Unperfect Marriage

Elisabet Erlias Purba
Chapter #125

#125. Mencari Anak-anak.

Tom, Verzet, Brian dan Alfa Romeo akhirnya harus berakhir berada di ruang BP untuk menyelesaikan pertikaian itu. Siapa yang akan menyangka di usianya yang telah tiga puluh lima tahun Tom harus masuk kembali ke ruang BP sekolah seperti masa sekolah dasarnya dulu, tapi kali ini karena kenakalan bapak-bapak?

Mereka harus menantikan kedatangan isteri mereka masing-masing ke sekolah. Neli yang muncul pertama kali, menyelamatkan suaminya dan anaknya kemudian minta maaf pada Tom dan Verzet lalu menandatangani sebuah surat jaminan bahwa anak dan suaminya tidak akan melakukan hal itu lagi. Tom dan Verzet harus menanti lebih dari satu jam kemudian ketika Vanila muncul dengan tergesa-gesa setelah dia gagal meminta guru BP melepaskannya saja tanpa memanggil Vanila. Vanila menyembulkan wajah dari balik pintu ruang BP yang terbuka. Jelas terlihat kaget luar biasa saat menemukan dia di sana.

"Papa!" pekikan suara Dinda terdengar keras. Vanila memegangnya erat agar putrinya itu tidak kabur darinya kemudian memeluk pria dengan pakaian kurir antar barang itu.

"Kamu? Kenapa kamu ada di sini?"

"Ma, ini Papa." Verzet lebih dahulu bicara sebelum Tom memberi jawaban.

"Bu Vanila, Anda yakin Anda baik-baik saja?" Suara Pak Adam- salah satu guru BP di sekolah Verzet terdengar. Rasanya Vanila ingin melumat Tom hidup-hidup saat itu juga. Namun sopan santun membuatnya menahan diri untuk bertengkar di depan umum dengan Tom.

Vanila menyelesaikan segalanya dalam waktu singkat. Sebentar saja mereka telah keluar dari ruang BP dan berjalan berempat di koridor sekolah. Awalnya dia pikir Sekolah menelponnya karena uang sekolah Verzet dan Dinda yang kelupaan dia bayar, nyatanya karena perkelahian antara Verzet dan Alfa. Putranya yang tidak pernah memukul nyamuk seekor pun malah menghajar anak lain? Setelah menemukan Tom- jelas dia tahu Tom lah yang mengajarkan itu pada Verzet. Sementara uang sekolah Verzet dan Dinda telah lunas dibayar sampai dengan tahun ajaran berakhir. Tom yang membayarkan.

"Kau membayarkan uang sekolah Verzet dan Dinda sampai akhir tahun ajaran?"

Tom menatap wajah Vanila santai. "Mereka anak-anakku, Van jadi aku punya hak untuk memenuhi kebutuhan mereka..."

"Bukan itu maksudku," tukas Vanila kemudian, "Apa kau pikir karena kau memenuhi kebutuhan hidup mereka kau berhak mengajarkan apa pun pada mereka?" Tom menatap Vanila sejenak dengan serius. Namun jelas tanpa rasa berdosa sedikit pun. "Bagaimana bisa kau mengajarkan pada Verzet untuk menyelesaikan masalah dengan perkelahian?" Vanila berceletuk masih dengan kesal setelah mendengar kejadian singkat yang terjadi dari bibir Pak Adam.

"Aku tahu kekerasan itu buruk, tapi kadang kau tidak boleh melarikan diri saat melindungi sesuatu yang berharga."

"Sesuatu yang berharga? Seperti apa?"

"Sepertimu?"

"Apa kau pikir ini lelucon?" Vanila berceletuk, masih dengan kesal. "Kau pasti puas sekali tertawa sepanjang waktu karena melihat kebodohanku. Kau muncul di depanku dengan pakaian ini, plus jambang dan kumis palsu serta kaca mata lalu berpura-pura bisu dan aku tidak mengenalimu..." Vanila berdecak kesal luar biasa pada dirinya. Saat Dinda dan Verzet meminta diizinkan membeli jajanan di kantin sekolah, Vanila dengan cepat mengeluarkan uang dan membiarkan anak-anak itu pergi. Dia perlu bicara serius dengan Tom tanpa didengar oleh anak-anak. Tom menatapnya nyaris tak percaya. Vanila yang tidak pernah mengizinkan anak-anak mereka jajan dan lebih suka membekali anak-anak dengan masakannya kini dengan mudah menjulurkan uang.

"Kau mengizinkan anak-anak jajan? Ini bukan dirimu."

"Kau mungkin akan sangat terkejut dengan banyak hal yang berubah. Aku memutuskan berhenti menjadi Vanila yang membosankan. Mama yang memiliki banyak peraturan dan wanita bersuami yang menjemukan saat kau menghianatiku untuk yang kedua, ketiga..."

"Aku tidak menghianatimu lagi, Van. Berapa kali harus kukatakan di pesta resepsi pernikahan Clara, aku tidak menciumnya. Dia yang menciumku dan aku tidak menganggap itu spesial."

"Tapi kau tidak terlihat keberatan."

"Ya, ampun bagaimana bisa kau berpikir aku tidak keberatan? Semua begitu cepat, dia melakukan hal itu dan kau melihatku. Aku mengejarmu... Ini seperti ketika Andy menciummu secara tiba-tiba beberapa waktu lalu di rumah kontrakanmu sampai kau tidak sempat mengelak. Padahal kamu tidak menginginkannya."

Lihat selengkapnya