Suara alat-alat yang bertugas menggantikan kerja organ Azuka terdengar memenuhi ruangan. Azuka berdiri di dekat tempat tidur memperhatikan tubuhnya yang masih tidak sadarkan diri. Tubuh yang tak ubahnya seperti orang mati. Jika semua peralatan yang melekat di tubuhnya terlepas, mungkin itu akan menjadi akhir dari dunianya.
“Sudah satu tahun lebih... kenapa kamu tidak mati saja, Azuka?” ucap Azuka pelan kepada dirinya sendiri.
Seandainya saja ia berasal dari keluarga yang biasa saja, mungkin sudah lama mereka menyerah dan meminta untuk dilakukan euthanasia saja. Tapi, sayang keluarganya bukan keluarga biasa yang bisa langsung menyerah. Keluarganya masih tetap berjuang keras agar ia bisa tetap hidup.
Ibunya masih tidak lelah menangisinya selama satu tahun ini. Sesuatu yang terkadang membuat Azuka merasa iba dan juga bersalah karena sudah memberikan kesedihan dan membuat ibunya tidak bisa tidur dengan tenang selama setahun ini. Tapi, jika sisi egoisnya muncul, Azuka merasa apa yang sudah ia lakukan tidak sepenuhnya salah. Karena jauh sebelum ia menceburkan dirinya ke laut, ibunya sendirilah yang sudah lebih dahulu membunuhnya.
Tangan kanan Azuka terulur ke arah selang oksigen. Ingin sekali rasanya ia melepas selang oksigen dan mematikan ventilator itu. Ia ingin mati. Bahkan walaupun ia terbangun kembali, ia tidak tahu bagaimana caranya memulai hidup dengan bayang-bayang Aqua yang terus menghantuinya.
Azuka yang tenggelam dalam inginnya untuk mengacaukan alat-alat penopang hidupnya itu bergeming. Suara yang terdengar dari balik pintu terasa mengganggunya. Begitu pandangan Azuka berpaling ke arah pintu, manik obsidiannya beradu dengan manik hijau emerald yang sudah tidak asing lagi. Azuka terkesiap. Begitu juga dengan Sakura yang masih berdiri di balik pintu. Wajah Sakura tampak pias. Kulitnya yang putih semakin terlihat pucat seperti orang yang kehabisan darah.
“Apa yang kamu lakukan, Caku? Kenapa kamu hanya berdiri di depan pintu saja?” tanya mami bingung karena dari tadi Sakura hanya berdiri mematung di depan itu.
Tubuh Sakura gemetar hebat dan pandangan matanya seperti berputar-putar. Ketika matanya melihat dari kaca pintu, Sakura sudah merasa kalau apa yang ia takutkan pastilah terjadi. Dirinya tidak mungkin salah mengenali punggung itu meski ia hanya melihat sosok itu dari belakang. Jika saja bisa, Sakura ingin segera menghilang sebelum sosok berambut hitam gelap itu menoleh ke arahnya. Tapi, belum sempat Sakura melarikan diri, sosok itu sudah terlanjur menoleh dan menangkap basah hadirnya. Dan benar saja, Azuka Kamoshita, sosok itulah yang ada di dalam ruangan itu.
Bruuuk.