Azuka menggelengkan kepalanya untuk yang kesekian kalinya. Dari matahari masih berada di atas kepala sampai dengan matahari mulai terbenam, Aqua masih bersemangat berkeliaran di bibir pantai. Sinar matahari terasa seperti membakar kulitnya hingga membuat Azuka tidak sabar untuk segera masuk ke penginapan mengademkan dirinya. Azuka yang bahkan membenci makanan manis bahkan sampai merindukan sebuah es krim saking panasnya.
Tapi, Aqua tampaknya tidak terganggu sama sekali dengan teriknya sinar matahari yang sudah berhasil membuat kulit mereka memerah. Aqua masih berjibaku dengan pasir sampai-sampai melewatkan jam makan siang.
“Aqua!!! Ayo, kembali ke penginapan,” panggil Azuka akhirnya. Ia tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Wajahnya terasa memanas karena terlalu lama berada di pantai. Laut musim panas memang indah, tapi bukan berarti mereka harus memanggang diri mereka sendiri hingga berjam-jam, kan?
“Sebentar, Azuka. Aku masih ingin mencari kerang berwarna merah muda,” sahut Aqua.
“Kerang berwarna merah muda?” ulang Azuka bingung.
Selama beberapa hari ini Aqua begitu terobsesi ingin mendapatkan sebuah kerang merah muda di pantai yang sedang mereka kunjungi. Hal yang sebenarnya tidak dimengerti oleh Azuka. Kenapa Aqua begitu terobsesi dengan kerang berwarna merah muda sedangkan gadis itu sendiri memiliki alergi sea food. Jika gadis itu tidak memiliki alergi sea food, Azuka tidak akan keberatan membelikan kerang sebanyak yang Aqua inginkan.
“Iya,” balas Aqua dengan senyuman lebar di bibirnya. “Menurut cerita, kalau menemukan kerang berwarna merah muda di pantai ini maka di tempat ini juga kita akan bertemu dengan jodoh. Kalau sudah memiliki orang yang disukai, suatu saat nanti pasti akan menikah dengannya. Aku ingin membuktikan kalau aku memang ditakdirkan untukmu,” cerita Aqua bersemangat. Matanya berbinar saat menceritakan mitos yang entah ia dengar dari siapa.
Hati Azuka mendadak terasa nyeri melihat senyuman lebar dan binar mata Aqua saat menceritakan mitos yang begitu ia percaya. Rasa bersalah menghujam hatinya. Tentu Azuka tahu alasan kenapa Aqua sampai harus bersusah payah mencari kerang merah muda itu. Dan alasan itu berkaitan dengan dirinya.
Tapi, sayangnya keyakinan Aqua benar-benar seperti sedang diuji. Selama seminggu itu juga pencariannya sama sekali tidak membuahkan hasil. Tidak ada satupun kerang yang ditemukan oleh Aqua hingga Azuka sempat terpikirkan untuk membeli banyak kerang di pasar lalu meletakkannya di sepanjang pesisir pantai.
“Menyebalkan. Kenapa aku tidak bisa menemukan kerang itu?” ratap Aqua dengan mata berkaca-kaca. Lelahnya tidak membuahkan hasil seakan-akan seluruh dunia memang sedang bekerja sama untuk mematahkan semangatnya. Aqua terduduk pasrah di bibir pantai, membiarkan bajunya basah tersapu air laut.
“Aku rasa kerang seperti itu memang tidak ada di pantai ini,” ucap Azuka berhati-hati, sebisa mungkin menjaga mood Aqua agar tidak semakin memburuk dan down.
“Tidak. Aku masih belum menyerah,” tukas Aqua. Ia memaksakan dirinya untuk berdiri dan kembali menyisiri bibir pantai. Aqua yakin kerang yang bisa menjadi jimat untuk percintaannya sedang tersembunyi di suatu tempat dan menunggu untuk segera ditemukan.
Azuka menatap Aqua dengan ekspresi lelah. Bukan lelah karena harus menemani Aqua mencari sesuatu yang tidak ada, tapi ia lelah dengan rasa bersalah yang bercokol di hatinya. Seharusnya ia bisa memutuskan segalanya dengan pasti, bukan malah bersikap layaknya seorang pengecut. Pengecut yang tidak punya keberanian untuk memperjuangkan perasaannya sendiri.