Unremembered

Ririn Siti Rahmatillah
Chapter #8

Bagian Delapan

Sesuatu yang tidak pernah kuduga sebelumnya. Situasi yang terasa janggal dan tidak menyenangkan. Aku tidak merasa terintimidasi berada di hadapan gadis yang tidak aku sukai ini. Hanya saja aku merasa kesal menyadari bahwa diriku sendiri yang menyetujui pertemuan ini. Irina sepertinya memang gadis yang cukup populer, yah dengan wajahnya yang seperti itu ia cukup berpura-pura menjadi wanita yang ramah dan lemah sehingga mampu menarik simpati orang-orang di sekelilingnya. Aku membenci Irina bukan hanya karena Vavel, namun ia terlihat sangat palsu dihadapanku. Ia seakan membangun sendiri image gadis sempurna yang menyedihkan. Aku membenci senyumnya yang seolah ramah namun meremehkan, aku membenci suaranya yang dibuat sehalus mungkin namun sepertinya ia sedang berteriak-teriak di dalam hati.

Untuk orang yang tidak mengenal Irina aku memang terlalu menghakimi dia, namun aku tidak menyesali penilaianku karena saat ini ia tengah menunjukan sikap aslinya padaku. Rasanya aku ingin mecolok mata yang berbinar kala melihat Vavel namun menghina kala menatapku. Irina duduk di hadapanku dengan segelas smothies strawberry yang hanya ia mainkan dengan sedotan.

“Kenapa kamu memaksaku kesini?” tanyaku, berusaha untuk tenang.

Irina tidak langsung menanggapi pertanyaanku. Sepertinya ia bersikap seolah-olah ia tuli. Atau memang ia memang tuli? Ia mengabaikanku dengan menelusuri sekeliling caffe melalui matanya dengan sangat santai.

“Kamu yang tidak ingin aku ikut ke labolatorium pemeliharaan.”

“Bukan urusanmu.”

“Kenapa kayaknya kamu benci banget ngeliat aku? Padahal aku sama Vavel berteman baik lho,” seloroh Irina.

“Yang temen kamu kan Vavel, bukan aku.”

“Yang tau banget soal Vavel juga aku, bukan kamu,” ucap Irina, membalas perkataanku.

Aku benci jika setelah ini ia akan mengatakan hal-hal yang tidak aku ketahui mengenai Vavel. Aku benci mengakui fakta kalau ia lebih tahu mengenai Vavel dibandingkan dengan aku. Tidak ada pembelaan yang bisa kugunakan untuk hal ini.

“Tiara…”

Suara yang sangat tidak asing terasa menggetarkan rongga telingaku. Tiara? Vavel memanggilku Tiara di depan Irina. Sepertinya ia ingin menunjukan bahwa di antara kami memang tidak ada apa-apa pada Irina. Aku merasa terseudutkan sekarang.

“Kenapa kamu kesini? Sendirian?” tanyaku dengan suara yang tercekat.

“Iya aku kesini bantuin persiapan launcing,” lirih Vavel.

Vavel menghindari tatapanku. Jelas ia merasa bersalah menyembunyikan hal ini dariku. Mungkin ini memang urusanya, namun sikapnya yang seperti ini membuatku merasa terkhianati. Meskipun mereka berteman dekat, namun aku membenci semua ini. Aku menahan diri untuk tidak memastikan ekspresi Irina sekarang, mungkin saat ini ia tengah menunjukan wajah polosnya di hadapan Vavel untuk menutupi kebahagiaannya atas kemenangan di tanahnya sendiri.

“Oh… yaudah aku mau pergi dulu,” ujarku.

“Kemana ra? Aku anterin ya…”

Aku lebih suka jika Vavel membiarkanku pergi begitu saja. Aku belum menentukan sikapku untuk menghadapi Vavel setelah ini. Namun menolaknya akan membuat Irina merasa lebih menang lagi.

“Ke lab pemeliharaan, aku mau ketemu Arka.”

“Kamu jadi mau ngelanjutin penelitian Arka? Parameternya tinggal dikit kan,” tanya Vavel berusaha untuk bersikap biasa saja.

Siapa yang membuat alasan penelitian? Apa Arka yang membuat alasan konyol itu?

“Belum tau, aku belum ngambil SKS nya. Yaudah ayo…”

“Na, aku anterin Tiara dulu ya…” pamit Vavel pada Irina.

Aku enggan mengatakan apapun lagi pada Vavel sekarang. Vavel juga lebih banyak diam saat ini. Jarak menuju labolatorium pemeliharaan tidak terlalu jauh, hanya 10 menit perjalanan menggunakan motor. Waktu yang singkat untuk menganggap wajar keheningan diantara kami.

“Kalau udah selesai hubungi aku ya, nanti aku jemput,” ujar Vavel sesaat sebelum motornya berhenti.

“Cie tumbenan dianterin… udah bucin lagi ni ye…”

Aku tidak menyedari keberadaan Arka yang sepertinya sudah berdiri disana sejak tadi. Tepat di samping kanan Vavel memarkirkan motornya. Vavel tidak menanggapi ucapan Arka, bahkan ia tidak mematikan mesin motornya. Jelas sekali Vavel akan pergi sesaat setelah menurunkanku di sini.

Lihat selengkapnya