Vanila melangkah tergesa keluar dari lift. Kemudian celingak-celinguk mencari dua sosok yang sedari tadi dia ikuti dari lantai atas, siapa lagi kalau bukan Tom dan Clara. Dua sosok itu keluar dari sebuah kamar saat dia tengah mencoba mencari keduanya dari satu kamar ke kamar lain dengan cara mengetuk pintu kamar dan berpura-pura sebagai room girls dan meringsek masuk ke dalam kamar saat pintu kamar di buka lalu menerima makian dari pemilik kamar.
Pria di kamar 1134 bahkan mendorongnya dengan keras agar keluar kamar dan tak lupa menghadiahinya dengan makian. Ketika itulah dia melihat Tom dan Clara keluar dari kamar 1139. Memunggunginya dan melangkah dengan bergandengan tangan dalam tawa menuju ke lift yang ada di ujung lantai.
Butuh kekuatan yang sangat besar untuknya tidak terjatuh pingsan saat dua sosok itu keluar dari kamar. Selama ini Vanila pikir dia tidak akan terluka lagi dengan apa pun yang Tom lakukan bersama Clara, tapi melihat kebahagian mereka ternyata masih melukainya begitu dalam. Tiga bulan menjauh dari Tom ternyata tidak cukup melupakan semua rasa yang pernah hadir di hatinya untuk suaminya itu. Dia pikir melihat Tom bersama Clara tak akan pernah menyakitkannya lagi, nyatanya intensitas rasa sakitnya masih sama. Tak berkurang sedikit pun.
"Vanila." suara panggilan dari belakang tubuhnya itu membuat Vanila buru-buru menghapus air matanya dan menghentikan langkahnya yang bergerak menuju pintu lobby. Andy menghampirinya dengan wajah cemas. "Kamu dari mana saja? Aku mencarimu ke toilet, tapi kau tidak ada."
"Aku...hanya sedang berkeliling melihat-lihat hotel." Dusta Vanila
"Baiklah kalau begitu. Kita balik?"
"Apa urusanmu dengan Pak Rajesh Thadani sudah selesai?" Andy mengangguk.
"Aku minta maaf karena Pak Rajesh tidak setuju mengikut sertakanmu dalam..."
"Tidak masalah, Andy. Benar-benar tidak masalah. Aku sudah senang bisa menjadi bagian sinetron Keteguhan Hati karenamu." Vanila mencoba tersenyum tulus. "Aku akan membuktikan pada semua orang bahwa aku bisa menjadi artis yang hebat, penulis yang keren..."
"Kau selalu menjadi penulis yang keren bagiku. Kau penulis favoritku," sambut Andy membuat tawa bahagia Vanila terlihat. Ahhh, Andy selalu bisa menjadi penghibur yang sempurna di saat sebuah luka dari Tom merobek hatinya dengan sempurna.
"Terima kasih, Andy. Terima kasih karena selalu ada untukku." Vanila menyeka ujung matanya saat merasakan setetes air mata meringsek hendak jatuh. Tangan Andy terjulur membelai lembut ubun-ubun kepala Vanila dan menelusuri riak rambut Vanila. Vanila tidak perlu bercerita. Dia jelas tahu segalanya karena saat Vanila memilih keluar segera setelah Pak Rajesh menentukan prediksi waktu syuting. Dia mengiyakan dan meminta Pak Rajesh berurusan dengan Mbak Lila, managernya sementara dia berpamitan ada keperluan syuting lainnya. Saat itu jelas dia melihat Vanila memasuki lift. Dia hanya tidak tahu alasan Vanila memilih naik ke lantai atas.
Saat mencari-cari Vanila, Andy dikejutkan oleh suara sapaan lembut dari seorang wanita cantik nan anggun yang dia temui di dalam lift yang saat itu berangsur-angsur sepi. Wanita itu baru saja menutup telponnya. Membicarakan seseorang yang seharusnya tidak diterima karena memiliki skandal melakukan pelecehan seksual di kantor lamanya hingga di keluarkan. Wanita itu memperkenalkan dirinya sebagai Clara.
"Bagaimana hubunganmu dengan Vanila?" Pertanyaan mengejutkan itu membuatnya sedikit kaget. "Kau mencintainyakan?" Jelas dia menyangkal. Pengakuan atas hal itu akan jadi rumor yang menghancurkan hidup Vanila yang baru saja damai dan dia tidak ingin menambah luka di hati Vanila "Jangan bohong. Aku tahu kau mencintai Vanila. Kalian jelas terlihat sangat cocok. Kalian terlihat seperti Leonardo Davinci yang mencintai nyonya Monalisa dalam diam." Uhh perumpamaan itu menohok hati Andy. "Tapi aku berdoa semoga kisah kalian tak sepilu cinta Khalil Gibran pada seseorang wanita bersuami yang tak bisa dia miliki. Khalil Gibran kemudian hanya bisa menuliskan puisi di depan kubur wanita malang itu yang mati karena kebengisan suami jahatnya. Kau jelas harus punya keberanian lebih jika ingin membahagiakan Vanila. Dan aku berniat membantumu."
