Tom melangkahkan kakinya menuju grand ballroom yang tertutup rapat. Baru saja usai wawancara, dari salah seorang pewawancaranya yang merupakan petinggi Vinci SA di Asia dia mengetahui bahwa Vanila dan Clara bertemu di depan ballroom tempat dia melakukan wawancara dan keduanya bertengkar sengit. Tom diberitahu alasan kedatangan Clara, untuk beberapa menit terakhir dia diizinkan melakukan pembelaan diri di depan para petinggi Vinci SA atas tuduhan Clara. Namun bukan apa yang kini dipikirkan para petinggi Vinci SA yang dia kwatirkan- kaum barat lebih memahami pemisahan urusan pribadi dan urusan pekerjaan selain bahwa dia belum menjadi bagian Vinci SA. Namun yang lebih membebani pikirannya adalah apa yang sedang Vanila rasakan saat ini. Apa yang terjadi pada Vanila usai bertemu Clara? Apa Vanila kini tengah menangis dengan derasnya? Pemikiran itu melukai hatinya.
"Saya ingin bertemu isteri saya... Saya harus bicara dengannya." Tom berusaha memberikan pengertian pada dua satpam hotel yang berjaga di depan pintu besar grand ballroom yang tidak mengizinkannya untuk masuk karena tidak memiliki kartu pass. "Please. Tolong biarkan aku menemuinya. Sekali ini saja..." Tom menyugar rambutnya dengan frustrasi.
"Kami tidak bisa mengizinkan Anda masuk."
Tepat ketika si satpam bicara, salah satu pintu grand ballroom hotel terbuka. Andy Herline terlihat keluar dari dalam ruangan megah itu sambil berbicara dengan seorang di seberang pesawat telponnya yang tak lain Clara. Wanita itu entah bagaimana menghubunginya agar dia segera membantu mengeluarkannya dari pos satpam hotel. Sebenarnya Andy enggan, entah karena urusan apa Clara ditahan oleh para satpam di sana, tapi wanita itu mengungkit-ungkit akan mengirimkan pesan teks antara dia dan Clara pada Vanila bahkan pada wartawan. Hal itu memaksa dia menuruti wanita berengsek itu. Tom buru-buru menghampirinya.
"Bagaimana keadaan Vanila? Apa dia baik-baik saja?" Tom memburu Andy Herline dengan pertanyaan-pertanyaan yang membingungkan pria itu. Namun Tom bahkan tak menyadari hal itu karena lebih fokus memikirkan keadaan Vanila saat ini. "Apa dia menangis?" Andy masih diam. "Clara muncul di hotel ini... Di ballroom tempat aku mengikuti wawancara kerja... Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi orang-orang bilang mereka bertengkar. Aku mencemaskan Vanila. Andy biarkan aku menemuinya...."
Andy menarik nafas panjang. Jadi inikah alasan Clara berada di pos satpam? Dia akan membiarkan wanita itu lebih lama sedikit di sana. Dia tidak buru-buru jadi tak ada salahnya, pikir Andy untuk berbincang sedikit dengan Tom. Andy terkekeh getir melihat Tom. Bagaimana pria itu mengejar Vanila setelah mencampakkan Vanila seakan Vanila tidak cukup berharga. Lebih parahnya setelah dicampakkan dan dihianati- Vanila malah tetap lebih memilih Tom dari dirinya. Sepasang suami istri ini terasa aneh dan menggelikan bagi Andy.
"Tentu saja dia menangis. Menurutmu apa lagi yang dia lakukan?" Tom meringsek menuju pintu grand ballroom hotel bahkan walaupun kemudian harus beradu sikut dengan satpam hotel yang berusaha mencegahnya.
"Vanila tidak ada di dalam." Andy tidak berbohong untuk itu. Gerak Tom seketika terhenti. Tubuhnya berputar menatap Andy Herline yang tampak dingin. "Tapi aku juga tidak akan memberitahukan padamu dimana dia berada. Setelah semua perselingkuhan yang kau lakukan, melihatmu selalu menyakitkan baginya."
Tubuh Tom limbung, tapi untungnya kakinya masih sanggup menopang agar tubuhnya tidak benar-benar terkapar jatuh di ubin mamer hotel dan mempermalukan dirinya. Andy benar. Apa yang dia harapkan? Vanila sendiri telah dengan jelas mengatakan hal itu padanya....
