Unreal

Cherry Sakura
Chapter #20

Mimpi Dalam Mimpi

Sakura berjalan gontai dengan hati yang meradang. Seumur hidupnya baru kali ini ia merasa begitu jahat. Bukan hanya sekedar menjadi orang ketiga, ia bahkan secara tidak langsung menjadi seorang pembunuh. Seseorang sampai bunuh diri karena kehadirannya yang tidak diinginkan. Seseorang kehilangan cintanya karena dirinya yang seharusnya tidak ada.

Sakura menggigit bibirnya kuat-kuat menahan isakan yang sedari tadi ia tahan. Ia berlari begitu saja meninggalkan mami yang berteriak kebingungan. Tapi, sebenarnya lebih dari siapapun ia jauh lebih bingung dengan kenyataan yang menghantamnya. Dunianya serasa runtuh begitu tahu sepasang kekasih itu berpisah karena dirinya.

Dulu Sakura selalu berharap, jika waktunya telah mencapai batasnya ia ingin mati dalam keadaan damai dan tanpa penyesalan. Ia ingin mati dengan tenang. Tapi, ternyata apa yang ia inginkan itu seperti jauh dari angan. Rasa bersalah itu memenuhi hatinya, bahkan rasanya seperti ingin membunuhnya detik itu juga.

“Sakura?” panggil Ryoya. Tangan Ryoya dengan cepat mencekal lengan Sakura dan menahan tubuh Sakura agar tidak melangkahkan kakinya.

“Apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu tidak pernah memperhatikan langkah kakimu?” tanya Ryoya dengan wajah panik. Gadis itu hampir saja menceburkan dirinya sendiri ke dalam sungai.

“Apa yang sebenarnya terjadi?” tanya Ryoya waswas. Wajah Sakura tampak berantakan dengan hidung memerah dan mata sembab. Bahkan bibir gadis itu tampak terluka karena digigit oleh Sakura sendiri.

“Ryoya,” Sakura berucap dengan suara lemas dan diiringi dengan isak tangis. “Tunangan jahat itu... gadis jahat itu ternyata adalah Caku,” cicit Sakura.

“Apa?” Ryoya tertegun tidak percaya. Sakura memang belum menceritakan semuanya dengan gamblang, tapi melihat ekspresi gadis itu dan kata ‘tunangan’ yang tercetus dari mulutnya, sudah cukup memberikan Ryoya gambaran. Sesuatu yang membuat Sakura begitu terpukul pastilah ada hubungannya dengan Azuka dan Aqua.

“Ini semua... ada hubungannya dengan Azuka dan Aqua?” tanya Ryoya ragu-ragu.

Sakura menganggukkan kepalanya dengan tangan mencengkram erat lengan Ryoya. Mengadu seperti anak kecil yang tidak bisa menahan sakit pada lukanya yang terbuka. Suara isakan Sakura semakin kencang hingga membuat Ryoya terpaku. Pikirannya blank.

“Kenapa... kenapa mereka berdua semudah itu menyerah? Kenapa mereka tidak mencoba untuk mempertahankan hubungan mereka? Kenapa mereka tidak berusaha untuk lari?” racau Sakura dengan suara serak. “Bukankah Caku akan segera mati? Caku bahkan diramalkan memiliki umur yang pendek. Caku akan segera mati. Itu artinya tidak akan ada lagi penghalang. Mereka masih bisa bersama. Kenapa tidak menunggu dan berjuang? Kenapa harus menyerah?”

Ryoya menarik Sakura ke dalam pelukannya ketika tangis gadis itu meledak, berusaha menenangkannya meski itu semua tidak akan ada artinya.

“Caku akan mati. Bukankah itu artinya Caku dan Azuka bukan jodoh? Azuka dan Aqua masih bisa bersama seandainya mereka tidak menyerah. Kenapa... kenapa harus memberikan Caku rasa bersalah seperti ini?”ratap Sakura di dada Ryoya. Dada yang juga ikut bergemuruh. Dari awal Ryoya selalu menyayangkan keputusan yang diambil oleh Azuka dan Aqua. Seandainya kedua orang itu tidak pernah menyerah, segala sesuatunya pasti akan baik-baik saja. Tapi, kini segalanya sudah hancur berantakan dan tidak bisa dikembalikan lagi pada tempatnya.

“Itu benar. Seharusnya mereka baik-baik saja... seandainya mereka tidak menyerah,” imbuh Ryoya lirih.

Sedangkan Azuka hanya bisa berdiri tercenung dengan hati yang terasa kosong. Sebenarnya apa yang sudah dirinya dan Aqua lakukan? Kenapa mereka mempersulit keadaan mereka sendiri? Kenapa mereka justru saling memisahkan diri satu sama lain?

Lihat selengkapnya