"Siapa kau?"
"Aku sudah memperkenalkan diriku sebagai Clara kan?" Tawa wanita itu terdengar renyai dan terlihat menggoda. Jelas Andy tahu wanita yang dihadapannya ini jenisnya berbeda dengan Vanila. Jadi bagaimana mereka bisa saling mengenal? Andy bertanya-tanya dalam hati. "Akan kuberitahu apa yang kuketahui tentang Vanila. Vanila suka Vanila latte, suka masakan Indonesia dan paling suka soto, suka mendung, tapi membenci hujan, " Clara ingat bagaimana Tom menceritakan hal itu di setiap ada kesempatan. Jika diingat-ingat tak ada hari dalam pertemuan dan pembicara mereka tanpa melibatkan nama Vanila dan anak-anak Tom. Tom kesal pada wanita itu, tapi tak bisa berhenti membicarakan dan memikirkannya. Hal yang membuat hubungan panjang mereka selama delapan bulan hanya berakhir dengan obrolan tentang wanita itu. Siapa yang percaya selama perselingkuhan mereka- mereka hanya berakhir tidur di ranjang selama dua kali, nyaris tiga kali jika Tom tidak teringat pada isteri berengseknya: Vanila Astanervary yang dia tinggalkan di rumah di saat pertengkaran dan mungkin tengah menunggunya dalam tangis. Jika lebih mungkin dia telah mengandung putra Tom dan dia punya alasan kuat mengikat Tom pada dirinya.
"Terima kasih, Clara. Tapi aku kira kamu salah sangka. Hubungan antara kami bukan cinta, tapi hanya persahabatan." Andy memilih menekan tombol buka ketika tiba di lantai satu sementara Clara masih melanjutkan perjalanan ke underground. Saat itulah dia melihat Vanila.
"Ayo, pulang." Ajak Andy mendapat gelengan kepala dari Vanila.
"Bisa antarkan aku ke lokasi syuting hari ini?"
"Tapi bukannya kamu bilang..."
"Aku akan syuting hari ini juga. Jenuh di rumah." Dusta Vanila lagi dan lagi. Dia tidak akan mempertemukan Tom dan anak-anak mereka hari ini. Tom pantas untuk hukuman itu.
***
Tidak ada yang baik hari ini. Semua tidak berjalan mulus sesuai rencananya hari ini. Tom menunggu lama di depan ballroom untuk diwawancarai, tapi ternyata dia bahkan tidak diwawancarai. Saat para direksi PT. Wicaksarana keluar dari ballroom, mereka memberi alasan masa lalunya di PT. Clement Construction yang membuat mereka tidak jadi menerimanya. Setelah ngotot dan meminta penjelasan, Tom baru mengetahui bahwa Clara tidak main-main. Wanita itu menyebar black champaign bahwa dia melakukan pelecehan seksual dan penyerangan seksual pada sekertarisnya di PT. Clement Construction. Hal yang menyebabkan PT. Clement Construction memutuskan hubungan kerja dengannya.
Bagaimana pun caranya dia mencoba menjelaskan, para direksi PT. Wicaksarana tidak sudi mendengarnya. Mereka bilang mereka jelas mendapatkan informasi dari seseorang yang terpercaya: Bu Clara Chang sebagai pemilik mayoritas saham PT. Clement Construction. Begitu mudah Clara mempermainkan nasibnya. Dan kini setelah menunggu lama di depan rumah Vanila tanpa kabar apa pun dari isterinya itu. Kini Vanila mengatakan dia tidak bisa bertemu dengan anak-anaknya karena Vanila sibuk syuting.
"Bagaimana dengan anak-anak?"
"Mereka baik-baik saja. Mereka ada bersama ku."
"Mereka pasti kecewakan?"
"Untungnya aku belum memberitahu mereka."
"Ohh. Syukurlah kalau begitu. Aku selalu tahu kamu pembuat kejutan yang sempurna." Lalu Vanila menutup telponnya tanpa basa basi sedikitpun seakan bicara dengannya merupakan saat paling memuakkan bagi Vanila. Bukankah semalam kelihatannya hubungan mereka akan baik-baik saja? Tom tidak habis pikir. Dia melirik pada buket besar bunga mawar putih yang ada di belakang jok mobilnya yang baru saja keluar dari bengkel. Dia sengaja membeli bunga itu buat Vanila dan berniat memberikannya pada Vanila sebagai ucapan terima kasihnya karena Vanila mengizinkannya menemui anak-anak mereka dan sebagai ucapan cintanya pada isterinya itu-walau mungkin tidak akan dipercaya Vanila. Namun kalau akhirnya mereka tidak bisa bertemu bagaimana dengan nasib sebuket bunga yang dia beli buat Vanila? Tom menghela nafasnya.
Mungkin nggak salah juga jika dia pergi ke lokasi syuting sinetron Keteguhan Hati, pikirnya, dia akan menjaga dan mengajar anak-anak saat Vanila melakukan syuting. Tom lalu meraih ponsel dari saku jasnya. Dia butuh tahu dimana syuting sinetron itu dilakukan.
***