UNQUALIFIED

Putri Lailani
Chapter #7

Usaha Alena Mendekati Iqbal

Setelah briefing sebentar dengan Firman dan berkenalan satu persatu dengan semua karyawan cabang Thamrin, Iqbal langsung berjalan memasuki ruang sales dan menuju mejanya. Ia bahkan belum berkenalan dengan rekan se-timnya sendiri dan juga tim di sebelahnya.

“Halo semuanya,” sapa pria jangkung itu ramah kepada Erwin dan juga Yudha.

Alena yang sedang sibuk dengan pekerjaannya langsung membelalakan mata mendengar suara itu kemudian membalikkan kursinya. Senyumnya langsung merekah. Ia langsung bangkit dari kursinya, berjalan cepat menghampirinya dan langsung menyapanya dengan penuh percaya diri.

“Halo Mas Iqbal, kenalin aku Alena Saraswati biasa dipanggil Alen, saya Lending Officer Modal Kerja di tim sebelah sini,” ia sambil menunjuk ke arah mejanya kemudian mengulurkan tangan ke arah pria itu, “salam kenal ya, Mas.”

“Oh,” pria itu seketika merasa heran kemudian membalas uluran tangan Alena dengan ramah, “salam kenal ya, Alen.”

Mereka pun berjabat tangan. Tangan Alena rasanya seperti tersengat listrik. Hatinya kini berdesir 2x lipat dibanding di ruang meeting tadi. Ternyata pria itu semakin tampan jika dilihat dari jarak dekat. Namun, mengapa rasanya wajah itu familiar? Apakah mereka pernah bertemu? Tapi dimana?

Alena mencolok sekali jika terpana oleh pria itu sampai matanya tak mau berkedip. Erwin dan Yudha sampai menahan tawa, begitu juga dengan Tika dan Dicky. Iqbal terlihat sekali tak nyaman. Terlebih gadis itu belum juga melepaskan tangannya.

“Kita pernah ketemu nggak, sih?” tanya Alena memastikan.

Iqbal tampak bingung, “kayaknya belum, deh,” ia berusaha melepas tangannya dari gadis itu, “oh, mungkin waktu training atau seminar. Kita mungkin cuma pernah saling lihat, kenal muka tapi nggak ngobrol.”

Iqbal belum berhasil melepaskan tangannya karena cengkeraman gadis itu begitu kuat.

“Ah, nggak mungkin,” bantah Alena, “kalau ngeliat cowok seganteng ini di training sih, pasti Alen nggak akan pernah lupa. Saat itu juga langsung Alen samperin terus minta nomor telepon.”

“Oh gitu, ya?” Iqbal memaksakan senyum.

Keempat temannya tak henti - hentinya menahan tawa sambil menundukkan kepala.

“Oiya, Alen kenalin dulu deh sama yang lain,” Iqbal bernafas lega karena tangannya lepas juga dari gadis itu, “ini tim nya Mas Iqbal ada Erwin dan juga Yudha.”

“Halo,” Iqbal langsung menyalami keduanya kemudian berbisik, “dari tadi kan maksudnya mau nyapa kalian, kenapa nih cewek main nyamber aja?”

Erwin dan Yudha hanya meringis.

“Eh kenapa, Mas Iqbal?” Alena yang hanya mendengar Iqbal berbicara samar – samar itu ingin tau.

“Oh, nggak,” jawabnya kikuk sambil tertawa kecil, “nggak ada apa-apa.”

“Oiya, kenalin kalau ini tim Alen,” Alena menunjuk meja tim nya, “ini team leader nya Atika dan itu Dicky.”

“Halo,” Iqbal juga menyalami mereka.

“Cowok – cowok banyak yang naksir Atika,” Alena menyerocos terus, “tapi kalau Mas Iqbal jangan ya! Naksirnya sama Alen aja.”

Alena malah cekikikan sendiri dan membuat Iqbal semakin geli.

“Oiya, nanti kita semua rencananya mau lunch bareng di mal. Ikut gabung yuk, Mas,” ajak Alena.

Yang lainnya pun menimpali.

“Iya, ikutan aja,” celetuk Erwin.

“Mumpung lagi nggak pada keluar kantor,” timpal Yudha.

“Soalnya tim kita berdua nih akrab banget,” kelakar Tika, “besok – besok belum tentu ada kesempatan kayak gini lagi.”

Iqbal pun langsung menjawab cepat, “oh, boleh – boleh.”

Alena melonjak kegirangan, “asyik! Kalau first date gapapa deh rame – rame dulu nanti kalau udah makin akrab, kita makan berdua aja ya.”

Semuanya pun bingung dan mengernyitkan dahi.

“Hah, maksudnya?” tanya Erwin.

Alena melirik malu – malu kepada Iqbal yang masih berdiri di sampingnya, “iya, besok – besok Alen makan berdua sama Mas Iqbal aja ya tanpa ada yang ganggu.”

Alena lagi – lagi langsung tertawa sendiri. Iqbal hanya memutar bola mata.

“Ahelah, masih aja lo!” celetuk Erwin.

 

Lihat selengkapnya