Unperfect Marriage

Elisabet Erlias Purba
Chapter #155

#155. Makin Dekat pada Kebenaran

Tom dan Alfa tiba di rumah setelah membantu Aiptu Sam ke rumah Clara. Pria itu menginterogasi para pengurus rumah Clara seperti biasa dengan ancaman bahwa kepolisian telah mengetahui Clara tidak tiba di rumah pada jam yang mereka semua katakan. Nyonya manis mereka itu telah melakukan tindak pidana dan mereka semua dengan sengaja bersaksi dusta untuk hal tersebut mereka bisa dikenai hukuman katanya tanpa menyebut pasalnya. "Tujuh tahun penjara." Ucap Aiptu Sam.

Seluruh pengurus rumah Clara termasuk para satpam saling menatap ngeri. Padahal untuk diketahui ada prasyarat agar sebuah kesaksian palsu dapat dihukum sesuai: Pasal 242 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (“KUHP”), yang berbunyi: barang siapa dalam keadaan di mana undang-undang menentukan supaya memberi keterangan di atas sumpah atau mengadakan akibat hukum kepada keterangan yang demikian, dengan sengaja memberi keterangan palsu di atas sumpah, baik dengan lisan atau tulisan, secara pribadi maupun oleh kuasanya yang khusus ditunjuk untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.

Ada klasula atau syarat agar sebuah keterangan palsu dapat dipidanakan: pertama keterangan itu harus dinyatakan di bawah sumpah dan kedua: orang itu memang sengaja berkata dusta terhadap keterangannya. Ada unsur sengaja di dalamnya dan bahwa keterangan palsu itu tidak perlu keseluruhannya palsu untuk dihukum- sebagian keterangan palsu bisa dihukum jika dilakukan dalam sumpah dan disengaja.

Menurut Hoge Raad, 25 Juni 1928, yang menyebutkan bahwa suatu keterangan adalah palsu, apabila sebagian dari keterangan itu adalah tidak benar. Tapi dikecualikan jika dapat diperkirakan bahwa keterangan palsu itu tidak sengaja diberikan.

Dan akhirnya mereka mengakui Clara tiba di rumah pada jam dua belasan malam dalam keadaan setengah mabuk, diantar seorang pria yang dia jumpai di club malam. Kemudian meminta mereka semua melupakan bahwa dia pulang dalam keadaan mabuk dan di tengah malam. Mereka meminta mengatakan pada siapapun yang bertanya termasuk polisi bahwa dia tiba di rumah tepat jam delapan malam dan tidur lelap hingga keesokan pagi.

Aiptu Sam masih mengajukan banyak pertanyaan kepada enam orang pekerja rumah Clara termasuk dua satpam yang ada saat itu karena ternyata satpam rumah Clara memakai aturan kerja shif pagi dan malam. Ke enam orang itu diminta duduk berjejer. Aiptu Sam berdiri di hadapan ke-enamnya dengan serius. Aiptu Sam beruntung karena salah satu satpam adalah yang bekerja di malam pembunuhan Neli dan Widya. Dia lah yang membukakan pintu bagi Clara malam itu.

"Kau melihat sesuatu yang mencurigakan di penampilannya?" Si satpam menggeleng. "Pakaiannya?"

"Ibu sudah berganti pakaian dengan dress mini untuk ke club."

"Jadi dia tidak datang dengan pakaian kerjanya di pagi hari?" Si satpam menggeleng. Aiptu Sam memutar matanya menatap satu persatu orang di hadapannya. Aiptu Sam segera mengalihkan tatapannya pada seorang gadis manis yang kemudian mengangkat wajahnya dengan takut-takut.

"Sekali lagi aku menanyakan hal yang sama seperti kemarin-kemarin lalu: saat kamu mencuci pakaian kerja Bu Clara kamu melihat sesuatu yang mencurigakan?" Gadis itu menggeleng. "Semacam percikan darah? Atau bagian baju yang robek atau...." Gadis itu menggeleng. "Cobalah mengingat sesuatu." Gadis itu memilih ujung roknya dengan cemas. Tindakan itu tertangkap mata Aiptu Sam.

"Sebenarnya saya tidak pernah melihat pakaian yang dikenakan Bu Clara itu lagi."

"Maksudmu?"

