Malam ini seharusnya menjadi malam yang mengasyikan untuk para pasangan muda, sebab mereka bisa menghabiskan quality time bersama di malam minggu akhir pekan. Mungkin untuk sekedar keluar mencari makan, ngopi, berbincang membicarakan hari yang telah mereka lewati dan melepas rasa rindu. Namun, nampaknya malam ini berkebalikan oleh apa yang dirasakan Kayra, gadis berusia 21 tahun yang masih cukup polos.
Pasalnya, malam ini ia tidak tahu kemana arah kekasihnya akan membawanya. Selama melewati jalanan asing itu, selama itu pula gadis itu tidak berhenti bertanya pada kekasihnya kemana mereka akan pergi malam ini. Namun, jawaban sang kekasih malah membuatnya menjadi jengkel. Ia tidak memberitahu kemana mereka akan pergi, pria berusia 26 tahun itu hanya terus bilang akan memberikan gadisnya kejutan.
Saat telah tiba di sebuah komplek perumahan, hati Kayra menjadi berdebar panik, takut pikirannya ternyata benar. Kayra mengira Kekasihnya, Rama, akan membawanya ke rumahnya. Dan ternyata firasat itu dibenarkan saat Rama menghentikan sepeda motornya tepat di depan rumah berlantai dua itu. Rumah yang tentunya asing untuk Kayra.
"Nah, udah sampai deh." Ucap Rama saat melepas helm yang dipakainya.
"ini..." Kayra masih mematung duduk ditempatnya, memandangi rumah minimalis berlantai dua itu.
"Yuk turun, masuk." Ajak kekasihnya dengan senyum yang merekah.
"Kak, ini rumah siapa?" Tanya Kayra dengan perasaan panik.
Bagaimana tidak panik. Kayra benar-benar gadis polos yang baru saja mencoba memulai untuk menjalin hubungan dengan status pacaran. Rama bisa dibilang adalah pacar resmi pertama dari gadis itu. Dan tentu Kayra belum pernah ada pengalaman apapun tentang menjalin suatu hubungan, apalagi sampai harus datang ke rumah seorang pria. Perasaan Kayra tidak enak, ini tidak benar, Kayra belum mau bertemu keluarga Rama. Dia bahkan belum mempersiapkan apapun untuk hari ini.
"Rumah kakak, dek." Jawabnya santai.
Kakak dan adek. Begitulah panggilan akrab keduanya sejak pertama kali mereka saling mengenal. Hingga sudah hampir enam bulan lamanya menjalin hubungan ini, kata panggilan mesra kedunya tetap tidak berubah. Sebab Kayra masih canggung jika harus memanggil kekasihnya dengan sebutan sayang. Rama tahu bahwa dirinya adalah pacar pertamanya, dan diapun memahami perasaan gadisnya yang teramat polos itu. Rama tidak pernah mempermasalahkan sebuah kata panggilan sayang untuk dirinya, sebab panggilan kakak-adik juga sudah terdengar mersa untuknya.
Kayra semakin mematung mendengar jawaban Rama, tapi Rama mencoba membuyarkan pikiran kekasihnya dengan menggenggam lembut tangannya yang sedang memeluk helm yang sudah dilepasnya.
"Enggak apa-apa, yuk. Kakak cuma mau ngenalin kamu ke Ayah Bunda aja, habis itu kakak anter kamu pulang lagi kalau emang kamu enggak nyaman sama keluarga kakak."
Kayra menggeleng dan menolak tarikan tangan Rama. "Aku belum siap buat ketemu orang tua kakak. Kenapa kakak ngajak aku mendadak kayak gini sih?!" Kesalnya.
Rama tidak pernah menanggapi kekasihnya dengan emosi. Dia begitu sabar menghadapi gadisnya yang sedang merajuk. Dia selalu menjadi pria tersabar untuk Kayra dalam kondisi apapun. Selalu mau mengalah dan memahami mood Kayra yang dengan cepat bisa berubah.
"Cuma ketemu aja kok. Enggak ada aneh-aneh, dek." lagi, Rama meraih tangan Kayra lalu diusapnya lembut.