Verzet dan Alfa tampak berdiri di halaman sekolah, setiba di sekolah keduanya segera diminta ke ruang BP dan disidak oleh Pak Gino dan dua guru laki-laki lainnya untuk peristiwa kemarin- berkelahi di gedung bekas kantor dagang yang ada di sekitaran jalan ke sekolah mereka. Entah siapa yang mengadukan yang pasti mereka di hukum berdiri di luar kelas selama mata pelajaran pertama dengan saling bertanya tentang data pribadi sang teman- sang lawan tepatnya, pikir Verzet.
Verzet sebenarnya sudah bersiap untuk hukuman ini, jelas dia sudah tahu walaupun kemarin bisa menghindari kejaran para guru agar tidak tertangkap, kalau dia ke sekolah dia jelas akan di hukum bersama Alfa. Verzet juga sudah bersiap jika kemudian dalam hukuman bersama mereka, Alfa akan mulai membuat keributan baru dengannya termasuk memukulinya. Dia siap untuk melawan. Namun, Alfa hanya diam. Bocah yang selalu membuat gara-gara untuk membuat hidupnya bagai di neraka itu tidak bicara sama sekali. Verzet menebak-nebak apa ini bersangkutan dengan gosip yang menyebar di sekolah karena omongan Dino bahwa papa Alfa juga selingkuh? Verzet menghela nafas panjang- nggak habis pikir kenapa sih laki-laki dewasa suka jatuh pada masalah itu?
Verzet ingat ketika pada sebuah pagi seorang wanita tiba-tiba dia temukan di rumah mereka sedang berbincang di dapur bersama papanya saat mamanya keluar kota. Papanya dan wanita itu bahkan berciuman. Dia juga ingat pertengkaran antara papa dan mamanya yang terus berlanjut sampai saat ini bahkan di saat papa dan mamanya sudah berjanji mereka akan berbaikan dua hari yang lalu setelah dia dan Dinda kabur- hari ini dan kemarin, papanya tidak datang ke restoran tempat mereka janjian akan makan bareng sekeluarga, papa juga tidak datang lagi ke rumah kontrakan mama ataupun ke lokasi syuting. Dia dan Dinda yakin, papa dan mamanya bertengkar kembali entah karena alasan apa, tapi Verzet tahu jelas walaupun papanya mengatakan akan menjelaskan masalah ini padanya ketika dia dewasa- dia jelas tahu masalah diantara kedua orang tuannya adalah karena wanita yang dia temukan di pagi itu: ketika mamanya keluar kota. Berita-berita di sosmed mengatakan papanya selingkuh dan mamanya marah besar.
"Kamu anak ke berapa?" Pertanyaan Verzet hilang ditelan angin lalu, Alfa memilih bungkam. "Dimana alamat kamu?"
"Buat apa kamu nanyain itu?" Alfa menatap jengah.
"Ya, buat laporan sama Pak Gino lah kalau nanti kita udah menyelesaikan hukuman. Emangnya kamu pikir aku mau tahu hidup kamu? Gak penting juga." Alfa melotot menatap Verzet, "Maksud aku hidup aku juga udah ribet. Nggak mau ngurusin urusan orang."
"Kamu jelas tahu aku anak ke berapa, alamat aku dimana, bahkan nama papa dan mama aku siapa juga kamu tahu. Bilang aja yang kamu tahu." Verzet menggumam pelan mengiyakan ucapan Alfa. Kemudian keheningan kembali terjadi diantara mereka. Alfa menatap lurus ke gerbang depan sekolah seperti tengah menanti seseorang. Verzet hanya mengikuti jejak mata itu. "Lo pernah kabur dari rumah?" Pertanyaan itu memupus senyap yang terjadi. Verzet memandang Alfa dingin.
"Maksud lo nanya itu buat apa? Lo mau tahu seberapa buruknya rumah tangga Papa sama Mama gue buat lo ceritain kemana-mana? Gitu?" Suara Verzet naik setengah oktaf.
"Nggak."
"Aku tidak terlalu bodoh untuk percaya omonganmu."
"Gimana perasaan lo saat lo tahu ada orang lain di hati bokap lo selain lo dan nyokap lo?"
"Nggak akan aku jawab. Nggak penting juga kamu tahu karena kamu nggak bakal pernah paham."
"Bokap gue selingkuh. Dia jatuh cinta dengan Tante Clara dan gue baru tahu kemarin. Gue baru tahu kalau bokap gue bakal menceraikan nyokap gue. Gue suka Tante Clara, tapi bukan untuk menjadi nyokap tiri gue. Mama gue cuma satu." Alfa menghela nafas berat. "Gue kabur usai makan malam bareng papa sama Tante Clara, gue nginap di rumah Budianto, tapi parahnya mereka bahkan nggak nyariin gue. Gue kabur dan nggak pulang semalaman. Parah emang bokap gue.
"Kenapa kamu cerita sama aku?"
"Karena cuma kamu yang mengalami apa yang kualami." Alfa mengibaskan telapak tangannya. "Udah deh. Gue juga nggak minta belas kasihan kamu."
"Dua hari lalu aku sama adik aku baru saja kabur, tapi aku nggak tahu apakah itu menghasilkan hal baik atau tidak menghasilkan apa-apa. Satu harian Mama sama Papa aku baikan sih, tapi setelahnya balik musuhan.Orang dewasa itu aneh. Kalau ngomong sama anak-anak sukanya bilang jangan berantam, jangan bertengkar, maafin dong."
"Temanan lagi," sambung Alfa, "Tapi mereka sendiri kalau lagi marahan- marahnya lama banget." Verzet mengangguk membenarkan omongan Alfa. "Sebenarnya yang kekanak-kanakan itu anak-anak atau orang dewasa sih?"
"Kalau berdasarkan tata bahasa sih itu ditujukan kepada orang dewasa, tapi bersikap seperti anak-anak." Verzet menjelaskan makna gramatikal dari kata kekanak-kanakan.
"Kalau bicara sama juara satu memang gini, ya?"
"Gini apa?"