Unperfect Marriage

Elisabet Erlias Purba
Chapter #114

#114. Di Hotel

Vanila meluncur bersama Andy menuju hotel Grand Hyatt, Andy akan mempertemukannya dengan seorang produser film. Pagi-pagi tadi Andy datang menemuinya walau harus mendapatkan lototan mata penuh permusuhan dari anak-anaknya. Andy datang dan memberitahunya bahwa ada pencarian pemain dalam sebuah film. Itu benar-benar sebuah kabar baik bukan? Belum lagi kemarin malam usai menutup pembicaraan dengan Tom- produser sinetron Keteguhan Hati sendiri menelpon dirinya dan memintanya datang ke syuting sinetron itu esok hari yang artinya adalah hari ini untuk kembali berakting, walau kemudian dia meminta dengan sangat agar dia diizinkan memulai kembali syuting besok hari. Dia sudah berjanji pada Tom untuk mempertemukan Tom dengan anak-anak mereka. Dia tidak ingin berbohong pada Tom.

Pengakuan Tom di gedung pengadilan di depan seluruh wartawan infotainment jelas merubah semuanya. Semua menjadi lebih baik baginya dan Andy, tapi entah bagaimana dengan Tom. Sedari tadi Vanila bertanya-tanya pada keadaan suaminya itu. Dia sendiri tidak tahu apa itu artinya dia masih perduli pada pria yang pernah memberinya cinta begitu besar dan rasa sakit yang begitu hebat?

"Sepertinya Verzet dan Dinda nggak suka sama aku" Andy melirik pada Vanila yang masih diam. "Tapi aku nggak akan menyerah untuk membuat mereka menyukaiku."

"Aku rasa itu hanya kesalah pahaman. Waktu pertama bertemu denganmu, Verzet dan Dinda jelas menyukaimu. Aku ingat Verzet yang nggak pernah mudah akrab dengan orang asing, tapi saat jumpa dengan kamu- dia bisa begitu nyaman bermain dan berbincang dengan kamu. Anak-anak sepertinya membaca dan mengetahui tentang kita dari berita yang tidak bertanggung jawab yang ada di internet dan media sosial. Mereka pikir kita menjalin hubungan." Vanila terkekeh. "Mereka salah paham."

"Vanila." Andy menyentuh punggung tangan Vanila lembut. Saat itu tepat di lampu lalu lintas. Traffic light itu sedang berwarna merah. "Thanks, ya karena tadi kamu membela aku di depan anak-anak." Vanila jadi ingat kembali kejadian tadi pagi saat Andy datang ke rumah dan anak-anaknya bersikap tidak sopan. Entah Verzet dan Dinda sengaja atau tidak. Namun Vanila yakin seratus persen kedua anaknya itu memang sengaja melakukannya. Manik hitam mata Vanila melirik pada jemari Andy yang tidak beralih dari dari tangannya bahkan kini Andy memasukkan jemarinya diantara jemari Vanila. Demi Tuhan keadaan ini menjadi canggung bagi Vanila.

Andy sungguh pria yang baik. Andy selalu ada buatnya selama masa-masa sulit di hidupnya saat ini. Andy membantunya dalam segala aspek. Bukan hanya soal uang. Andy juga membantunya mendapatkan pekerjaan dan mengembangkan dirinya, satu hal yang nggak dilakukan oleh Tom bahkan Andy rela menjadi tameng agar hanya dia yang disalahkan masyarakat saat Tom melempar fitnah dan tidak berani mengklasifikasi. Andy melakukan semua buatnya.

"Nggak masalah, Andy. Malah aku yang seharusnya minta maaf padamu akibat sikap nakal Verzet dan Dinda." Vanila melirik ke lampu traffic light yang berubah warna ke hijau. Namun Andy masih diam di tempat. Dia bahkan harus mengingatkan pria itu. "Andy lampunya sudah hijau. Bukankah kita harus jalan?"

