"Mas. Mas." Dua orang sekuriti lokasi syuting berlari mengejar Tom yang akan tiba di depan pintu rumah lokasi syuting. Sebuket besar bunga mawar putih kesayangan Vanila ada di pelukan kedua tangan Tom.
"Iya? Ada apa?"
"Mas, nggak boleh masuk."
"Saya mau menemui isteri saya Vanila."
"Kami tahu, tapi Mbak Vanila tidak ingin bertemu dengan Anda dan Mas Gunawan juga tidak mengizinkan orang luar masuk...."
"Saya bukan orang luar, saya suami...."
"Tapi Mas bukan bagian dari pemain ataupun kru produksi Keteguhan Hati. Berarti Mas orang luar."
"Beberapa waktu yang lalu saya nemani isteri saya sampai larut malam, nggak ada yang larang. Kenapa sekarang saya dilarang ketemu isteri dan anak-anak saya?" Tom mencoba mengingatkan sekuriti itu pada kejadian lalu ketika Vanila dikejar-kejar oleh fans fanatik garis keras Andy Herline dan tidak ada seorang pun yang melarang dia saat itu berada terus di sisi isterinya.
"Tapi ini keputusan Mas Gunawan, Mas. Agar accident tadi sore nggak terulang."
"Accident tadi sore?"
"Mertua Mbak Vanila datang dan memaksa Mbak Vanila ikut dengannya sampai-sampai Mbak Vanila jatuh dan akibatnya sekarang kakinya keseleo. Jadi mulai hari ini Mas dan anggota keluarga Mas nggak akan kami izinkan masuk ke arena syuting."
"Apa? Kamu pasti bohongkan? Mama saya nggak mungkin melakukan hal itu." Tom terlihat tak percaya, "Saya harus bertemu Vanila."
"Nggak bisa, Mas." Tom tidak perduli. Dia menepiskan sentuhan tangan kedua sekuriti yang berusaha menahan dan menangkapnya. Kedua sekuriti itu berusaha menahan langkah Tom.
"Saya cuma sebentar. Saya mau ketemu Vanila dan anak-anak saya. Saya perlu tahu keadaannya." Tom menendang salah seorang sekuriti itu hingga jatuh. Tidak sekuat tenaganya agar si sekuriti tidak terluka.
"Mbak Vanila udah diurut kok."
"Maaf, Pak. Tolong jangan mempersulit pekerjaan kami," pinta si sekuriti yang terjatuh sambil memegangi pergelangan kaki Tom, "Kami akan dipecat jika membiarkan Anda masuk. Saya masih butuh pekerjaan ini untuk menafkahi anak dan isteri saya juga dua orang tua saya."
Perkataan itu membuat langkah kaki Tom terhenti. Dia menatap sekuriti yang ada di bawah kakinya itu. "Saya tidak berniat mempersulit pekerjaan kalian ataupun hidup kalian. Saya hanya ingin bertemu isteri dan anak-anak saya."
"Tapi Mbak Vanila sendiri yang tidak ingin bertemu..." Sekuriti lain berimprovisasi seakan telah bertanya pada Vanila. Sejenak Tom tertegun. "Mbak Vanila bilang..." Tom mengangkat salah satu tangannya sebagai isyarat meminta pria itu berhenti bicara. Mengetahui bahwa Vanila benar-benar menolaknya, itu sangat menyakitkan. Berhenti memaksakan kehendak sendiri, akhirnya Tom memilih mengalah. Memaksakan kehendaknya untuk bertemu Vanila hanya akan berakhir pada pertengkaran diantara dia dan Vanila.
"Baiklah. Tapi tolong sampaikan bunga ini." Tom menjulurkan sebuket besar bunga mawar putih kesukaan Vanila pada si sekuriti yang segera menerima pemberian itu.
"Akan saya sampaikan, Pak. Sekarang bisakah Anda pergi dari sini?" Tom mengangguk walau tak rela. Namun di detik selanjutnya dia meminta si sekuriti menunggu sejenak. Tom bergegas ke dalam mobil, meraih satu blok kertas memo dari dashboard dan sebuah pena dari saku jasnya. Di kap mobilnya dia mulai menulis beberapa pesan singkat dan memasukkannya ke sela bunga-bunga mawar putih itu. Vanila punya kebiasaan untuk membuka buket bunga dan memasukkannya dalam vas bunga. Itu akan jadi pesan kejutan buat isterinya itu karena jika buket tidak dibuka, yang terlihat hanya pesan dalam greeting card berwarna merah jambu.
"Terima kasih," ucap Tom sebelum memasuki mobilnya di bawah pengawasan dua sekuriti itu. Sejenak dari dalam mobilnya dia menatap ke rumah lokasi syuting sebelum melajukan mobilnya untuk pergi dari tempat itu. Tepat ketika Tom pergi dari lokasi syuting, sebuah mobil sedan mewah memasuki area lokasi syuting. Kedua sekuriti itu menyambut pria yang segera turun dari dalam mobil sedan mewah itu.
"Mas Andy."
"Malam, Pak. Bunga yang bagus dan besar." ucap Andy sambil melirik pada buket besar bunga mawar putih yang ada dalam pelukan seorang sekuriti. Besarnya bunga itu bahkan membuat tubuh sang sekuriti nyaris tenggelam.
"Ohhh, ini bunga dari suaminya Mbak Vanila buat Mbak Vanila. Nitip ke kita soalnya Mas Gunawan dan Mbak Vanila nggak mau jumpa sama siapa pun. Karena accident tadi sore..."
"Accident tadi sore?"
"Tadi Ibu mertua Mbak Vanila datang, ngomong tentang suami Mbak Vanila begitu, terus karena Mbak Vanila nggak mau dengar ibu mertuanya memaksa Mbak Vanila untuk mendengarkannya. Nggak tahu bagaimana Mbak Vanila jatuh. Kakinya agak terkilir jadi Mas Gunawan memerintahkan untuk tidak mengizinkan keluarga suami Mbak Vanila masuk ke lokasi syuting."
"Kayaknya di dorong Ibu mertuanya sih."
"Apa?" Andy bergegas berlari hendak menemui Vanila, tapi panggilan dia sekuriti yang menjulurkan buket bunga mawar putih yang dibawakan Tom membuat langkah Andy terhenti. Dia tidak akan membiarkan Vanila tahu Tom memberinya buket bunga mawar sebesar ini. Andy meraih buket yang dijulurkan padanya.
"Tolong dikasih ke Mbak Vanila, ya, Mas. Mau ke dalamkan?" Andy mengangguk kemudian menjulurkan dua lembar uang seratus ribuan pada dua sekuriti itu.
"Uang ngopi. Biar makin segar jaganya.