Acara pergi ke taman bermain lelet nyaris tiga puluh menit karena Vanila, tapi itu tidak mengurangi kebahagiaan anak-anak saat mobil yang mereka naiki tiba di taman bermain.
Verzet dan Alfa segera berlari ke arena bermain. Kedua anak laki-laki itu berlomba dalam segala hal. Selain itu kedua anak itu juga terlibat pembicaraan yang serius.
"Gimana dengan disini. Ada nggak yang ngelihati kita," ucap Verzet menanyai Alfa yang entah mengapa malah merusak mood awal liburannya dengan mengatakan bahwa dia merasa ada yang melihati mereka di rumah Opa.
Dengan suara pelan dia memprotes ucapan Alfa yang seakan-akan mengatakan ada dedemit di rumah Opanya.
"Aku nggak bilang soal dedemit!" Alfa berteriak saat berada di punggung kuda komidi putar yang tengah berputar. Verzet ada di kuda yang ada di sisi kuda Alfa sementara Dinda ada di kuda depan bersama Vanila dan di sisi kuda Vanila ada kuda putar yang ditunggangi Mbak Ina.
"Jadi maksud kamu?"
"Ada yang mengintai rumah Opa."
"Serius?" Alfa mengangguk.
"Laki-laki atau perempuan?"
"Kurang jelas. Habis dia ngumpet di balik pohon besar di seberang jalan itu. Perlu nggak kita bilangin sama Opa atau sama papa kamu?" Alfa bertanya saat mereka telah menuruni komidi putar dan melangkah menyusuri taman bermain untuk menuju ke wahana lainnya.
"Aku rasa jangan dulu. Kasihan Opa baru sakit, Papa juga masih sibuk cari kerjaan. Aku nggak mau ngganggu pikiran mereka." Alfa manggut-manggut setuju. Keduanya kembali menaiki wahana, kali ini balapan mobil. Acara balapan mobil di wahana itu yang tadinya tenang jadi sedikit berisik saat kedua anak laki-laki itu malah dengan sengaja saling menjegal. Mereka berulang-ulang membenturkan mobil satu sama lain hingga ada yang mengalah. Sementara Dinda berteriak ngeri saat tanpa sengaja kedua mobil abangannya itu membentur mobil yang dia dan sang mama gunakan.
Gitu, ya kalau punya dua jagoan di rumah- pikir Vanila. Sementara sepasang mata mengawasi mereka lekat-lekat diantara ratusan pengunjung taman bermain.
****
"Ada yang mau ke toilet?" Oma bertanya.
"Saya, Bu. Udah kebelet dari tadi, tapi nggak tahu dimana." Mbak Ina berkata dengan malu.
"Ya, sudah sama Ibu nanti. Kamu Van?"
Vanila menggeleng. "Aku jaga anak-anak aja, Bu."
"Sehabis ini kita makan siang. Menurut kamu dimana kita akan makan?"
"Disini nyaman, Bu." Vanila menatap tempat mereka kini duduk. Teduh karena ada sebuah pohon besar melindungi mereka dari sengatan terik matahari. Dia membawa makanan buat mereka dan juga anak-anak karena tidak ingin kejadian lalu terjadi pada Verzet.
"Di restoran aja. Nanti kita pesan beberapa makanan dan makan bekal yang kamu bawa juga. Di sana jelas lebih nyaman." Vanila mengangguk menuruti ucapan ibu mertuanya, lalu suara Mbak Ina terdengar mengingatkan ibu mertuanya bahwa Ayah mertuanya telah memilih lebih dahulu berjalan mencari toilet. Ibu mertuanya dan Ina buru-buru menyusul pria itu.
"Capek?" Vanila bertanya pada Dinda, Verzet dan Alfa ketiganya menggeleng walaupun jelas keringat mengucur di kening ketiganya. Vanila meraih tisu dalam tas sandangnya dan segera melap peluh ketiganya dengan lembut. Lalu menyodorkan tumbler minum kepada anak-anak. "Jangan lari-lari lagi keringatan kan jadinya?" Tawa ketiganya terlihat. Tepat ketika itu suara ponsel Vanila berbunyi. Vanila meraihnya dan segera menemukan nama Tom di layar. Uhh, saat bertengkar kemarin dia mengganti identitas Tom kembali ke awal seakan tanpa hubungan diantara mereka dan dia lupa mengganti kembali pengenal nomor itu. Nanti akan dia ganti.
"Hai," Vanila berseru girang, "kok nelpon? Udah selesai meeting-nya? Gimana kamu lulus nggak?" Tom tak menjawab. Saat menjawab ternyata suaranya terpatah-patah menandakan signal buruk di bawah pohon besar itu. Pantas saja tidak ada yang menelpon saat duduk di bawah pohon besar itu.
"Tunggu di sini, jangan kemana-mana." Vanila memberi pesan pada anak-anaknya sebelum melanglah agak menjauh dari pohon besar itu yang berarti menjauh juga dari posisi anak-anak. Namun dia sengaja berdiri menghadap ke arah anak-anak agar memastikan kebenaran anak-anaknya.
"Hai, gimana meeting-nya udah selesai?"
"Aku rindu sama kamu." Tom tak menjawab pertanyaannya.
"Baru juga sebentar perginya."
"Iya, baru sebentar, tapi udah rindu. Abis kamu ngangenin sih. Gimana aku bisa ke Perancis, ya kalau tanpa kamu?"
"Modus terus!" Vanila terkekeh. Lalu menyadari ucapan suaminya. "Jadi kamu lulus?"