Unperfect Marriage

Elisabet Erlias Purba
Chapter #106

#106. Dilema Verzet dan Dinda 1

"Papa sama Mama dia bakal cerai." Budianto bercerita bersama Alfa Romeo dan Dino. "Gue tahu dari televisi kemarin waktu Mama gue nonton gosip."

"Di mendsos juga banyak cerita tentang Mama dia sama aktor Andy Herline itu," Dino menambahkan, "Gila...Mama dia selingkuh sama Andy Herline. Bentar lagi Papa tiri dia artinya aktor internasional coy."

"Mau sama aktor internasional kek. Mau sama presiden sekalian kek. Gue sih ogah punya bokap tiri, " serobot Alfa sambil menjilat es krim di tangannya. "Tapi kalau dipikir-pikir... gue jadi kepikiran... Jangan-jangan dia bukan anak papanya, tapi anak selingkuhan Mamanya," ucapan Alfa Romeo disambut tawa ngakak oleh kedua sahabatnya.

"Lo bilang apa?" suara keras dari samping ketiga anak laki-laki itu membuat ketiganya kaget. "Lo bertiga ngomongin gue kan?!"

"Siapa yang ngomongin lo?" Seru Alfa santai, " Tapi kalau ngerasa berarti benar dong." Tawa kedua sahabatnya terdengar bersamaan mendengar omongan Alfa.

"Aku minta kalian minta maaf," Verzet menunjuk wajah ketiga teman sekelasnya itu, "karena sudah menghina Papa dan Mama aku. Minta maaf!" Verzet mencekal bahu Alfa yang ingin berlalu. Alfa jelas mencoba menepiskan sentuhan itu. Namun Verzet tidak mengizinkannya berlalu. Sikap keras Verzet bahkan membuat es krim yang ada di tangan Alfa terjatuh dan hal itu membuat Alfa marah.

Dua bocah laki-laki itu saling bergelut di lapangan sekolah. Kehebohan itu jelas dengan cepat menarik perhatian seluruh siswa sekolah yang kemudian mengelilingi perkelahian itu dan menonton keduanya, Dino dan Budianto nampak antusias memberikan semangat kepada Alfa Romeo.

"Alfa! Verzet! Berhenti!" teriakan Maria tak digubris kedua anak laki-laki itu. Hal itu membuat Maria buru-buru kabur dari kerumunan yang makin banyak itu. Dia harus memberitahu bapak dan ibu guru atas perkelahian ini.

***

Suara hingar bingar dan pergaduhan itu terhenti segera saat Pak Januar dan Bu Anastasia muncul di tempat itu dan membubarkan kerumunan itu. Verzet dan Alfa dibawa ke kantor guru.

"Berdiri di sana." Pak Januar yang merupakan guru piket hari ini bertindak sebagai guru pengawas, berdiri menyadar di sisi mejanya. Tangannya terlipat di dadanya. Matanya menatap tajam kedua siswanya. "Alfa, setiap hari kamu selalu buat keributan..."

"Ihhh, Pak Januar kali ini bukan saya yang mulai, tapi dia." Alfa menunjuk pada wajah Verzet, "Semua orang juga lihat dia yang memukul saya lebih dahulu."

"Tidak mungkin Verzet memukuli kamu tanpa sebab. Ngaku aja kamu apa yang kamu lakukan?"

"Gini nih semua guru. Percayanya cuma sama murid yang dia anggap lebih pintar..."

"Bapak bukan percaya sama Verzet karena dia murid pintar, tapi karena track record dia adalah murid baik-baik yang tidak pernah buat masalah sama siapa pun. Kamu mau jujur atau Bapak tanya Verzet dan kalau benar kamu buat macam-macam lagi Bapak bakal hukum kamu menghormat bendera di tengah lapangan."

Pernyataan Alfa membuat Pak Januar beralih menatap Verzet yang memilih menundukkan wajahnya. Papa dan mamanya selalu mengajari jika sedang dimarahi mama dan papa- dia harus menunjukkan rasa hormat dan menyesal dengan menundukkan kepalanya. Jangan menantang tatapan mata orang tua. "Verzet, kamu murid teladan di sekolah ini kenapa kamu bisa terlibat perkelahian seperti tadi? Kenapa kamu memukul Alfa?"

Verzet mengangkat wajahnya dan menatap Alfa tajam. Kali ini tanpa rasa takut lagi, walau bela dirinya belum sempurna namun cukuplah untuk melindungi diri dari Alfa Romeo yang tidak punya kemampuan bela diri dan hanya bermodal galak dan tubuh yang lebih besar dari semua anak di kelas. Dia menyarangkan dua kali tinjuan ke wajah Alfa. Bonyok di wajah Alfa jelas terlihat.

"Dia menghina Papa dan Mama saya, Pak."

"Dia bohong, Pak. Saya nggak ada menghina Papa dan Mama dia."

"Kamu, Dino dan Budianto bilang Papa dan Mama aku bakal cerai. Kamu bahkan bilang aku bukan anak Papa aku, tapi anak selingkuhan Mamaku! Apa itu kalau tidak menghina?!"

"Gue cuma membahas berita-berita di televisi dan media sosial! Lo protes sana sama mereka kalau berani!"

"Stop!" Pak Januar memekik sambil memukulkan penggaris kayu panjang ke mejanya, kedua siswa itu terdiam. "Alfa, kamu tidak boleh mengatakan hal itu kepada siapa pun..."

"Itu ada di medsos..."

"Apa pun yang kamu dengar dan lihat di luar sana tidak bisa menjadi pembenaran kamu melakukan hal yang sama. Semua yang mereka tulis di medsos belum tentu benar dan jikalau pun benar..."

"Nggak mungkin benar, Pak!" Verzet memotong, "Mama aku nggak mungkin selingkuh! Papa dan Mama aku juga nggak mungkin bercerai!"

Lihat selengkapnya