Dan semua ucapan Vanila kini berpendaran kembali di benak Tom, lengkap dengan intonasi dan tekanan suara yang Vanila gunakan saat itu, juga rona amarah dan jijik di mata Vanila padanya.
Cinta? Bagaimana bisa kau berpikir aku masih mencintaimu?! Cintaku padamu sudah selesai tepat saat aku mengetahui perselingkuhanmu dengan Clara! Jika bukan karena anak-anak, aku tidak akan berniat bermesraan denganmu.
Aku berniat memberimu kesempatan terakhir demi anak-anak, aku pikir kau sudah berubah. Aku pikir memberimu kesempatan sekali lagi tidak akan jadi masalah.. Walau memandang wajahmu adalah sesuatu yang sangat menyakitkan bagiku, aku mencoba menepis perasaanku, rasa sakitku.
Apa kau tahu bagaimana sakitnya itu?
Pura-pura bahagia bersama orang yang begitu ingin kau buang dari hidupmu?
Aku bertindak totalitas untuk menciptakan kembali sebuah hubungan denganmu demi anak-anak, membiarkan diriku terlihat seperti ja**ng murahan yang bahkan tidak bisa tahan berpisah denganmu walau sudah kau hianati.
Menciummu. Membalas pelukanmu... seakan aku membutuhkannya. Kau tidak tahu bagaimana itu menghancurkan harga diriku?
Tom ingat bahkan sebelum dia pergi dari rumah kontrakan Vanila- isterinya itu masih menambahkan ucapan agar dia mengembalikan kunci rumah kontrakan Vanila yang sempat diberikan Vanila padanya...
Sebelum kau pergi, tolong kembalikan kunci yang sudah kuberikan padamu kemarin.
Aku berniat memulai kehidupan baruku dan tak ada namamu di sana. Aku tidak mau kau tiba-tiba datang dan masuk ke dalam rumahku saat aku tengah berduaan atau sedang mengakrabkan anak-anak dengan kekasihku dan kau merusak semuanya.
Vanila telah membuat semua menjadi begitu jelas. Dia bisa melihat dari kaca mata Vanila, bahwa Vanila tidak lagi mencintainya. Memandang wajahnya adalah sesuatu yang sangat menyakitkan bagi Vanila. Dan dia tidak ingin menyakiti Vanila lagi dan lagi. Bukankah itu alasannya menerima gugatan cerai Vanila tanpa syarat? Bukankah itu juga alasannya tadi mengembalikan kartu ATM atas nama isterinya itu dan juga kunci rumah kontrakan Vanila? Agar Vanila bisa memulai hidup baru yang lebih bahagia walaupun itu berarti tanpa dirinya?
Namun sebuah pertanyaan mengusik hati Tom: alasan Vanila mencarinya hingga ke lantai tempat dia melakukan wawancara. Bisakah dia berharap sesuatu yang ingin Vanila katakan padanya adalah permintaan agar mereka tetap bersama? Ahhh, apakah dosa jika hatinya tetap berharap pada hal yang mustahil?
"Vanila melihat Clara di sini."
Fix. Kalimat itu menjelaskan segalanya pada Tom kini dan sekaligus meruntuhkan semua harapan semua yang dia miliki. Tentu saja...itulah alasan Vanila repot-repot pergi ke lantai tempat dia melakukan wawancara. Vanila kembali tanpa sengaja melihat Clara diantara tamu hotel- seperti saat salah sangka karena menemukannya dan Clara di grand Hyatt hotel beberapa waktu lalu? Dan kali ini Vanila ingin membuktikan sendiri hubungannya dan Clara?
Vanila masih tidak bisa mempercayai bahwa hubungan antara dia dan Clara sudah usai- tepat di hari Vanila memijat tubuhnya dan menggodanya.
"Lebih baik kau pergi, Tom karena bagaimanapun aku tidak akan pernah membantumu menemui Vanila. Aku tidak akan membiarkan dia menangis lagi karenamu." Andy hendak beranjak pergi ketika Tom mencegat langkahnya. Tangan Tom mencengkram erat lengan Andy. "Lepaskan tanganmu."