Unremembered

Ririn Siti Rahmatillah
Chapter #4

Bagian Empat

Suasana Student Center selalu ramai seperti biasanya. Tempat foto copy yang penuh sesak, warung makan yang selalu kekurangan kursi, dan sekre organisasi yang selalu sibuk dengan berbagai program kerja. Kepalaku terasa sedikit pening ditengah kerumunan orang yang sibuk dengan urusannya masing-masing. Jika bukan karena orang bernama Kehan itu, mungkin aku tidak akan berada di sini. Vavel sedang berada di Labolatorium saat ini, praktikumnya berlangsung sangat lama sampai memakan waktu istirahat makan siang.

Orang bernama Kehan itu sempat mencegatku ketika aku berjalan dengan tergesa-gesa di tangga. Hampir saja aku telat masuk kelas. Aku menjanjikannya bertemu di jam makan siang dan Kehan memintaku untuk bertemu di SC atau Student Center. Yang aku lihat, sepertinya Kehan tipe orang yang sering dijadikan bahan bully­-an teman-temannya. Dia terlihat pendiam dan tidak bisa mengatur penampilan. Aku sedikit kesal harus munggunya disini. Kenapa dia belum juga datang?

“Tiara?”

Aku terkejut mendengar suara seseorang di belakangku.

“Kamu?”

“Maaf tadi selesai kelasnya lama. Jadi aku baru ke sini. Maaf ya kamu udah menunggu lama,” seloroh orang yang bernama Kehan.

Aku hanya terdiam melihatnya. Menunggunya berbicara lagi. Aku akan membiarkan dia mengatakan apapun yang ingin ia katakan padaku. Tidak ada rasa penasaran sama sekali mengenai dirinya.

“Aku Kehan…”

“Tadi kamu udah bilang nama kamu siapa, kamu juga udah tau nama aku kan?”

Kehan menjadi kikuk setelah mendengar ucapanku. Aku masih sedikit kesal karena hari ini sudah dua kali dibuat kesal olehnya. Aku tidak tahu ia siapa dan sebelumnya juga dia tidak pernah menyapaku dan tiba-tiba dia menemuiku dikarenakan urusan yang menurutnya penting.

“Sekali lagi aku minta maaf. Tiara… apakah kamu benar-benar tidak mengenalku?” tanya Kehan seakan tidak percaya.

Aku dan Vavel sepakat tidak akan menceritakan bahwa aku mengalami amnesia pada teman-teman kampusku. Dan aku tidak menyangka sebelumnya akan ada yang bertanya seperti Kehan.

“Maaf ya, aku buru-buru abis ini mau makan sama pacarku. Ada apa ya?”

“Oh gitu… maaf ya ganggu waktunya. Dari tahun lalu aku mau ngirim video project kita tapi kamu cuti dua semester.”

Project? Apakah aku dan Kehan cukup dekat atau kami pernah berada dalam satu kelompok?

“Kirim aja ke email aku… nanti kita ngobrol lagi ya… aku harus pergi,” pamitku begitu melihat Vavel keluar dari Labolatorium dengan masih memakai jas putihnya yang sudah agak menguning dan bernoda.

Aku berjalan meninggalkan Kehan dan melambai pada Vavel. Vavel belum melihatku, dia masih sibuk berbicara dengan teman perempuannya. Mataku membelalak begitu melihat name tag yang terpasang di jas labolatorium perempuan yang sedang berbicara pada Vavel dengan senyuman ramahnya. Irina, bukankah perempuan itu yang dibicarakan oleh cowok gossip teman Vavel itu? Vavel dan Irina mungkin satu kelas tapi tetap saja aku kesal jika mengingat pembicaraan Alif dan Arka.

*****

“Gimana enak gak?” tanya Vavel.

Saat ini aku sedang mengunyah bakso goreng yang Vavel suapkan ke mulutku. Tanganku subuk dengan buku dan Laptop sehingga Vavel membantuku makan sambil berjalan di selasar gedung kampus. Saat ini aku sedang menuju kelasku yang akan mulai 15 menit lagi dan Vavel berikeras menyuruhku makan meskipun harus sambil jalan.

“Gak kayak yang kemarin kan?” tanya Vavel.

Lihat selengkapnya