Unperfect Marriage

Elisabet Erlias Purba
Chapter #151

#151. Ponsel Neli

Alfa mendekap erat tubuh papanya dengan terisak setelah polisi jaga di tahanan polres mengizinkannya menemui papanya. Wajah papanya nampak kusut dan kuyu. Ada kantong hitam di bawah matanya yang menandakan papanya tidak bisa tertidur di sini. Baru seminggu di sini, Alfa baru menyadari- tubuh papanya sudah terlihat kurus. "Maafkan Alfa, Pa. Alfa malah membuat Papa makin bermasalah."

"Tak apa."

"Kalau saja Alfa nggak mendengar omongan Tante Clara...."

"Clara? Dia menyuruhmu mengatakan apa?"

"Tante Clara bilang Papa terancam hukuman berat karena membunuh Mama dan Tante Widya. Tante Clara bilang kalau polisi percaya Papa waktu itu nggak sengaja nabrak Mama sama Tante Widya karena mabuk, Papa nggak bakal dihukum lama paling hanya setahun atau dua tahun terus kita bisa sama Papa lagi, tapi itu bohong... Polisi bilang Papa bakal dihukum berat...Pa...pa..."

"Sudah. Sudah." Brian mengusap-usap punggung putranya itu dengan lembut. Kemudian membimbing Alfa untuk duduk di bangku panjang. "Alfa, Papa ingin kamu ingat ini: itu bukan kesalahan kamu. Papa yang memintamu tinggal dengan wanita itu. Papa yang bersalah untuk itu. Seharusnya jika Papa tidak egois dan mengizinkanmu tinggal bersama Om Tom itu tidak akan terjadi. Harus Papa akui dia baik."

"Jadi Papa nggak akan marah kalau aku tinggal dengan Om Tom?" Brian tersenyum kecil dan menggelengkan kepalanya.

"Jika Papa punya ponsel Papa akan hubungi dia sekarang juga untuk menitipkan kamu."

"Papa nggak perlu kwatir. Aku sudah tinggal bersama Om Tom di rumahnya." Alfa kemudian menceritakan apa yang dilakukan oleh Clara padanya seusai dia memberikan kesaksian palsu. "Untung ada seorang asisten di rumah itu yang membantuku keluar kamar itu hingga aku bisa kabur dari rumah itu dan ketemu Om Tom di jalan saat beberapa satpam rumah Tante Clara mengejar." Brian mendekap tubuh putranya itu. Suatu hari nanti dia akan berterima kasih secara langsung pada Tom untuk segala kebaikan yang diberikan Tom kepada Alfa.

"Bagaimana Tom? Dia memperlakukanmu dengan baikan? Anak-anaknya juga memperlakukanmu dengan baik? Verzet....kalian berteman sekarang atau..."

"Om Tom memperlakukan aku dengan sangat baik, Pa. Tapi nggak tahu Verzet dan adiknya Dinda atau Mamanya. Om Tom nggak tinggal dengan mereka. Kan Om Tom mau cerai dari Tante Vanila." Brian menghela nafas kemudian memutar kepalanya ke kiri dan ke kanan- juga melongok ke luar ruang tunggu.

"Jadi dimana Om Tom?"

"Aku meninggalkannya di rumah sakit Asean. Dekat dari sini. Verzet sakit jadi dia seharusnya menungguinyakan? Walau sebenarnya dia memaksa untuk ke sini. Aku menolak." Brian mengangguk."Tapi... Bentar Pa. Alfa meraih dua ponsel dari dalam tasnya dan menunjukkannya pada papanya. "Alfa sampai lupa kalau di rumah Tante Clara- waktu mau kabur, Alfa nggak sengaja masuk ke satu ruangan dan Tante Clara ada di sana. Tante Clara menyimpan ini di sana." Alfa menunjukkan dua ponsel pada Brian.

"Kamu mencuri ponsel..??"

