segelas air mineral yang menyegarkan pikirannya yang mumet oleh seluruh pekerjaan kantor yang tidak ada hentinya.

"Kamu udah pulang, Sayang?" Tom menoleh ke belakang dan sebentar kemudian seluruh tubuhnya meremang, spesialnya bagian bawahnya. Vanila muncul dengan rambut basahnya dan hanya sehelai handuk putih menutup tubuhnya. Tetesan air masih terlihat jatuh dari rambut basahnya dan menempel di permukaan kulitnya. Sensual. Semerbak wangi sabun yang biasa Vanila gunakan memenuhi rongga pernafasan Tom. Otot di bawah perut Tom langsung menegang.

Sejenak mata Tom menjelajah melihat bibir tipis Vanila yang lembab dan lehernya yang basah. Di detik selanjutnya Tom telah menarik tubuh Vanila dan menempelkan bibirnya pada bibir isterinya itu. Rasa bibir Vanila selalu manis. Tom menyukai rasa itu. "Kenapa berpenampilan seperti ini? Mama dan papa di rumah, Anak-anak juga." Tom akhirnya mengeluarkan protesannya setelah melepaskan bibirnya dari bibir Vanila yang manis.

"Air di kamar mandi kamar mati. Dan tidak ada orang di rumah." Tom mendelik seakan berkata: serius? Isterinya yang manis mengangguk. "Hanya kau dan aku sekarang," Bisik Vanila nakal sambil menelusurkan jemari lentiknya di permukaan dada Tom.

"Jadi tidak akan apa-apa jika aku menciummu seperti ini lebih lama lagi?" Tom menggoda, mencengkram pinggang Vanila ke dalam pelukannya dan sebelum Vanila menjawab dia telah mencium keras bibir isterinya itu. Mengulumnya hingga Vanila mendesah dan melingkarkan salah satu lengannya di leher Tom agar kuat menahan serbuan sang suami sementara jemari lentik dari tangan Vanila yang lain telah menyusup dari balik kemeja Tom yang dibuka paksa oleh Vanila. Jemari Vanila menari nakal di tubuh Tom membuat Tom tak sabar membawa isterinya itu ke kamar mereka dan menikmati kebersamaan mereka lebih bebas lagi.

Tom baru akan menggendong tubuh Vanila ketika dia teringat jika selama ini Vanila meninggalkannya. Mereka bertengkar. "Janji untuk tidak pernah meninggalkan aku lagi?"

***

Tom bisa merasakan sentuhan itu sangat nyata di sekujur kulit tubuhnya. Tangan lentik itu bermain di dadanya dan Vanila mencium dadanya. Rasanya begitu nyata. Bukan mimpi. Tom memejamkan mata menikmati sentuhan itu.

Lihat selengkapnya