Neli melangkah menyusuri gedung PT. Clement Construction, beberapa karyawan yang melintas menyapanya hormat. Neli membalas sapaan itu dan bergegas mengantri di depan lift. Dia menjadi penumpang terakhir menuju ruangan Vice Presiden Direktur. Dia berharap dia akan menemukan Brian di ruangan itu, tapi ternyata bukan Brian yang dia temukan melainkan Clara.
"Kenapa kau ada di sini?" Suara Neli terdengar kaget. Clara yang tengah berada di kursi managerial vice presiden direktur memutar tubuhnya dan menemukan Neli.
"Surprise." Ucapnya ringan tanpa beban. "Kau mudah sekali ditebak. Aku tahu kau akan datang pagi-pagi sekali ke sini. Apa kau datang untuk memberitahuku bahwa kau sudah mencabut laporanmu?"
"Jauhi dulu Brian..maka aku akan mencabut laporanku."
"Apa kau sedang melakukan tawar menawar denganku?" Clara tertawa kecil. Anggun dan manis jika saja orang yang melihat tidak tahu siapa dirinya. Namun nampak menjijikkan dan menakutkan bagi yang mengenalnya. Clara menyandarkan tubuhnya di kursi managerial lalu memutar-mutar kursi itu, tangannya terangkat ke atas dan tawanya yang bebas dan lepas membuat dia layaknya seorang bocah kecil di permainan komedi putar.
Neli meragukan wanita yang ada di hadapannya itu pernah membunuh dua...bukan, tapi tiga orang manusia dan membuat dua korbannya yang lain sekarang sekarat di ruang intensif care unit. Clara pasti tengah menakut-nakuti dirinya.
"Aku kira aku suka pada suamimu." Clara mengatakan hal mengejutkan itu tepat pada detik dia menghentikan tingkah lakunya. Lalu perlahan dia berdiri dan melangkah mendekati Neli. "Jadi aku tidak ingin melepaskannya, walau pun perasaan ini tidak sebesar rasa sukaku pada Tom...., mungkin karena dia tidak pernah setampan Tom?" Clara mengangkat bahunya, "tapi seperti makanan. Bukankah orang-orang lebih sering memakan makanan yang bukan makanan kesukaan semisal cemilan untuk melewati hari dan bukannya memakan makanan kesukaan?" Entah mengapa Neli membiarkan wanita cantik, tetapi iblis itu bicara ngalor-ngidul. Membicarakan sesuatu yang menurutnya tidak penting. "Aku kira aku juga akan mencoba menikmati cemilan." Persetan, Neli menggemeretukkan giginya dengan kesal: persetan wanita itu mau makan cemilan atau makan batu sekali pun apa urusannya dengannya? "Bahkan pernahkah kau berpikir mungkin karena tidak dimakan setiap hari makanya makanan itu menjadi makanan kesukaan? " Mungkin, pikir Neli membenarkan omongan Clara- tapi dia merasa nggak perlu juga menjawab pertanyaan dari wanita berperilaku minus itu- yang ternyata juga berotak minus. Mereka sedang bicara tentang Brian, kenapa juga malah berubah membicarakan cemilan? "Apa makanan kesukaanmu. Mungkin suatu hari aku akan mengirimimu kalau kita sudah baikan?" Neli tak mau menjawab pertanyaan itu. Sampai kapan pun juga ia juga nggak akan sudi memakan makanan yang diberikan wanita iblis ini. "Dan untuk sebuah cemilan aku rasa: Brian adalah cemilan yang terasa gurih."
Plak! Sebuah tamparan melayang cepat dan keras ke pipi Clara. "Beraninya kau menyamakan suamiku dengan cemilan." Clara mengangkat tangannya untuk membalas tamparan Neli, tapi Neli mampu menangkap telapak tangannya. "Kau pikir karena kau sudah mengatakan padaku tentang sepak terjangmu aku akan takut padamu?"
"Lepaskan tanganmu!" Clara memekik sambil menarik tangannya dari cengkeraman tangan Neli. "Kau akan menyesal karena melakukan ini padaku!" Bukannya melepaskan, Neli makin keras mencengkram pergelangan tangan Clara. Wajah Neli terlihat geram.
"Kau mengancam orang yang salah, Clara. Kau mengancam orang yang salah. Aku yang akan membuatmu menyesal. Aku akan memberitahukan semua kejahatanmu pada Brian. Suamiku akan lebih mempercayai aku dan aku tidak akan pernah mencabut laporanku pada polisi." Gurat keras di wajah Neli terlihat menandakan wanita itu sama tak main-mainnya dengan ucapannya pada Clara. Clara benci wanita kurang a**r ini. "Apa ada yang pernah mengatakan padamu bahwa kau sangat memalukan untuk seorang wanita, Clara? Kalau belum ada, aku yang akan mengatakan betapa kau sangat memalukan dan aku akan memastikan kau masuk ke dalam penjara!"
