UNQUALIFIED

Putri Lailani
Chapter #5

Siapakah Atika?

Alena yang baru tiba di kantor langsung menyapa siapapun yang berpapasan dengannya. Wajahnya yang selalu ramah dan ceria membuat siapapun juga ikut merasakan aura positif.

“Pagi.”

“Pagi, Kak Alen.”

“Hai, Alen.”

Alena pun lanjut bersenandung sambil terus berjalan hendak menuju meja kerjanya. Tiba – tiba saja ada seorang rekan kerja yang menghentikan langkahnya.

“Alen! Baju lo lucu amat, beli dimana?” Pekik seorang Funding Officer sambil memerhatikan penampilannya dari ujung rambut hingga ujung kaki.

Alena pun terkesiap. Bagaimana tidak? Karena saat ini ia sedang mengenakan pakaian branded, sehingga merasa tak enak menyebutnya. Ia mengenakan maxi dress printed lush florals. Warnanya ada corak hijau dan merah. Gadis dengan tinggi 158 cm dan langsing itu terlihat sempurna mengenakan pakaian tersebut.

Maka ia pun menjawab asal, “kemarin gue checkout checkout aja sih di Self Reward Ecommerce.”

“Oh, namanya toko-nya apa?” tanya gadis bernama Rossa itu.

“Nah, itu dia,” Alena menyengir, “gue lupa banget nama tokonya apa.”

“Itu tas sama sepatu lo juga beli di tempat yang samakah? Kalung sama anting lo juga lucu amat sih!”

“I…iya.” jawabnya terbata.

Padahal ia mengenakan sepatu ballet flat shoes dari Tom Ford dan tas nya juga dari Balenciaga. Perhiasannya juga ia beli saat ia dan ayahnya pergi liburan ke Italy. Wajahnya yang imut dengan kulitnya yang putih dan rambut panjang terurai membuatnya sempurna memakai perhiasan tersebut.

“Yaudah gue ke meja dulu ya.” Alena buru – buru pergi sebelum ditanyai lebih lanjut.

Ia pun hendak memasuki ruangan sales, namun tiba – tiba ada suara yang memanggilnya lagi.

“Mba Alen, mie pesanannya sudah ada di ruang makan ya,” ternyata adalah Ujang sang OB kantor yang kebetulan melintas.

Gadis itu langsung menoleh.

“Asyik, udah laper nih!” Alena mengusap – usap perutnya, “makasih ya, Ujang.”

Setiap pagi banyak karyawan yang menitip sarapan kepada Ujang seperti mie instant hingga bubur ayam. Karyawan pasti banyak yang berlomba – lomba memesan mie instant karena stock sangat terbatas. Ujang memesan dari kantin karyawan di lantai basement. Yang berhasil mendapatkan mie instant tersebut sungguh beruntung.

Namun sayang, sejak tiga bulan lalu para karyawan harus sembunyi – sembunyi jika ingin sarapan makanan tak sehat tersebut karena ada yang tak suka.

“Sama – sama. Mba Tika, Mas Erwin dan Mas Yudha juga udah di ruang makan,” beritau Ujang.

“Oh, pantesan meja pada kosong,” celetuk Alena sambil melongok ke arah meja mereka.

Ia mengurungkan niat masuk ke ruang Sales dan langsung berjalan ke arah ruang makan. Gadis itu berjalan lurus hingga ujung kemudian berbelok ke kiri melintasi ruang meeting dan akhirnya tiba juga di ruang makan.

Area tersebut begitu besar. Suasananya seperti restoran pada umumnya, yang terdiri dari beberapa meja. Karyawan yang makan disitu juga bisa sambil menonton TV. Ramai sekali karyawan yang sedang sarapan pagi ini.

Alena pun langsung masuk dan Tika melambai kepadanya. Alena balas melambai sambil berjalan menuju meja arah jam 12. Erwin dan Yudha juga duduk bersamanya.

“Pas banget lo!” celetuk Tika sambil meneguk smoothies-nya, “nih mie lo baru datang.”

Perut Alena langsung keroncongan mencium aroma harum mie goreng instant dengan telur rebus di atasnya.

“Ah, gila kayaknya enak nih,” ia langsung buru – buru duduk kemudian meletakkan tas di belakangnya.

“Ya emang mie instant mana sih yang nggak enak?” celetuk Erwin sambil menikmati mie instant rebusnya, “ada – ada aja lo.”

Alena terkekeh kemudian langsung buru – buru mengambil sendok garpu kemudian menyantap makanan tak sehat itu di depannya.

Lihat selengkapnya