"Kemeja sifon bunga-bunga biru itu kesukaan Bu Clara, dia memperlakukan baju itu dengan sangat hati-hati katanya pemberian dari seseorang yang penting di hidupnya." Aiptu Sam mengerutkan keningnya, tapi tidak berniat menyela. "Saya sempat menanyakannya karena takut Bu Clara bakal marah kalau tahu pakaian itu hilang. Dan Bu Clara bilang dia tidak sengaja membuat pakaian itu dan celana kulot yang dia gunakan hari itu robek, jadi dia membuangnya. Dia tidak akan menyalahkan saya, tapi anehnya Bu Clara tidak ingin saya dan yang lainnya memberitahu siapa saja yang bertanya bahwa baju itu telah dia buang, dia minta saya menunjukkan baju lain buat pertanyaan itu. Itulah kenapa saya berkata saat itu... Bu Clara memakai pakaian lain."

Aiptu Sam merekam semua keterangan itu, dia mendengus kesal. Seluruh dusta yang dikatakan pengurus rumah ini adalah hasil perintah Clara. Tom yang sejenak tergugu saat wanita muda itu menceritakan tentang pakaian Clara yang jelas pernah dia hadiahkan buat Clara akhirnya bisa menguasai perasaannya yang didera rasa bersalah pada Vanila dan anak-anaknya. Seandainya waktu bisa diputar, dia akan mendengarkan insting pertamanya saat melihat wanita itu memasuki ruang kerjanya: bahwa wanita itu berbahaya dan dia harus menjauhi wanita itu- tidak menerimanya dalam Clement Construction dan tidak jatuh pada pesona wanita itu. Clement Construction mungkin masih baik-baik saja saat ini jika dia tidak menerima wanita trouble maker itu.

"Apa ada hal lain yang mencurigakan yang kalian lihat?"

"Seperti apa, Pak Polisi?"

"Seperti...sarung tangan." Harus Aiptu Sam akui pelaku pasti menggunakan sarung tangan karena tak ditemukan sidik jari lain di TKP selain sidik jari Neli, Widya dan Alfa bahkan sidik jari Brian tidak ditemukan. Keenamnya sepakat menggelengkan kepala.

Cukup lama Aiptu Sam melalukan tanya jawab, juga memeriksa ruang yang dimaksud Alfa. Terakhir dia memeriksa cctv yang ada di rumah Clara. Rekaman cctv malam itu: beberapa jam di malam itu telah di hapus, tapi salah satu satpam Clara punya flashdisk rekaman buat kejadian yang diminta Clara dihapus dari cctv itu. Ancang-ancang kata pria itu- karena orang kaya suka mencari kambing hitam.

Dalam flashdisk itu diperlihatkan tepat seperti yang sekarang dikatakan para pengurus rumah tangga Clara, Clara tiba di rumah jam dua belas lewat lima paling tidak waktu cctv- dengan sempoyongan dan nampak sangat bahagia bersama seorang pria. Aiptu Sam segera memfoto wajah pria itu. Dia akan mencari tahu siapa pria itu, apa hubungannya dengan Clara dan mungkin saja dia menemukan fakta baru yang akan membantu untuk mengungkap siapa pelaku pembunuhan Neli dan Widya Mandala walau jelas tersangka utama kini mengarah pada Clara.

Saat sedang melakukan peyidikan di rumah Clara, Clara menelpon salah satu pengurus rumahnya. Namun bagusnya wanita itu koperatif dan membantu tugas Sam, dia menuruti Sam dengan mengatakan tidak ada polisi yang datang.

Dua jam berada di rumah itu, mereka pun berniat pergi. Namun baru akan pergi, salah seorang pengurus rumah Clara- wanita baya yang menolong Alfa kabur kemudian mengendap diam-diam tanpa setahu teman-temannya untuk menceritakan tentang apa yang dia lihat di kamar Pak Wie dihari kematian pria itu. Dia lah yang menelpon polisi malam itu.

Saat meluncur pergi dari rumah Clara, Aiptu Sam punya banyak schedule. Dia harus menemukan pria yang mengantar Clara pulang malam itu, dia juga harus menemui pengacara yang membuatkan surat wasiat terakhir Pak Wie, dia juga harus ke rumah sakit untuk memastikan pasien kanker yang ditolong Neli untuk mendapatkan donasi buat biaya transplantasinya sudah sadar dan dapat dimintai keterangan dan dia rasa dia akan memintai keterangan dari satpam kompleks perumahan Neli dan karena dia kini bersama Tom dan Alfa itulah hal pertama yang akan dia lakukan. Mungkin dia akan menemukan petunjuk baru.

****

Tom dan Alfa tiba di rumah sore hari saat Mbak Asih telah selesai membenahi rumah. Wanita itu memang datang agak sore padahal Tom sudah mengizinkannya untuk tidak datang dan mengurus anaknya yang dua hari lalu didiagnosis terkena penyakit tipus.

Lihat selengkapnya