Suasana malam yang mencekam, membuat seorang gadis cantik meringkuk ketakutan di bawah selimut. Bibir yang terus bergerak membaca doa ataupun meminta pertolongan, tidak berhenti sedetikpun. Keringat sebesar biji jagung menghiasi pelipis putihnya, dari arah luar kamar terdengar suara teriakan dan lolongan kesakitan.
“ Ma, Pa. Tolongin Ai, hiks. “ Bisikan kecil terdengar di dalam kamar, gadis itu tidak dapat menahan rasa ketakutan yang amat kentara.
“periksa diseluruh ruangan, jangan sampai ada yang lolos sedekitpun. walaupun itu seekor tikus.! “
Suara orang-orang di luar kamarnya begitu memekikkan telinga Ai. tak ingin tertangkap Ai berjalan kearah lemari, dengan kaki yang gemetar ia seret begitu saja, agar dirinya bisa bersembunyi didalam lemari secepat mungkin. Sebelum orang-orang diluaran sana memasuki kamarnya.
Brukk..
Suara pintu yang dibuka paksa membuat Ai terlonjat kaget di tempatnya. Dapat ia lihat orang yang memakai topeng dan berbadan besar masuk kedalam kamarnya. Mata Ai semakin membesar saat ia melihat pisau di tangan orang itu yang sudah berlumuran darah,
“ Apa darah itu, darah mama dan papa.? “ pikirnya dalam hati, dalam hati Ai semakin sakit membayangkan kenyataan jika dirinya sudah tak memiliki orang tua lagi, orang yang sangat ia cintai pergi karena orang-orang yang tidak menyukai mereka.
“Bagaimana.? “