"Ohh, ya." Andy gelagapan. Menggerakkan rem dan meluncur. "Habisnya wajahmu selalu mengalihkan duniaku sih, Van."

Oh. Lelucon apa itu? seru batin Vanila. Nggak mungkin kan Andy mencoba merayunya?

"Kamu tahu perasaanku, Van. Jangan mengingkari itu. Aku janji kamu akan bahagia hidup denganku. Aku akan jauh lebih baik dari Tom...Aku..."

"Andy...." Jeda sejenak. "Aku tidak tahu kapan aku bisa membuka hatiku untuk orang lain termasuk untukmu. Dan kamu pantas bahagia walau bukan denganku."

"Tapi aku maunya bahagia dengan kamu, Van. Hanya dengan kamu." Vanila menghela nafas. Baru akan angkat suara lagi ketika suara Andy menahannya, "Aku berhak mencintaimu, Van dan kamu nggak berhak memaksaku menyerah karena hatimu bukan hakmu sendiri. Someday, mungkin Tuhan akan membuat hati itu berpaling padaku? Who's know hah?"

Vanila tersenyum getir. Andy benar: karena hatinya bukan haknya sendiri. Dia begitu percaya bahwa hatinya hanya akan mencintai Tom begitu juga Tom hanya akan mencintainya. Namun semua berubah. Waktu mempermainkan hati mereka yang rapuh. Hati Tom yang hanya terisi namanya berganti dengan nama wanita lain: Clara dan di hatinya yang selalu dipenuhi cinta pada Tom berubah menjadi marah dan benci pada suaminya itu. Dahulu dia bahkan tidak pernah bisa membayangkan hal itu akan terjadi. Rasanya dunia runtuh menimpanya saat dia memergoki pesan teks di ponsel suaminya itu dengan Clara. Dia tidak bisa mengendalikan rasa itu agar tidak menyakitinya. Namun kini dia mampu. Sepertinya melihat Tom tak lagi terlalu menyakitkan dalam artian dia tidak ingin peduli pada apa pun yang dilakukan pria itu. Hanya memori yang terkadang masih merobek hatinya. Waktu akan membuat memori itu makin hari makin samar jika dia tetap menjaga jarak untuk menjauh dari Tom.

***

Vanila dan Andy tiba di restoran hotel Grand Hyatt. Mereka menemui Pak Rajesh Thadani, pria keturunan India itu merupakan produser film yang cukup bonafit di negeri ini. Vanila sering mendengar namanya di setiap pemutaran film baru. Bahkan tak jarang ditangan produser film itu banyak film yang berakhir jadi box office. Betapa dahulu Vanila pernah berharap salah satu novelnya akan berakhir menjadi film di tangan produser film itu kalau akhirnya sampai jadi box office itu bonus.

Ternyata di tempat itu juga telah ada manager baru Andy- Mbak Lila yang membuat Pak Rajesh Thadani mencoba mengkonfirmasi pada Andy. "Saya pikir manager kamu Madya."

"Saya punya dua manager, Pak. Madya ingin mengundurkan diri beberapa bulan lagi jadi saya mempersiapkan manager baru lebih cepat agar bisa banyak belajar dari Mbak Madya," Andy berdusta. Toh dia sudah punya kesepakatan dengan Madya bahwa masalah pekerjaan harus dianggap sebagai rahasia yang tidak boleh diumbar ke publik atau dia akan menyeret Madya ke jalur hukum dan meminta ganti rugi besar pada wanita itu- itu ada dalam klausula perjanjian kerja mereka selain bahwa Andy memang yakin Madya akan memegang teguh kerahasiaan pertengkaran diantara mereka karena rumah tangga Vanila dan Tom dimana Madya hendak membela Tom dan dia tidak bisa menerima hal itu- toh selama ini kesetiaan dan loyalitas Madya padanya bisa dipuji sempurna. Jadi Andy yakin sekali mulut Madya akan terkunci.

Lihat selengkapnya