"Verzet." Vanila terisak saat menyaksikan para dokter IGD mengerubungi Verzet dan segera memasangkan selang oksigen pada mulut putranya setelah memastikan jalan udara di pernafasan putranya itu aman dan juga memasang infus. Vanila menatap ngeri saat jarum infus itu menusuk permukaan punggung tangan Verzet.
Saat melihat keadaan Verzet seperti itu, Vanila merasa seluruh kekuatannya menghilang. Tulang-tulangnya merapuh jadi jeli yang membuatnya berkali-kali terhuyung nyaris jatuh kalau saja tangannya tidak sukses meraih sesuatu dan bersandar di sana atau kalau saja Andy tidak melihatnya dan segera menghampirinya dan menjadi sandaran buatnya berdiri. Semua kelelahan, kesedihan dan amarah menjadi satu membenturnya hingga dia bahkan tak yakin kalau dia akan sanggup sadar menanti Verzet mencapai kesadarannya. Telapak kakinya juga sakit, sepertinya bebatuan di jalanan menggores dan melukai telapak kakinya yang telanjang. Vanila bisa merasakan perih di bawah sana, lapar di perutnya, jantungnya yang terus berdegup kencang dan tak mau tenang, keringat dingin yang mengalir terus sebagai reaksi cemas dan kelaparan yang dia alami. Dan segala macam reaksi tubuh yang membuatnya merasa tidak sanggup berdiri di sini lagi.
Namun dokter butuh tahu apa yang terjadi pada putranya itu. Mengeraskan hati dan fisiknya Vanila bertanya pada Dinda atas apa yang terjadi. Kenapa mereka di restoran dan apa yang mereka makan. Butuh waktu baginya membujuk Dinda untuk mengetahui apa yang terjadi pada Verzet- bagaimana Verzet mengalami kembali alergi berat.
Dinda meminta maaf padanya dan minta dia tidak memarahinya lalu Dinda menceritakan bahwa kakaknya memakan sisa nasi goreng seafood yang dia makan. Vanila segera menjelaskan pada dokter IGD bahwa putranya itu pengidap alergi pada makanan laut dan asma bawaan yang sebenarnya sudah semakin membaik. Vanila juga menjelaskan beberapa obat yang dipakai Verzet buat asmanya dan alergi udara kotor yang sempat digunakan Verzet. Termasuk obat yang digunakan dokternya ketika Verzet kecil tidak sengaja menyantap nasi goreng seafood sang papa.
Dokter IGD manggut-manggut paham dan segera menulis penjelasannya pada buku status medis pasien.Wajah Verzet bukan lagi memerah, tapi membiru. Dokter bergerak cepat segera menyuntikkan antidote usai mendengar penjelasannya.
Kemudian mereka diminta minggir dan tenang menunggu hasil tindakan medis yang dilakukan para dokter. Vanila nyaris memarahi Dinda kalau tidak menahan diri. Bagaimana bisa Dinda membiarkan kakaknya memakan makanan itu disaat dia tahu kakaknya tidak boleh memakan makanan laut.
"Mulai saat ini tidak ada yang boleh makan seafood." Vanila berkata tegas pada putrinya itu yang sedari tadi menangis. Mereka berada di luar ruang IGD.
"Sabar, Van. Mereka masih anak-anak. Verzet mungkin hanya ingin mencobanya..."
"Verzet tidak pernah begitu. Dia anak yang patuh pada aturan apa pun. Apalagi dia jelas tahu itu demi kesehatannya."
"Kakak makan itu biar bisa ketemu Papa. Harusnya adek yang sakit, tapi hujan nggak turun. Kalau adek atau kakak sakit Papa bakal datangkan terus Mama bakal izinin Papa tinggal sama kitakan? Kayak kemarin."
"Apa?" Suara Vanila terdengar pelan. Wajahnya menggambarkan kekagetan luar biasa atas pemikiran yang diambil anak-anaknya. Kalau ucapan Dinda benar berarti Verzet sengaja memakan makanan yang dipantangkan demi kesehatannya agar bisa bertemu Tom...
