Unreal

Cherry Sakura
Chapter #1

Sang Penjaga

Di ruang gelap itu, seorang lelaki muda berambut hitam gelap dengan mata berwarna coklat keemasan duduk diam sembari memegang dua daun kematian di tangannya. Di daun itu tertera nama, nama seseorang yang berdasarkan ramalan tidak akan berumur panjang. Terlebih daun itu sudah gugur dari batangnya maka itu artinya kedua pemilik nama tersebut hanya tinggal menunggu waktu saja.  

Lelaki berpakaian serba hitam itu mendongak, matanya mengabsen empat lelaki lain yang berdiri di depan mejanya. Keempat pemuda berpakaian serba putih itu adalah para Guardian, manusia yang nekat melakukan percobaan bunuh diri, tapi untungnya mereka gagal. Jika mereka berhasil melakukan percobaan bunuh diri, tentu tempat mereka bukanlah di sana dan pakaian yang mereka kenakan tidaklah berwarna putih melainkan hitam gelap. Keempat orang itu beruntung karena gagal melakukan percobaan bunuh diri sehingga rohnya hanya terlepas sementara dari raganya. 

Sebagai konsekuensi dari tindakan itu, mereka yang gagal melakukan percobaan bunuh diri untuk sementara akan bertugas menjadi Guardian. Tugas mereka adalah melindungi dan menjaga para manusia yang diramalkan akan segera mati agar tidak diganggu para roh jahat. Para roh jahat sangat menggemari jiwa-jiwa yang akan meninggalkan raganya dan sebisa mungkin menyantap jiwa tersebut. Roh-roh jahat itu akan berusaha mencegah jiwa-jiwa itu mati dalam keadaan damai dan kalau bisa membuat mereka mati dalam keadaan bunuh diri. Itulah salah satu alasan, kenapa para Guardian ada.

Yuya Kirisawa, nama pemilik bola mata berwarna coklat keemasan. Matanya menyisir satu persatu empat lelaki berbeda warna rambut yang berdiri menunggu perintahnya. 

“Ryoya Nonomiya,” sebut Yuya kepada seorang lelaki muda berambut hijau terang dengan mata berwarna coklat muda. 

Lelaki yang disebutkan namanya itu segera mengacungkan tangannya sembari tersenyum manis. “Ya,” sahutnya dengan ramah, menampilkan ekspresi yang sangat berbeda dengan ketiga rekannya yang tampak serius. 

“Ritsu Keiya,” sebut Yuya lagi. Kali ini kepada seorang lelaki dengan rambut berwarna coklat tua dan mata berwarna hijau, berkebalikan dari warna mata dan rambut milik Ryoya Nonomiya.

“Aku,” jawab Ritsu sambil menganggukkan kepalanya.

“Reoka Kawamoto,” Yuya kembali mengabsen lelaki ketiga yang berdiri dengan tangan bersidekap di dada. Lelaki satu itu berpenampilan seperti api yang membakar. Baik warna rambut dan matanya berwarna merah darah. 

“Dan... “ Yuya menjeda perkataannya sejenak sebelum menyebutkan nama terakhir milik lelaki berparas paling tampan, tapi justru terlihat begitu dingin dan suram dibandingkan tiga rekannya yang lain. “Azuka Kamoshita,” Yuya menyebutkan nama lelaki yang memiliki warna rambut dan mata yang senada. Bola mata dan rambutnya segelap malam sehingga menambah kesan suram pada dirinya.

“Kalian pasti sudah tahu kenapa aku memanggil kalian, kan?” tanya Yuya seraya meletakkan dua daun kematian itu ke atas mejanya. “Enam bulan kedepan akan ada dua orang anak manusia yang akan mati,” cetus Yuya.

Lihat selengkapnya