Clara baru bangun dari tidurnya dengan wajah kesal. Bagaimana tidak kesal, kemarin malam dia baru mengetahui dari Brian bahwa Vanila baik-baik saja. Brian bilang dia bertengkar dengan Tom di sekolah anak-anak mereka dan guru BP sekolah anak-anak mereka meminta mereka memanggil isteri masing-masing untuk bisa pulang, walau tidak bertemu Vanila- Brian jelas tahu Vanila baik-baik saja karena guru BP lah yang menghubungi isteri-isteri mereka termasuk Vanila.
Untuk memastikan hal itu dia bahkan pergi ke rumah Tom, menyusup bagai maling ke kamar tidur Tom. Tom memang telah mengganti password untuk masuk ke rumahnya, tapi tidak jauh dari tanggal penting keluarganya dan kali ini password itu diganti dengan ulang tahun perkawinan Tom dan Vanila. Sangat mengesalkan, bahkan karena kesalnya saat pergi dari rumah itu dia mengganti password rumah Tom dengan tanggal pertama mereka bercumbu di kantor- persetan Tom tahu atau tidak. Kalau tidak tahu pria itu paling akan tetap diluar dan tidak bisa masuk ke rumahnya sampai memanggil ahli kunci elektronik.
Clara ingat dia menanti Tom di kamar tidur Tom yang luas dengan satu-satunya gaun tidur Vanila yang paling seksi yang bisa dia temukan di lemari pakaian wanita dengan selera sedikit kampungan itu, tapi sampai subuh- saat dia mengambil keputusan untuk pergi dari rumah itu, Tom bahkan tidak muncul juga. Bukankah itu mengesalkan. Dimana Tom saat itu? Apa mungkin bersama Vanila dan anak-anak mereka? Kepalanya sampai nyut-nyutan memikirkan itu. Sialnya setelah mencari di internet pun alamat Vanila tidak diketahui.
Dan berita pagi ini lebih membuatnya kesal lagi- ketika seorang pelayan di rumahnya memberitahunya akan kedatangan dua orang polisi. "Mereka sudah menunggu di ruang tamu, Bu."
"Kamu tahu buat apa mereka datang?" Pelayan itu menggeleng. Clara mendengus kesal, kebiasaan para pelayan selalu menerima tamu tanpa bertanya. Setelah meraih jubah tipis gaun tidurnya, Clara melangkah menuju ruang tamu.
Dari kejauhan dia bisa melihat dua polisi yang menangani kasus kematian Pak Wie berdiri memandangi seluruh penjuru rumah ini. Menatapi benda-benda berharga dan artistik yang ada di ruangan tamu yang jelas tidak akan terbeli hanya dengan gaji seorang polisi jujur. Clara mendehem dan menyapa kedua polisi itu.
"Selamat pagi, Bu Clara maaf kalau kami mengganggu tidur Anda."
"Tidak mengganggu," Clara berkata diplomatis sambil mempersilahkan kedua polisi itu duduk. Bersaman dengan datangnya seorang pelayan membawakan minuman bagi mereka. "Katakan pada saya apakah Anda datang untuk memberitahukan pada saya bahwa ada perkembangan baru dalam kasus kematian suami saya?" Clara berkata sambil melirik pelayan yang berlalu dari ruangan itu.
"Sayangnya kami belum bisa menemukan perkembangan baru. Kami datang untuk meminta keterangan Anda tentang keberadaan Anda dua hari yang lalu sekitaran pukul dua hingga tiga siang."
"Ini soal apa?" Clara berpura-pura tidak tahu walau jelas bisa menebak bahwa kemungkinan besar kedatangan dua polisi itu berkaitan dengan apa yang terjadi pada anak tirinya dan isterinya.
"Putra Pak Wie- Aldy Wie dan isterinya mengalami penyerangan dari orang tak dikenal yang menyebabkan mereka kini harus dirawat di ruang intensif care unit... Seseorang masuk ke dalam ruangan rawat Pak Aldy Wie dan menyuntiknya dengan cairan yang meracuni tubuhnya sampai saat ini dokter sedang berjuang keras menyelamatkannya dan isteri beliau Ibu Alma Airin mengalami kerusakan di saraf motorik karena terjatuh dari tangga darurat."
"Ohh, Tuhan." Clara membekap mulutnya. Benar-benar terlihat begitu shock atas berita itu.
"Dari seseorang yang tidak sengaja melihat kejadian itu, Bu Alma di dorong oleh seseorang ketika dia sedang menaiki tangga darurat karena listrik rumah sakit padam."
"Apa? Ini sungguh mengerikan," Clara memekik kaget, " Tak ada yang memberitahu saya soal ini. Namun apa ini berarti Anda mencurigai saya sebagai pelaku kejahatan itu? Bagaimana bisa? Apa...Anda bilang tadi? Ada seseorang yang melihat kejadian itu? Apa orang itu menyebutkan sayalah pelaku dari kejahatan itu?" Clara memekik kemudian tertawa kesal.
"Kami tidak mencurigai Anda, kami hanya harus memastikan keberadaan Anda. Bisa Anda ikut dengan kami ke kantor polisi sekarang juga?"
"Kalau saya keberatan bagaimana?"
"Kami akan sangat menghargai jika Anda mau bekerja sama."
Sial, maki batin Clara kesal. Bagaimana bisa dia seceroboh itu hingga meninggalkan saksi. Apa sebenarnya yang dilihat saksi itu? Dia sudah memperhitungkan segala hal sebelum melakukan rencananya menyingkirkan Aldy Wie. Dia membunyikan alarm kebakaran yang membuat semua orang di rumah sakit kalang kabut, sebelumnya bahkan beberapa meter dari rumah sakit dia sudah meminta PLN mematikan listrik di sekitaran rumah sakit dengan alasan adanya kebakaran. Dia mempergunakan waktu yang ada antara laporan palsu pada PLN- alarm kebakaran palsu dan jangka waktu dihidupkannya genset rumah sakit untuk menyusup masuk tanpa ketahuan CCTV rumah sakit dan para medis, langsung menembus kamar rawat inap Aldy Wie yang saat itu tengah tertidur pulas lalu menyuntikkan cairan yang sudah dia siapkan pada infus Aldy Wie dan pergi sebelum pria itu sadar.
Di anak tangga darurat rumah sakit, dia bertemu dengan Alma yang mencoba naik ke kamar suaminya saat orang-orang lain telah berlarian turun sedari tadi. Dia nyaris yakin saat itu hanya ada dia dan Alma yang tersisa di tangga darurat. Wanita itu terlihat cemas dan fokus berlari menaiki anak tangga untuk menyelamatkan suaminya ketika dia dan Alma berpapasan dan mendorong wanita itu dengan sekuat tenaga. Dia bahkan yakin Alma belum sempat melihat dirinya- apalagi saat itu dia menggunakan topi untuk membantu menutupi wajahnya -ketika tubuh wanita itu terhuyung dan menantu menyebalkannya itu terdolak ke belakang dan terbanting jatuh. Dia turun dari anak tangga itu dan tidak ada seorang pun di sana saat itu. Jadi siapa yang melihatnya? Apa ada seseorang dari anak tangga atas melihatnya?