Ceklek. Clara mendorong tubuhnya ke belakang, tepat ketika pintu terbuka dan Brian muncul. Tubuh Clara terhuyung sebentar pada waktu yang tepat ketika Neli melepaskan cengkeraman tangannya dan hendak menyongsong sang suami. Kemudian Clara terjatuh.
"Aww...aduhh, " ringisnya sambil memegangi pinggulnya. Brian berlari begitu cepat menghampiri Clara bahkan tanpa memperdulikan Neli yang berlari menghampiri dirinya. Entah untuk berapa lama langkah Neli terhenti dan dia menatap bagaimana Brian membantu Clara berdiri dan apa itu tadi... menganggap dia tidak ada di ruangan ini. Brian melongos melintasinya seakan dia makhluk tak kasat mata, pikir Neli.
"Bagian mana yang sakit?" Brian bertanya dengan penuh perhatian. Neli bisa melihat bagaimana Clara menatapnya kini saat wanita itu menuntun tangan Brian untuk menyentuh bagian tubuhnya yang sakit: bokongnya. Benar-benar murahannya wanita itu.
"Bian," panggilan Neli membuat tangan Brian terhenti. Itu panggilan sayang Neli padanya saat mereka pacaran dulu hingga awal pernikahan yang terakhir tidak pernah Neli ucapkan lagi padanya. Brian menolehkan pandangannya menatap Neli.
"Sakit," suara Clara dan tangan wanita itu yang kemudian berada di belakang tengkuknya membuat Brian mengalihkan tatapan kembali pada Clara. Clara adalah wanita yang lebih berhak atas perhatiannya.
Clara tidak pernah berpura-pura menyukainya kalau tak suka dia akan bertindak tidak suka, kalau suka dia akan menunjukkan perhatiannya. Clara juga bukan orang yang membandingkan dia dengan siapa pun terutama Tom Dwiguna.
Namun Neli melakukan itu semua. Isterinya itu baru-baru ini saja berubah perhatian padanya kalau tidak selama ini...Neli selalu galak, bahkan untuk sekedar tidur nyaman saja dia tidak diberi kesempatan padahal pekerjaannya di Clement Construction sudah cukup berjubel, belum lagi makanannya selalu dibatasi dengan segala macam alasan yang paling menyakitkan adalah alasan bahwa tubuhnya gendut, perutnya seperti ibu hamil padahal Neli lah yang perempuan dan Neli malu jika harus menunjukkannya pada teman-temannya karena itu. Neli memaksanya olahraga di saat dia masih ingin tidur.
Kalau hari libur- olahraga Neli lebih parah lagi: aerobik atau zumba, dia harus memakai pakaian ketat padahal dia laki-laki. Dia merasa menjadi badut, tapi ucapannya hanya angin lalu bagi Neli. Kalau Komnas HAM laki-laki ada dia sudah lama melaporkan Neli kesana dengan alasan KDRT karena melakukan pelecehan verbal dan intimidasi karena kalau dia tidak mau menuruti keinginan Neli- isterinya yang totaliter layaknya Stalin bakalan tidak mengizinkannya tidur di kamar tidur dan menyuruhnya tidur di ruang tamu, pernah sampai satu minggu bahkan hingga akhirnya dia terpaksa mau berpakaian pakaian senam yang dibelikan Neli.
Saat itu Neli tersenyum lebar sekali, mendaratkan ciuman juga sih di bibir, pipi, kening dan sekujur wajahnya, tapi ciuman itu tidak akan bisa membuang kenangan buruk kelakuan minus isterinya itu padanya. Belum lagi selaku kepala keluarga dia tidak pernah dimintai persetujuan atas apa pun yang dilakukan Neli termasuk merenovasi bagian belakang rumah mereka padahal dia kepala keluarga.
Akhirnya putranya Alfa juga suka menyindirnya- putranya sendiri menyindirnya sebagai suami takut istri. Dia benci dan marah pada Neli. Apalagi namanya itu kalau tidak pelecehan- KDRT. Siapa bilang KDRT cuma bisa dilakukan laki-laki, wanita juga bisa. Clara lah yang membuatnya memiliki harga diri kembali.
Brian memilih menggendong Clara dengan kedua tangannya. Melupakan bahwa dia seharusnya menjaga perasaan Neli-isterinya, memangnya Neli pernah menjaga perasaannya? Baru akan membawa tubuh Clara ke sofa- tangan Neli segera mencekal lengan atasnya.
"Bian, buat apa kamu nolongin dia? Turun kau!" Neli mendorong tubuh Clara yang ada di gendongan Brian.