Alena Saraswati, biasa disapa Alen atau Lena jika di rumah, adalah seorang gadis berusia 25 tahun yang berkarir di Bank. Gadis bertubuh mungil, berkulit putih dengan rambut panjang tersebut berprofesi sebagai Lending Officer (LO).
Ia bekerja di bank swasta terbesar di tanah air bernama Samudra Bank. Samudra Bank sendiri cabang nya sudah tersebar di seluruh Indonesia hingga luar negeri. Bank tersebut memiliki kantor pusat di Sudirman sedangkan Alena berkantor di cabang Thamrin, yang merupakan cabang utama. Ia sudah bekerja selama tiga tahun sejak lulus kuliah.
Lending Officer (LO) merupakan sales yang menawarkan pinjaman atau kredit kepada calon debitur. Alena sendiri menawarkan kredit untuk modal usaha dengan pinjaman 500 juta ke atas.
Tak hanya menawarkan kepada calon debitur, tapi Alena juga melakukan analisa kredit. Hal ini bertujuan untuk menghindari kredit macet dikemudian hari. Sebagai LO, Alena tak boleh hanya menguasai pemasaran produk. Ia juga dituntut berwawasan luas, memiliki pengetahuan memadai soal ekonomi, keuangan, manajemen dan juga hukum.
Alena begitu menikmati pekerjaannya. Meski hectic, ia bisa bertemu banyak orang – orang baru dengan latar belakang berbeda. Ia tentu sering dibuat jengkel oleh nasabah yang sifatnya beragam. Ada yang tak sabaran lantaran proses pencairan kredit yang memakan waktu, ada yang marah – marah jika Alena tak langsung menjawab telepon padahal dirinya juga memiliki setumpuk pekerjaan.
Sebagai seorang LO, tentu ia sudah sering sekali bertemu calon debitur yang ingin memberi, mulai dari barang mahal hingga uang. Tentu saja niatnya agar proses pencairan kredit dipermudah. Untung saja ada aturan tegas dari Samudra Bank yang melarang itu. Alena sering sekali ditawari ponsel atau tab keluaran terbaru. Bahkan ada juga yang hendak memberinya logam mulia.
Sejak awal bekerja, Alena bisa dibilang beruntung. Ia tak perlu sering repot – repot menawarkan produk kredit kepada calon debitur, karena kebanyakan mereka datang begitu saja. Mulai dari networking ayahnya, staff Customer Service (CS) hingga Funding Officer (FO).
Sekarang ini, calon debitur sudah bisa melakukan pengajuan kredit meIalui aplikasi. Customer Service yang biasanya menerima permohonan masuk. Dari CS akan diteruskan ke Lending Officer. Maka dari itu, seorang LO harus menjalin hubungan baik dengan CS dan juga FO jika ingin kebagian calon debitur. Mereka biasanya akan mengoper nasabah kepada LO yang mereka dekat dan sukai. Jika tak disukai, yah silakan cari nasabah sendiri!
Alena tak hanya baik kepada CS dan FO saja tapi juga semua karyawan. Sifatnya yang terkenal supel, humoris, ramah dan royal kepada semua rekan kerjanya, membuatnya sangat disukai.
Ia memiliki sifat supel dan humoris ini baru saat duduk di bangku kuliah. Sejak kecil hingga SMA sifatnya berbeda 180 derajat. Ia anak yang sangat pendiam, pemalu, kaku dan tak punya teman. Bahkan orang sering memelesetkan namanya dari Alen menjadi Alien. Yah, tapi itu hanya masa lalu!
Sehari – hari Alena disibukkan dengan analisis profil calon debitur, menilai likuiditas finansial sekaligus mengevaluasinya, memeriksa kelengkapan dokumen, kelengkapan izin sekaligus legalitas usaha. Ia juga harus survey ke tempat usaha calon debitur kemudian mengurusi akad kredit. Tak hanya satu calon debitur yang harus ia tangani dalam sehari, tapi bisa lebih. Pekerjaannya juga menuntutnya sering keluar kantor.
Ia memiliki tim yang berisi tiga orang. Selain dirinya, ada satu anak baru yang masih probation bernama Dicky dan satu lagi adalah Supervisornya Atika Permata Putri atau biasa dipanggil Tika.
Atika dipindah ke cabang Thamrin untuk membawahi tim Alena sejak setahun lalu. Mereka berdua pun sangat akrab. Meski mereka seumuran, jabatan Atika lebih tinggi karena merupakan lulusan Samudra Development Program (SDP). SDP ini sama seperti Management Trainee (MT) di perusahaan – perusahaan pada umumnya, yang merupakan program fast track yang kemudian setelah lulus akan ditempatkan minimal level Supervisor. Sebelum di cabang Thamrin, Atika sempat ditempatkan di cabang Partal Senayan.
Sedangkan Alena tak melalui program SDP karena IPK nya tak mencapai 3.00. Ia hanya lulus dengan IPK 2.75. Ia memang tak pintar, namun memiliki etos kerja yang baik. Ia pun tetap bersyukur karena memiliki pekerjaan ini sekaligus bisa membuat ayahnya bangga.
Sekarang ia sedang mengecek profil salah satu calon debitur, Tika pun memanggilnya dari meja kerjanya.
“Len!” panggil gadis blasteran Arab tersebut dari arah jam 12, “lo nanti keluar kantor, nggak?”
Alena yang duduk di arah jam 9 menghentikan kegiatannya sejenak, memutar kursinya dan menatap sahabatnya itu sambil bersandar pada kursi.
“After lunch, sih.” sautnya, “gue harus survey ke kantor Pak Adi, Bu Dwi terus terakhir meeting sama Bu Mila.”
“Eh, kita lunch sushi yuk nanti!” Ajak Tika antusias dengan suara serak – seraknya yang khas.
Alena langsung memajukan bibirnya dan tampak berpikir sejenak. “Yah, Tik! Gue lagi pengen makan chicken wings.”
“Ah, elo makan Korea mulu!” protesnya, “nggak bosen apa?”
“Soalnya sekalian gue mau beli kopinya buat di jalan.” Alena terkekeh pelan. “mau ikut nggak lo?”
Kantor mereka kebetulan langsung terhubung dengan mal, tempat para karyawan menghabiskan waktu untuk makan siang, meeting dengan klien atau sekadar menghilangkan penat.
“Oke, lah!” Tika mengalah. “Eh, btw yang Pak Lukman udah kelar lo analisa? Kalo udah, biar gue tanda tangan terus langsung ajuin ke Bang Firman.”
Alena memutar kembali kursinya, mengambil salah satu berkas kemudian menyerahkannya kepada Tika.
“Udah nih, baru banget kelar. Tadinya mau sekalian sama Pak Fikri baru gue kasih ke elo.”
“Oh, Pak Fikri yang kemarin maksa mau kasih lo iphone keluaran terbaru?” Atika terkekeh sambil melihat – lihat berkas yang diberikan Alena tadi.
Alena hanya mendesis.