Unreal

Cherry Sakura
Chapter #14

Salju Pertama

Azuka menghembuskan nafas kasar. Ia sudah kehabisan kata-kata untuk menolak bujukan Reoka dan Ryoya. Kedua rekannya itu seperti kehilangan kemampuan mereka dan tak ubahnya seperti anjing pelacak yang kehilangan indra penciumannya. Ayolah, hanya mengurus seorang gadis saja mereka berdua tidak mampu dan terus saja melemparkan tugas kepada Azuka. 

Azuka memijit pelipisnya. Sia-sia saja tindakannya menghindari gadis itu. Azuka berharap pertemuan di gudang waktu itu menjadi pertemuan pertama dan terakhirnya dengan gadis berambut merah muda itu. Tapi, nyatanya pertemuan demi pertemuan terus saja terjadi di antara dirinya dan Sakura. 

“Saat musim panas tahun lalu... apa dia yang bertemu denganku di pantai, ya?” pikir Azuka gelisah. Ia lupa dengan wajah gadis yang pernah ditemuinya di pantai saat musim panas tahun lalu. Tapi, Azuka ingat gadis itu memiliki rambut berwarna merah muda dan bola mata berwarna hijau yang membuatnya seperti sedang melihat pohon sakura di tepi pantai. Gadis yang memberikannya sebuah kerang berwarna merah muda yang sangat diinginkan oleh Aqua.

“Begitulah. Jadi mohon bantuannya, ya,” cetus Reoka membuyarkan lamunan Azuka tentang gadis musim semi yang pernah dijumpainya di musim panas. 

“”Maafkan kami yang selalu merepotkanmu, Azuka,” ucap Ryoya sambil tersenyum manis.

“Sebagai gantinya kami yang akan menjaga Sheerin Fuyusaka. Terima kasih, Azuka,” tandas Reoka. Tanpa babibu, Reoka mengangkat tubuhnya ke udara lalu pergi begitu saja. Mengabaikan Azuka yang akan membuka mulutnya.

“Terima kasih banyak atas bantuannya,” timpal Ryoya ikut melesat terbang meninggalkan Azuka yang hanya bisa terdiam tanpa sempat menolak.

“Aku bahkan belum bilang iya,” dengus Azuka tidak percaya dengan kelakuan Reoka dan Ryoya yang seenaknya melemparkan tugas mereka kepadanya. 

“Ng?” Azuka mengernyitkan keningnya. Dedaunan kering beterbangan tertiup oleh angin, tapi entah kenapa tadi hidungnya seperti mengendus aroma segar bunga yang tidak seharusnya ada di musim gugur. Azuka mengusap hidungnya, beranggapan kalau penciumannya mungkin sedang bermasalah. Seharusnya ia mencium aroma daun kering, bukan aroma bunga segar.

“Aku tidak tahu kenapa... padahal aku tidak pernah merencanakannya,” Azuka membatin sambil melangkah semakin masuk ke dalam taman.

Sraaak.

“Eh?” Azuka tersentak saat tiba-tiba sekuntum anggrek putih jatuh dari atas. Bunga anggrek itu jatuh dengan selamat di tangannya.

“Azuka.” Seseorang meneriakkan namanya dengan lantang hingga membuat Azuka tercenung. Terlalu banyak kebetulan yang memaksanya bertemu dengan gadis merah muda itu. Azuka tak perlu bersusah payah membuang tenaga untuk mencari gadis itu karena gadis itu sendiri yang akan datang menemuinya.

“Jangan dibuang! Itu punya Caku,” teriak Sakura sambil berlari menuruni tangga dengan tergesa-gesa.

“Aku selalu bertemu dengannya,” Azuka mendesis gelisah. 

***

Azuka merapatkan coat yang ia kenakan. Salju pertama memang belum turun, tapi tetap saja udara sudah terasa begitu dingin. Dan seperti orang bodoh, Azuka berdiri seorang diri di bawah pohon sakura. Jika bukan demi Aqua, ia tidak akan mau berdiri di bawah pohon di cuaca sedingin ini. Ekor mata Azuka melirik ke arah pohon sakura kering yang tak kalah menyedihkan seperti dirinya. Jika ia sedang menunggu Aqua, maka pohon itu sedang menunggu kesempatan bersemi.

“Musim semi masih dalam perjalanan,” gumam Azuka.

Lihat selengkapnya