"Arrrghhh!" Clara memekik histeris bersamaan dengan melayangnya beberapa benda di kamarnya bahkan nyaris mengenai Brian. Malam ini dia bukan hanya gagal mendapatkan Tom, tapi Tom benar-benar mempermalukannya layaknya jalang yang rindu pejantan, di depan polisi.
Iya, dia memang tergila-gila pada Tom, tapi dia tidak sudi dipermalukan seperti ini. Tom jelas menabuh genderang perang padanya. Namun kenapa dia masih menginginkan makhluk itu? Kenapa semua yang dia rencanakan tidak berjalan sesuai rencana. Seharusnya setelah menggeser posisi Tom- Tom akan menghiba padanya. Tom mencintai pekerjaannya, Tom punya kebanggaan lebih pada prestasinya, pada pencapaiannya di usianya yang belum genap empat puluh tahun- dia telah menjadi vice presiden direktur PT Clement Construction yang ternama. Tom pernah bilang padanya saat mereka masih memiliki hubungan khusus bahwa Tom bakal hancur jika kehilangan Clement Construction. Lalu apa yang berubah? Setelah kehilangan posisinya di Clement Construction kenapa Tom tidak juga beralih padanya, memohon padanya? Menghiba di bawah kakinya?
Vanila...Apa Tom benar-benar jatuh cinta pada isterinya itu? Pada Vanila yang cerewet dan rewel, yang dahulu menjadi mimpi buruk bagi hari-hari Tom? Bagaimana bisa itu terjadi? Bukannya dulu bagi Tom dia lah yang terbaik? Tom akan berlari dari rumahnya untuk menemuinya setelah pertengkaran dengan Vanila. Tom bilang seandainya Vanila sebaik dia..., seandainya Vanila mampu membuat Tom nyaman seperti dia yang selalu mampu. Lalu Tom memintanya berbagi tipsnya pada Vanila dan dia menolak karena dia tidak ingin membagi Tom... Kemudian Tom akan tertawa dan mereka akan bercumbu.
Kemana...?! Kemana perginya semua masa-masa manis itu?! Kenapa tidak berbekas sedikit pun di hati Tom?! Kenapa...?! Apa kurangnya dia dari Vanila Astanervary sekarang? Bukankah seharusnya semua berakhir indah buatnya dan Tom. Mereka saling mencintai, mereka saling tergila-gila satu dan yang lainnya... Seharusnya... Clara meraih vas yang ada di atas bufet yang berada di sisinya dan dengan cepat melempar televisi yang ada di hadapannya dengan vas bunga itu. Suara pecahannya membuat para pekerja rumah tangganya berlarian ke kamar tidurnya, walaupun saat itu jelas jam baru menunjukkan pukul tiga dini hari.
Brian mengibaskan tangannya, memastikan semua baik-baik saja pada para pekerja di rumah Pak Wie ini.
"Bu Clara baik-baik saja. Tutup telinga kalian dan jangan bicara apa pun pada siapa pun atau kalian tidak akan pernah bekerja lagi di sini," Brian berkata dan membuat para pekerja rumah itu memilih pergi. Tak ada yang berani berkata sepatah kata pun. Mereka mengenal Brian yang muncul di rumah itu beberapa kali bersama sang nyonya sejak kematian Pak Wie. Walaupun hati mereka menebak-nebak mungkinkah pria itu adalah kekasih gelap sang nyonya, tapi tak satu pun yang berani bertanya dan juga tak berani kembali melongok ke kamar sang nyonya di saat si nyonya mulai berteriak-teriak:
"Dasar bodoh! Seharusnya kau memilihku, Tom!! Setelah semua yang kulakukan....setelah aku bahkan rela terlihat ja*ang di depanmu dan orang lain, bagaimana bisa kau memilihnya?!." Clara jatuh terisak di lantai marmer rumah Pak Wie. Kepalan tangannya memukul-mukul ubin dengan marah. "Aku mencintaimu, Bodoh! Aku mencintaimu!"
Brian menghela nafas dalam melihat keadaan Clara. Bagaimana menderitanya wanita itu karena jatuh cinta pada pria berengsek seperti Tom. Brian tahu dari beberapa novel dan pembicaraan teman-teman wanita di masa sekolahnya dulu betapa menariknya seorang bad boy di mata para wanita. Namun dia masih tidak bisa paham bagaimana bisa Clara jatuh cinta pada Tom Dwiguna yang telah melakukan pelecehan seksual padanya. Dia bahkan nyaris shock saat polisi menelponnya dan memberitahunya bahwa Clara ada di kantor polisi karena memasuki kamar tidur Tom Dwiguna tanpa izin, berdusta pada orang tua Tom sebagai gadis bernama Sasa agar memperoleh izin dari orang tua Tom untuk menginap di rumah Tom.
Polisi juga berkata bahwa Clara sendiri yang mengatakan bahwa dia bisa menjadi penjamin buat Clara. Dia datang ke kantor polisi dalam waktu singkat. Berkendara sekencang-kencangnya untuk tiba secepatnya di kantor polisi dan menemukan Clara yang terdiam bisu di kantor polisi tanpa sepatah kata pun. Bahkan tidak juga menyapanya. Berbicara beberapa saat dengan polisi, dia mendapatkan hal mengejutkan bahwa Tom memergoki Clara melakukan pelecehan padanya di saat pria itu tengah tertidur. Pelecehan yang dilakukan Tom semasa Clara menjadi sekertaris pria itu benar-benar telah menghancurkan harga diri wanita itu. Wanita secantik Clara yang hanya dengan senyum tipisnya pasti bisa merontokkan hati berpuluh pria malah bertindak bagai ja*ang demi seorang Tom Dwiguna. Clara benar-benar korban Stockholm syndrome.
"Clara." Brian menyentuh pundak Clara lembut, "Kenapa kau masih mengingininya? Lupakan dia. Kau pantas mendapatkan pria yang lebih baik. Aku bisa memperkenalkanmu dengan beberapa pria baik yang akan memperlakukanmu dengan baik."
"Jauhkan sentuhanmu dariku!" Clara menepis telapak tangan Brian dengan kasar. Kemudian beralih menatap Brian dengan marah, "Seharusnya kau memberitahu aku ketika Tom berniat keluar dari Clement Construction, tapi apa yang kau lakukan?! Kau membiarkannya pergi... Kau bahkan menahanku untuk menahannya."
"Karena dia memang harus pergi jauh dari hidup kamu! Pria yang memperlakukan kamu dengan sangat kejam itu tidak pantas untuk kamu tangisi."
"Kau tidak tahu apa-apa! Apa yang kau tahu tentang perasaanku, cintaku..."
"Itu bukan cinta Clara."
Clara terkekeh kecil. "Apa yang kau tahu tentang cinta?" Brian jongkok di sisi Clara.