"Bukan Alfa yang mencuri, Pa, tapi Tante Clara. Ini ponsel Mama. Dua ponsel Mama. Ponsel Mama sempat hilang makanya Mama ganti ponsel baru kata Mama." Brian menelan ludahnya yang kini terasa bagaikan duri. Neli menutupi kejahatannya dari Alfa dengan mengatakan kehilangan ponsel dan bukannya berkata jujur bahwa dialah yang merampas ponsel itu untuk diberikan ke Clara. "Satu lagi ponsel terbaru Mama. Polisi sedang mencari ponsel ini." Alfa bicara sambil berbisik. Brian meraih ponsel itu. Kemudian terdiam karena ponsel itu tak bisa diaktifkan. "Papa nggak tahu gimana mengaktifkannya?" Alfa meraih kedua ponsel itu. Lalu menekan tombol dan bagai magic, ponsel itu aktif. Brian meraih ponsel itu. Menggulir layar. "Mama selalu pakai kode yang sama buat semua ponselnya. GA 0088 Nomor penerbangan yang mempertemukan Papa dan Mama pertama kali."

"Apa? Darimana kamu tahu?"

"Alfa suka curi-curi mainin ponsel Mama kalau paket internet habis jadi pernah nanya ke Mama kenapa password Mama begitu." Alfa terkekeh geli sendiri. Hanya Brian yang terdiam. Dia tidak pernah tahu jika Neli merasa pertemuan mereka begitu berarti. Baginya Neli pasti merasa menyesal menikah dengannya. Air mata Brian nyaris jatuh jika saja Alfa tidak menegurnya: "Papa nggak apa-apa kan?"

Brian mengangguk. Dia mengusap wajahnya, tidak mau menambah keresahan hati Alfa. Dia harus tegar sehancur apapun hatinya oleh rasa kehilangan dan rasa bersalah, paling tidak berpura-pura tegar. Perlahan dia menggulir permukaan ponsel Neli. Ponsel pertama membawanya pada kebenaran ucapan Tom di kantor polisi bahwa Neli merekam ketika Clara merayunya. Clara bahkan telah membuka beberapa kancing bajunya dan mengancam jika Tom pergi begitu saja saat itu, dia akan berteriak kalau Tom melecehkannya. Dia tidak pernah percaya itu. Baginya dulu Tom lah yang melecehkan Clara. Tom telah menjadikan Clara pemuas nafsunya dengan jabatan yang dia miliki sebagai vice presiden direktur.

Nyatanya apa yang dia yakini salah. Neli bahkan merekam saat Tom dan Pak Wie berbicara berdua. Tom meminta maaf dan Pak Wie berjanji Clara tidak akan pernah mengganggu hidup Tom lagi.

Menonton rekaman itu membuatnya didera rasa bersalah yang lebih besar lagi. Kenyataannya: dia merebut ponsel itu dengan paksa dari tangan isterinya itu bahkan dengan keji menuduh Neli tak pulang karena berselingkuh dengan Tom. Demi kedudukan vice presiden direktur PT Clement Construction dia menyakiti hati isterinya. Lebih parahnya setelah itu dia tidak pulang lagi ke rumah. Tak mau mendengar segala penjelasan Neli bahkan walaupun isterinya itu mencoba menjelaskan dengan pesan suara maupun teks karena dia menolak panggilan telpon Neli. Bukannya paham dia berakhir dengan mem-blacklist nomor Neli hingga Neli terpaksa memakai nomor baru untuk menghubunginya.

Brian ingat dia kemudian memilih mengabaikan semua telpon dan pesan dari Neli. Tak membaca satupun pesan itu. Bukannya dia benar-benar egois? Dia lebih percaya apa yang dikatakan Clara.

Brian membaca satu persatu pesan yang dikirimkan Neli padanya dalam aplikasi WhatsApp. Sejenak dia berhenti pada pemberitahuan video call. Setahunya dia tidak pernah mengangkat telpon Neli apalagi sampai melakukan video call. Brian menatap tanggal yang ada. Itu malam sebelum ponselnya hilang. Malam dia membawa Clara ke apartemennya....

Keesokan harinya Neli mendatanginya di kantor. Neli memintanya menjauhi Clara dan mengatakan Clara wanita jahat. Brian ingat ada satu saat ketika Neli memintanya untuk meninggalkan Clara: Neli mengatakan bagaimana jahatnya Clara. Neli bilang Clara lah yang membunuh Pak Wie. Neli juga berkata: Clara-lah yang mendorong tubuh tubuh isteri Pak Aldy Wie dan meracuni infus Pak Aldy Wie. Apa itu benar? Apa sebenernya yang diketahui Neli tentang Clara? Batin Brian kini bertanya-tanya.

Lihat selengkapnya