-Tiga Bulan Kemudian-
Sudah tiga bulan Iqbal bekerja di Samudra Bank, yang artinya sudah tiga bulan juga Alena mengejar – ngejar Iqbal. Iqbal tetap saja cuek dan selalu menghindar. Alena pantang menyerah. Baginya ini adalah impian yang harus diperjuangkan. Ia tak mau kalah sebelum berperang. Belum pernah ia melakukan hal seperti ini kepada pria.
Pernah sampai tiga kali Alena nekat menembaknya dan tentu saja ditolak. Ia sampai meminta tolong Atika, Erwin dan Yudha agar membuat pria itu luluh.
“Tik, gue harus ngelakuin apa lagi ya biar Mas Iqbal tuh notice gue gitu loh?” tanya Alena saat mereka sedang jalan bersama di mal, “at least mau kalau gue ajak makan berdua.”
“Hmmmmm, gimana ya?” Tika tampak berpikir, “kalo lo tetap belum mau nyerah, mendingan pertahanin aja usaha lo yang sekarang.”
“Gitu ya?”
“Awalnya sih dia cuek tapi lama – lama kan pasti luluh tuh. Dan pada akhirnya bisa menghargai perjuangan lo terus jadi jatuh hati deh. Cieee….cieee,” ledek Tika.
Wajah Alena langsung memerah, “semoga aja, ya.”
“Gue kan selama ini bantuin lo dengan cerita semua kebaikan lo ke Iqbal.”
Alena pun mengangguk, “thank you, Tik.”
“Atau,” Tika jeda sejenak untuk berpikir, “boleh nggak besok gue ajak Iqbal lunch berdua disini jadi gue bisa tau nih pandangan dia soal elo, terus gue juga semakin banyak waktu bagus – bagusin lo depan dia? Gue bisa cari tau lebih banyak lagi apa yang dia suka.”
“Emang dia bakal mau?”
“Gue kan bilangnya urusan kerjaan. Pasti mau, lah.”
“Wah, ide bagus tuh!” seru Alena, “thank you ya, Tik. Nanti cerita ke gue ya gimana hasilnya.”
Alena tentu juga terus menanyai Erwin soal Iqbal.
“Win, team leader lo kok susah banget ditaklukan sih?” Alena menghampiri meja kerjanya saat Iqbal sedang keluar kantor bersama Atika, “lo pasti tau dong dia sukanya apa dan suka sama cewek yang kayak gimana?”
“Hmmmm Len, sorry nih ya,” ucap Erwin hati – hati, “kalau cowok itu kan terkenal simple jadi…”
“Maksudnya gimana?” desak Alena begitu Erwin lama sekali berbicara.
“Cowok itu kalo emang suka pasti akan respon lo kok di awal. Kalau respon Iqbal selama ini seperti itu, apa nggak sebaiknya lo mundur ya? Lo juga harus menghormati dia. Kasian lho dia juga keganggu dan jadi nggak nyaman kerjanya.”
“Ah, selama belum ada janur kuning melengkung mah gue masih belum menyerah.”
Alena sebagai pegawai bank tentu saja bisa mengecek semua data rekan – rekan kerjanya melalui komputer. Ia bisa saja mencari tau alamat pria itu dan nekat menghampirinya. Bahkan saldonya hingga nama gadis ibu kandungnya juga bisa tau. Tapi ia tak mau menyalahgunakan itu untuk kepentingan pribadinya dan mau menghargai privacy orang lain juga.
“Len,” panggil Erwin lagi, “kayaknya lo coba aja cuekin dia untuk beberapa hari. Kali aja tiba – tiba dia kangen dan akhirnya balik ngejar – ngejar lo.”