Ritual Alena dan ayahnya sebelum tidur, adalah mengobrol – ngobrol terlebih dahulu di kolam renang rumah. Alena pun menceritakan dan berkeluh kesah soal pekerjaannya hari ini.
Kebetulan semua karyawan ayahnya sudah pulang, begitu juga dengan Bi Mar dan Pak Yanto. Hanya tersisa seorang pembantu yang memang menginap.
“Jadi gitu deh, Pa. Lena kan ngajuin permohonan kreditnya pengusaha ojek online ke Bang Firman. Lena minta pendapat beliau dong selaku atasan. Eh, tapi dia malah marah – marah nggak jelas dan suruh Lena keluar ruangan.” Gadis itu sambil memajukan bibirnya.
“Terus akhirnya di approve pengajuan kreditnya?”
Alena menggeleng, “tadi sih belum ada keputusan sampai Lena keluar kantor, Pa.”
“Yaudah, yang sudah sering papa bilang sama kamu, intinya kalau kritikan yang membangun kamu jadikan introspeksi, kalau cuma sekadar iri ya cuekin aja.”
“Emang apa yang mau di iriin dari Lena, Pa?” Gadis itu tertawa pelan.
“Loh, ini bukan cuma tentang atasan kamu aja tapi siapapun,” seloroh pria berperut buncit dengan rambut yang sudah beruban semua itu. Suaranya parau.
Alena hanya tertawa kecil sambil menghirup udara malam. Ia menikmati hembusan angin malam yang mengenai kulitnya.
“Kita ini yang penting sudah berbuat baik ke semua orang,” pesan ayahnya lagi, “mau orang itu balas jahat ya itu urusan dia sama Tuhan.”
Gadis itu mengangguk – anggukan kepalanya. Hanya ayahnya lah yang mampu membangkitkan kepercayaan dirinya lagi setelah dibuat merasa tak berharga oleh atasannya tadi.
“Hidup juga harus jujur dan nggak boleh curang. Kalau ada yang ngajak culas terutama di dunia kerja ini, ya interaksi seperlunya aja lah,” sambung ayahnya.
“Iya, Pa.”
Mereka sejak tadi ditemani oleh suara gemericik air pancuran pada kolam renang.
“Yang penting, kita hidup ini harus terus ber-progress,” pesan ayahnya lagi, “harus lebih baik dari hari kemarin. Tak perlu membandingkan dirimu dengan pencapaian orang lain, tapi bandingkan diri kamu sekarang dengan kamu di masa lalu.”
Alena mengangguk.
“Yang namanya belajar itu selamanya sampai akhir hayat.” lanjut ayahnya, “papa juga sampai sekarang masih belajar soal bisnis konsultan. Paham property, nggak otomatis membuat papa merasa ahli membangun Nugraha Consulting. Papa juga banyak tanya ke teman – teman.”
“Iya, Pa.”
“Begitu juga kamu, jangan cepat puas. Banyak tanya-tanya dan belajar sama teman kamu terutama yang lulusan SDP kayak Atika.”
“Lena udah tes tertulis berkali – kali untuk posisi Supervisor, tapi belum berhasil juga, Pa.” Ujarnya pasrah sambil menundukkan kepalanya.