Unperfect Marriage

Elisabet Erlias Purba
Chapter #154

#154. Titik Terang

Aiptu Sam dan Tom tiba di kantor polisi. Di halaman kantor polisi kehebohan masih terlihat walaupun Brian jelas telah kabur. Aiptu Sam segera meminta Clara dibawa ke rumah sakit walau wanita itu anehnya menolak dan mengatakan lukanya hanya luka kecil. Aiptu Sam memaksa dan menyuruh seorang petugas polisi menemani Clara ke rumah sakit.

Sementara Tom melangkah menghindari kerumunan polisi dan Clara, dia baru saja akan menuju gedung reskrim ketika melihat Alfa mengendap-endap pergi dari gedung reskrim. Buru-buru Sam menghampiri anak itu.

"Alfa." Tom bisa merasakan kekagetan Alfa saat tangannya menyentuh pundak Alfa.

"Om Tom." Ada kelegaan terpancar di raut wajah Alfa saat menemukan Tom di hadapannya. Tubuh Tom yang membelakangi kerumunan polisi bersama Clara membuat Clara tidak akan mungkin melihat Alfa.

"Alfa mau pergi dari sini, Om sebelum Tante Clara lihat Alfa." Anak itu nampak gusar. Tom mengucek rambut Alfa untuk menenangkan anak itu.

"Dia tidak akan bisa mengganggumu lagi. Apa yang terjadi tadi?" Tom bertanya sambil menoleh ke belakang punggungnya dan menemukan Clara yang melangkah bersama dua polisi menuju parkiran mobil. Sebentar kemudian mobil itu telah melaju pergi.

"Nanti aku ceritakan pada Om. Sekarang bisakah kita pergi dari sini?"

"Kenapa harus nanti?" Baru saja Alfa mengatakan niatnya, Aiptu Sam muncul di hadapan keduanya. "Ceritakan semua sekarang juga. Kau pasti tahu kenapa Papamu kabur....atau kau bekerja sama dengannya untuk membantu dia kabur? Kau tahu itu tindak pidanakan?"

Jantung Alfa rasanya copot bukan karena dia akan ditangkap polisi, tapi tentang nasib papanya. Memberanikan diri- Alfa berkata: "Tapi Papaku memang tidak bersalah."

"Darimana kau tahu dia tidak bersalah?! Beraninya anak kecil sepertimu mengajariku!"

"Aiptu," Tom mengambil alih bicara saat Alfa terlihat mulai ketakutan. "Dia hanya anak-anak. Tolong..." Pinta Tom, "biar aku yang bicara padanya." Aiptu Sam menghela nafasnya, tidak mengiyakan ataupun mengangguk. Dia membiarkan Tom berbicara pada Alfa. "Alfa, Sayang." Tom meletakkan tangannya di kedua bahu Alfa, sama seperti saat berbicara dengan kedua anaknya dia menurunkan posisi tubuhnya. Membungkuk. "Om selalu percaya Papa kamu tidak bersalah, tapi lari dari pemeriksaan polisi bukan hal yang bijaksana. Mereka diberi kewenangan oleh undang-undang untuk menyelesaikan setiap kasus hukum." Airmata Alfa mengalir. "Jangan nangis. Ayo, kita bantu Papa Brian. Coba ceritakan pada Om kenapa tiba-tiba Papa punya pikiran kabur dari sini?"

"Papa bukan mau kabur, Om. Papa cuma mau menjaga Alfa agar nggak dibawa Tante Clara. Tante Clara datang kesini cari Alfa." Tom dan Aiptu Sam berpandangan.

"Kamu bisa bilang kamu nggak mau kembali pada Clara...mereka pasti mau mendengarkan kamu dan tidak mengizinkan Tante Clara membawamu." Alfa membisu. Tom mungkin benar pikirnya. Kenapa bukan dia saja yang berteriak pada polisi bagaimana jahatnya wanita itu? Tapi nasi telah jadi bubur. "Alfa, apa ada hal lain yang terjadi? Papamu tidak akan melakukan hal nekat itu jika tidak ada hal lain."