Anak-anaknya bahkan rela mempertaruhkan nyawa demi berjumpa dengan papanya. Vanila terhuyung. Kepalanya terasa begitu sakit seperti dipukul oleh sebuah godam sekaliber godam besi yang bisa menghancurkan dunia milik Thor.
"Mama yang bilang Dinda nggak boleh marahan terus sama Roby dan memaafkannya, tapi kenapa Mama nggak pernah mau maafin Papa?" Isak Dinda. "Kenapa Mama terus marah sama Papa. Memang Papa nakal apa? Mama nggak sayang Papa, nggak sayang Dinda sama Kakak lagi."
"Dinda," panggil Vanila sambil menggapai gadis kecilnya itu yang kemudian malah menghindar darinya.
Dulu jika kalimat itu keluar dari mulut anak-anaknya, Vanila jelas akan membenci Tom karena berpikir pria itu membuatnya terlihat jelek di depan putra dan putrinya, tapi kini dia mulai menyadari kebenaran dari ucapan Dinda, gadis kecilnya itu. Semua menjadi lebih buruk karena keegoisannya.
Dia mengajarkan anak-anaknya untuk memaafkan. Namun dia tidak melakukan hal itu. Seberapa keras Tom minta maaf padanya... Baru akhir-akhir ini dia memikirkannya. Demi mendapatkan maafnya, Tom memecat wanita itu bahkan akhirnya Tom juga keluar dari perusahaan yang begitu dia banggakan, melepaskan semua jabatan dan mimpi-mimpinya untuk membawa Clement Construction berpusat di Tokyo atau Seoul kalau tidak di Frankfurt atau Otawa- seperti dahulu Tom melepaskan mimpinya untuk menjadi bagian dari sebuah perusahaan besar sekaliber Microsoft hanya agar bisa berada di sisinya dan menjaganya.
Namun dia selalu meminta bukti lebih-lebih dan lebih lagi atas cinta Tom- atas penyesalannya. Berpikir alasan sekali lancung keujian seumur hidup orang tidak percaya adalah sebuah alasan logis dan pintar. Dia selalu mencoba membenarkan pemikirannya bahwa dia berhak tidak percaya pada Tom karena Tom membohonginya dengan ketidak setiaan pria itu.
Namun hari ini dia benar-benar merasa menyesal atas semua kelakuannya pada Tom setelah dia mendatangi PT. Wicaksarana untuk menanyakan adakah Tom mengikuti wawancara untuk menjadi kandidat Direktur di perusahaan itu beberapa minggu lalu. Dia bertemu dengan Pak Juanda, salah satu komisaris dan pemilik saham PT. Wicaksarana yang turut mewawancarai Tom, hal itu membuatnya menyadari kenyataan bahwa Tom ternyata jujur. Tom memang melamar di tempat itu di hari dan tempat itu, tapi tersingkir karena memiliki track record buruk dari perusahaan sebelumnya. Menurut Pak Juanda mereka menolak Tom yang sebenarnya kandidat terbaik karena HDR Clement Construction menyatakan Tom dikeluarkan karena terlibat skandal seks dengan karyawan. Terakhir Pak Juanda mengatakan mendukungnya untuk berpisah dengan Tom. Namun dia tidak merasa bahagia sedikit pun.
Hatinya terasa sakit saat itu bagai dicacah sembilu apalagi saat tahu PT. Wicaksarana mengetahui hal itu langsung dari pemilik saham Clement Construction: Clara Wie. Itulah alasan mengapa dia melihat kehadiran Clara juga di gedung hotel Grand Hyatt saat itu. Clara sengaja datang ke Hotel itu untuk menggagalkan wawancara Tom, Clara benar-benar ingin menghancurkan Tom dan dia menambah kesedihan Tom dengan segala praduga buruknya dan membiarkan Tom berjuang sendirian menghadapi wanita jahat itu.