Unreal

Cherry Sakura
Chapter #16

Rumah Kaca

Graaak.

Reoka yang sedang santai di kamar serba pink milik Sakura sontak menoleh ke arah pintu yang tiba-tiba terbuka. Kedua alis Reoka saling bertautan melihat sosok Ryoyalah yang tadi membuka pintu. Nafas Ryoya naik turun dan wajahnya dipenuhi dengan peluh seperti orang yang baru saja ikut lomba maraton.

“Reoka,” panggil Ryoya dengan nafas yang tersengal-sengal.

“Kenapa kamu keringatan seperti itu, Ryoya?” tanya Reoka bingung. Sekarang bahkan bukan musim panas dimana matahari bersinar terik hingga bisa membakar kulit. Sekarang musim gugur menjelang musim dingin dimana selimut tebal menjadi pilihan paling nyaman di musim seperti ini.

“A... aku lari dari taman ria sampai rumah ini,” lapor Ryoya masih dengan nafas yang tersengal. Ia baru saja lari bak orang kesetanan dan itu terbilang rute paling panjang yang pernah ditempuh oleh seorang Ryoya Nonomiya.

Reoka cengo sesaat mendengar laporan Ryoya. “Kenapa kamu lari? Kamu lupa kalau sekarang kamu adalah roh? Tinggal terbang melayang dan menembus dinding, kan? Untuk apa kamu buang-buang tenaga?” tanya Reoka.

“Astaga,” sahut Ryoya sambil menepuk kepalanya. Ia memang lupa dengan kenyataan kalau saat ini ia adalah roh yang punya kemampuan diluar akal sehat manusia. Sepertinya saking lamanya menjadi roh, Ryoya sudah rindu dengan cara berjalan menggunakan kaki ala manusia normal.

“Ada yang gawat, Reo!” tukas Ryoya teringat alasan kenapa ia berlari dari taman ria sampai rumah milik keluarga Beccafumi.

“Lagi-lagi Caku menghilang,” lapor Ryoya dengan wajah horror sedangkan Reoka hanya mengibaskan tangannya enteng. Sama sekali tidak terpengaruh dengan hal gawat yang dilaporkan oleh Ryoya. Sakura menghilang bak arwah gentayangan bukanlah sesuatu yang harus dipusingkan.

“Itu sudah biasa,” tandas Reoka santai.

***

“Wasweswos.”

“Blablabla.”

Azuka memejamkan mata sesaat guna mengurangi sedikit rasa sakit di kepalanya. Telinganya berdenging mendengar gumaman dan celotehan orang-orang yang tak ubahnya seperti gerombolan lebah. Dirinya benci dengan keramaian seperti ini, tapi karena nona yang harus dilindungi terdampar di tempat penuh keramaian mau tidak mau membuat Azuka terdampar di tempat yang sama.

“Aku benci dengan taman bermain,” gerutu Azuka pelan.

Azuka lebih menyukai perpustakaan dan Aqua sendiri jauh lebih menyukai laut. Karena itu taman bermain yang super ramai tidak pernah menjadi pilihan untuk mereka berkencan. Seingat Azuka, terakhir kali ia datang ke taman bermain adalah ketika hari kelulusan sekolah menengah pertama. Itupun karena ditipu oleh teman-teman sekelasnya, terutama Saguru Hakuba.

“Lagi-lagi aku kehilangan Fuyusaka,” ratap Ritsu frustasi. Kerumunan orang-orang membuat mereka berdua semakin susah untuk mendeteksi keberadaan Sheerin Fuyusaka. Macam-macam warna rambut, beraneka ragam warna pakaian dan aroma parfum yang campur aduk berhasil membuat kepala mereka pusing. Ritsu bahkan berkali-kali bersin karena mencium aroma parfum yang begitu kuat.

“Aku akan mencarinya di tempat lain,” kata Azuka.

“Tumben sekali Fuyusaka mau bermain di taman bermain seperti ini,” kata Ritsu lemas sambil berjalan ke arah yang berlawanan dengan arah yang diambil Azuka.

***

“Astaga,” keluh Sakura dengan wajah cengo. Ia berdiri dengan ekspresi putus asa yang begitu kentara. Tadinya dia memang bersemangat saat akan masuk ke rumah kaca, tapi sekarang ia justru menyesali pilihannya bermain di rumah kaca. Selain karena membosankan, Sakura juga terlalu buta arah hingga akhirnya ia tersesat entah di mana.

Lihat selengkapnya