Alfa terdiam sejenak. Matanya yang menunduk terangkat. "Om ingat sewaktu aku kabur dari rumah Tante Clara?" Tom mengangguk. "Om tahukan rumah Tante Clara besar?" Tom mengangguk lagi, tentu saja dia tahu bagaimana besarnya rumah Pak Wie. Beberapa kali saat menjadi vice presiden direktur PT Clement Construction dia pernah menyambangi rumah pemilik saham Clement Construction itu. "Sewaktu Alfa kabur dari sana, bibik yang bantuin Alfa harus menemui Tante Clara. Mereka diminta berkumpul. Alfa terpaksa mencari jalan keluar sendiri dan akhirnya tersesat. Alfa nggak sengaja masuk ke sebuah ruangan yang ternyata ada Tante Clara di dalamnya. Awalnnya Alfa nggak tahu ngapain Tante Clara ada di situ, dia marah-marah sendiri. Alfa sembunyi di sana karena waktu Alfa mau keluar salah satu pekerja Tante Clara datang ke sana memberitahukan pada Tante Clara kalau ada polisi datang lagi buat tanya-tanya. Tante Clara pergi dari sana sama perempuan itu dan aku menemukan dua ponsel Mama di meja besar kaca yang berisi tas-tas, ponsel itu tergeletak di permukaan meja itu begitu saja. Sepertinya Tante Clara mau buka password nya tapi gagal. Aku bawa saja ponsel itu kabur dan tadi aku kasih lihat ke Papa."

"Ponsel Mama kamu ada di Clara?" Tom menatap Aiptu Sam.

"Kau yakin itu ponsel Mamamu?"

Alfa mengangguk. "Aku bahkan membukakan password-nya buat Papa."

"Kenapa ponsel itu ada di Clara. Apa yang ingin Clara hapus di sana?" Tom bertanya pada Aiptu Sam. Pria itu segera bergegas sambil melangkah dia berkata:

"Aku punya cloning ponsel itu. Cloning yang membuatku makin yakin bahwa pembunuh Neli adalah Brian." Aiptu Sam berbisik pelan pada Tom sambil melirik Alfa yang ada di sisi Tom. Bersama mereka melangkah kembali ke dalam ruang reskrimum. Anak itu memang terlihat sangat nyaman di sisi Tom dan tidak ingin jauh.

Tom meminta Alfa duduk di sebuah sofa yang panjang. Agak jauh dari meja Aiptu Sam. Ketika Aiptu Sam meraih ponsel cloning dari laci meja kerjannya, tiba-tiba Alfa menghampiri mereka dan bicara:

"Papa melepar satu ponsel ke polisi agar mereka tahu siapa Tante Clara." Alfa menambahkan penjelasannya. Sebentar kemudian suara menggelegar dari Aiptu Sam terdengar meminta para polisi di ruangan itu untuk mencari ponsel yang dilemparkan Sebentar saja para polisi telah sibuk melakukan perintahnya.

"Untung belum kuserahkan ke Jakarta Selatan." Dia duduk dengan gusar di kursinya, di depannya Tom dan Alfa berada. Sebentar dia memberi kode dengan dagunya agar Tom mendekat ke sisinya. Dia memakai sarung tangan karetnya. Mengeluarkan ponsel itu dari dalam plastik kedap udara yang sengaja digunakan untuk melindungi alat bukti. Tom bisa melihat di plastik itu tulisan yang yang menjelaskan identitas benda itu di hadapan para penyidik: alat bukti satu di kasus pembunuhan: nama korban Neli dan Widya, lalu tanggal kejadian (Tempus delicti), tempat kejadian atau locus delicti, petugas pemeriksa: Aiptu Sam. Aiptu Sam menggulir layar ponsel yang kini ada di tangannya, Aiptu Sam menunjukkan sesuatu pada Tom.

Sialan, jawab aku! Kau mau suamimu tinggal nama? Aku bisa menyodorkan segelas kopi beracun padanya saat ini juga?

☝️Pesan itu dari Clara, Bian. Aku tahu rumah tangga kita dalam situasi buruk. Aku tahu kau tidak lagi mencintaiku karena segala perilakuku padamu. Bahkan jikalau kita akhirnya berakhir pada perceraian, aku rela. Aku bahkan akan dengan senang hati menerima wanita yang kau pilih menggantikan posisiku di hidupmu kecuali wanita itu. Jauhi wanita itu untuk keselamatanmu sendiri karena aku tidak ingin kau terluka.

Tom menggulir ke bawah. Membaca jawaban Brian.

Lihat selengkapnya