“Ini semua salahmu, Ryoya,” omel Reoka. Kepalanya berdenyut sakit dan mulutnya tak bisa berhenti untuk mengomel. Entah ini sudah yang keberapa kalinya Sakura menghilang dari pantauan mereka. Kemampuan menghilang yang dimiliki Sakura benar-benar tidak bisa diremehkan. Bahkan kemampuan teleport Reoka dan Ryoya seolah tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan kemampuan menghilang Sakura.
“Kenapa kamu jadi menyalahkanku? Bukannya kamu yang melepaskan ikatan anjing itu sampai-sampai anjing itu mengejar Sakura?” balas Ryoya lemas. Kedua telinganya berdengung karena mendengarkan omelan Reoka.
“Uwaaaa. Tolong akuuuu!!!”
Reoka dan Ryoya yang sedari tadi saling melemparkan kesalahan satu sama lain sontak menghentikan adu mulut mereka. Mata mereka menangkap sosok Ritsu yang terbang melayang dengan tidak seimbang. Kedua tangan Ritsu memegang gumpalan hitam yang ternyata adalah kumpulan roh jahat entah dari mana.
“Ritsu?” ucap Reoka dan Ryoya bersamaan. Dengan cepat Reoka menangkap kumpulan roh jahat yang ada di tangan kiri Ritsu tanpa harus menunggu Ritsu meminta tolong sehingga membuat Ritsu bisa sedikit bernapas lebih lega.
“Aku tertolong,” kata Ritsu bersyukur. Ia melayang di udara dengan lebih baik setelah tangannya hanya memegang satu gerombolan roh jahat yang diikat menjadi satu.
“Ritsu, kenapa kamu membawa roh jahat sebanyak ini?” tanya Ryoya bingung. Ryoya turut memegang sebagian roh yang terus menggeram marah. Mata makhluk itu bersinar merah.
“Perempuan yang bernama Sheerin Fuyusaka itu benar-benar manusia yang jahat. Perbuatan buruknya sampai menjelma menjadi roh jahat dan menyeramkan begini,” papar Ritsu dengan wajah kuyu dan lelah. Selama beberapa hari ini ia terus berjibaku membereskan roh jahat hasil dari evolusi perbuatan jahat gadis berambut kuning terang itu.
“Bisa kubayangkan bagaimana jahatnya gadis itu,” timpal Reoka sambil memperhatikan roh yang ia pegang. Roh itu menatap garang dan menggeram dengan tidak ramah sembari memperlihatkan taringnya yang tajam.
“Roh ini benar-benar tidak ramah,” gerutu Reoka.
“Kalian sendiri... bagaimana dengan pekerjaan kalian?” tanya Ritsu diantara sela nafasnya yang tersengal.
“Ah, syukurlah tidak ada satupun roh yang mengganggu Sakura,” jawab Ryoya sambil tersenyum manis. Satu-satunya yang membuat mereka susah hanya keahlian Sakura yang seolah memiliki kemampuan teleport sehingga gadis itu bisa menghilang hanya dalam sekejap mata.
“Justru anak itu yang menjelma menjadi roh jahat,” gerutu Reoka kesal. Kesabarannya benar-benar diuji setiap kali berhadapan dengan Sakura. Mereka seperti sedang bermain Hide And Seek saking seringnya Sakura menghilang dari pantauan.
“Oh ya, kamu akan pergi ke dunia ketiadaan, kan?” celetuk Reoka.
“Yup. Aku harus mengantarkan roh-roh ini ke dunia ketiadaan supaya tidak mengganggu manusia lagi,” sahut Ryoya.
“Aku akan pergi menemanimu. Ini terlalu banyak untuk kamu bawa sendiri.” Reoka segera menawarkan bantuan kepada Ritsu. Membantu Ritsu mengantarkan roh jahat ke dunia ketiadaan jauh lebih ringan daripada harus mencari si Merah Muda yang gemar bermain petak umpet.
“Eh? Lalu aku?” sela Ryoya cepat.
“Kamu cari anak itu sampai ketemu!” sergah Reoka ketus.
“Orang ini seenaknya saja. Padahal Caku hilang, kan, gara-gara dia,” keluh Ryoya dalam hati. Ingin protes, tapi Reoka sudah melesat pergi begitu saja tanpa memberi kesempatan Ryoya untuk sekedar membuka mulut.