UNSOLVED CASE

Gemini QT
Chapter #1

Visum et Repertum

Setiap sudut jalan menyimpan cerita

Setiap gedung menampung rahasia, dan

Setiap manusia hidup di bawah bayang-bayang ketidakpastian.

Semuanya memiliki kisah untuk diceritakan. Di balik setiap takdir, ada benang-benang tak terlihat yang menghubungkan manusia satu dengan lainnya.

Mengingat tingkat kriminalitas cukup tinggi di dunia yang abu-abu ini, kasus pembunuhan selalu menjadi salah satu tindak kriminal yang menarik untuk disimak lebih lanjut. Terlebih lagi saat kematian korban menunjukkan sebuah ketidakwajaran.

Dalam menyelidiki kasus kematian, pada dasarnya perlu menemukan penyebab dan cara kematian dari korban yang bersangkutan. Hal ini bergantung pada banyaknya informasi yang akan di dapat, dari Tempat Kejadian Perkara (TKP) ataupun dari tubuh itu sendiri.

 

***

RS Taruna Negeri, Baktinusa.

Sesosok pria matang berkulit terang, dengan jubah putih yang menutupi tubuh atletisnya, melangkahkan kaki panjangnya menuju ruangan yang terletak di sudut rumah sakit, diikuti oleh anggota timnya.

Cahaya dingin neon yang menggantung di atas, menyoroti dinding-dinding putih steril di sekelilingnya. Ruangan beraroma formalin itu sudah dianggapnya sebagai tempat tinggal kedua, selain rumahnya sendiri. Aroma menyengat itu begitu menusuk indra penciuman setiap orang, membawa sensasi ketidaknyamanan yang menyesakkan. Terlebih ketika ada korban drowning yang terbaring diam, wanginya bisa tercium bahkan dari planet Mars sekalipun.

Malam yang panjang pun di mulai. Tim yang terdiri dari seorang ahli patologis berpengalaman, satu dokter magang dan asisten lainnya, berdiri mengelilingi meja autopsi yang di atasnya terbaring jasad pria dewasa—korban kecelakaan tunggal yang tidak berhasil diselamatkan oleh dokter emergensi beberapa waktu lalu. Dalam sedikit ketegangan, masing-masing dari mereka sudah mempersiapkan diri untuk tugas yang menanti di hadapan mereka.

Di tengah keheningan yang menyelimuti mereka, Arya Wiratama, ahli patologis berusia 30 tahun, mengambil langkah maju. Di kalangan rekan-rekannya, ia dikenal dengan panggilan Dr. Arya, tetapi teman-teman dekatnya sering memanggilnya 'Bang Arya'. Sejak awal kariernya, Arya dikenal sebagai sosok yang teliti dan penuh dedikasi. Ia memiliki kemampuan luar biasa untuk menggali informasi dari struktur biologi yang tidak biasa. Tatapannya terasa begitu intens, seolah-olah ia dapat menembus misteri yang terpendam di balik kulit dan daging berlumuran darah itu.

Lalu, pria tampan dengan rahang tegas dan tatapan tajam itu, menyampaikan analisanya terkait informasi yang ia dapat dari sebuah jasad di hadapannya. “Dari analisa awal, sepertinya ada lebih dari sekadar dampak fisik biasa di sini,” ujarnya dengan suara tenang namun penuh kepastian. Dia melangkah lebih dekat ke arah meja, memfokuskan perhatian pada bagian kepala korban, yang terlihat jelas mengalami cedera berat.

Sementara Fauzan, dokter magang yang berdiri di samping Arya, dengan penuh perhatian tangannya bergerak lincah mencatat setiap kata yang diucapkan seniornya. Kemudian, dengan kamera yang menggantung dilehernya, Fauzan mengarahkan lensa ke arah tubuh yang terbujur kaku itu, menangkap gambar, mendokumentasikan setiap tahap autopsi untuk keperluan laporan sebagai pendukung atas dasar pernyataan.

Lihat selengkapnya