Untuk pertama kali setelah hilir mudik di sekitaran tangki, telinganya menangkap sebuah suara ketukan.
Lalu kelebatan ucapan Clara yang menelponnya saat dia hendak menuju ke taman bermain membuat Tom seketika merinding. "Ada bersamaku. Aku bisa melihat mereka nyaris tenggelam."
"Vanila!" Tom memukul badan tangki dengan sedikit keras berharap Vanila bisa mendengar dan menjawabnya. Dengan sisa-sisa tenaga Vanila membalas ketukan itu. Namun ketukan itu terlalu pelan. Tom yang tak sabar segera menaiki anak tangga yang ada di badan luar tangki dan melongok ke dalam.
Pemandangan mengerikan itu terpampang di matanya. Vanila nampak kelelahan mempertahankan diri mereka agar tidak tenggelam sementara Dinda- putri kecilnya tak lagi bergerak. Tom menyadari Clara pasti melemparkan putrinya ke sana kemudian Vanila mencoba menyelamatkan Dinda dan tergelincir. Dia tidak boleh melakukan hal yang salah.
"Lakukan apa saja, Tom. Dinda.., Tom..." Vanila terisak histeris.
Ya, Tuhan rasanya jika bisa Tom ingin melompat dan memeluk keduanya. Andai dia punya sayap saat ini.
"Aku akan menolong kalian. Tenanglah, Sayang, biarkan aku berpikir." Sejenak Tom terdiam lalu berkata lagi, "aku akan mematikan semua saluran air menuju tangki lain. Seluruh air akan memasuki tangki ini dan air akan mendorong kalian ke atas, hanya saja....arusnya akan membuat kalian kesulitan. Kau mampu, Sayang?" Tom bertanya pada Vanila yang kemudian mengangguk. "Pegang Dinda kuat-kuat, Sayang."
Tanpa menunggu lama Tom menuruni anak tangga. Dia bahkan nyaris tergelincir, tapi itu tidak masalah. Dengan berlari akhirnya Tom menuju ke pipa air. Memutar kran yang menuju ke tangki lainnya. Dia butuh lima.mebit untuk mematikan semuanya dan memposisikan kran pada posisi penuh di tangki Vanila dan Dinda. Lalu Tom segera berlari kembali ke anak tangga tangki. Menanti Dinda.
Clara menonton semua itu dari cctv dengan tatapan dingin.
"Tom," panggilan itu membuat Tom menatap ke bawah dengan wajah nyaris tak percaya. Brian ada di sana bersama anak-anak mereka. Brian mengangkat tali tambang yang ada di tangannya.
"Kau butuh tali. Dinda sudah terlalu lama berada di air. Aku melihat wanita itu menjatuhkan Dinda ke sana. Aku mencari tali ini. Aku tahu aku kembali cukup lama, tapi..."
"Ikatkan ke tubuhku dan ke belakang mobilku." Tom turun dengan cepat lalu bersama Brian melakukan apa yang dikatakan Tom. Pertama mengeluarkan mobil dari lift ke rooftop lalu mengikatkan tali ke besi dibelakang mobil Tom yang memang sedari dulu sengaja dipasang karena rutinitasnya di luar ruangan alias mencek satu proyek ke proyek lain. Brian akan menghidupkan mesin dan mobil akan menarik Tom naik.
Tom menggunakan simpul tiang berganda yang akan membantunya mengangkat tubuh Dinda dan Vanila dari bawah ke atas. Satu ujung tali diikat ke pinggang dan yang lain dililitkan ke paha sekitaran pantat. Sebagai mantan anak mapala- si pencinta alam, Tom telah menaiki gunung beberapa kali termasuk mendaki tebing dan dinding. Dia tidak menyangka itu akan digunakannya untuk menyelamatkan anak dan isterinya kini. Simpul yang dia buat harus kuat. Simpul mati yang akan membuat dia kesulitan membukanya nanti. Persetan.
"Ini akan sakit, Tom."
"Tidak lebih menyakitkan dari kehilangan isteri dan anakku."
"Kau benar," ucap Brian pilu. Namun pelukan hangat Alfa segera menyapu duka di wajahnya. Untuk sesaat Verzet juga mendekap papanya dengan wajah kagum.
"Sebenarnya banyak yang ingin aku bicarakan denganmu, semisal bagaimana bisa kau tahu kami ada di sini."
"Aku mengikuti kalian, mengikutimu lebih tepatnya, Tom karena aku tahu dimana kau berada Clara akan datang." Tom mengeryitkan keningnya. Guratan di sana terlihat jelas saat dia serius seperti itu, tapi tidak mengurangi sedikit pun pesona di wajahnya. Tom merasa bagaimana bisa dia tidak menyadari itu.
"Ayo, kita lakukan. Tiga menit, Tom setelah kau di dalam aku akan menariknya." Brian menghentikan pemikiran Tom.
Tom mengangguk, melepaskan pelukan putranya dan berlari dengan tali yang melilit tubuhbya menuju anak tangga tangki lalu segera memasuki tangki, menuruni bagian tangki yang belum tersentuh air bak menuruni dinding terjal pegunungan dan memeluk tubuh Vanila dengan erat.
Air mata isterinya itu mengalir deras sederas arus yang terasa di tangki itu kini. Tubuh Tom saja terasa tertarik arus apalagi tubuh Vanila. Entah bagaimana isterinya itu berjuang agar Dinda tidak terjatuh ke dalam air.
"Selamatkan Dinda." Vanila segera menyerahkan putri mereka pada Tom.
"Bertahanlah. Aku akan kembali untukmu. Aku janji." Vanila mengangguk. Tak berselang lama setelah Dinda dalam pelukan Tom, tubuh Tom terangkat ke atas dan Tom berhasil meraih pinggiran tangki.