UNSOLVED CASE

Gemini QT
Chapter #5

Peringatan

Suara mesin peralatan medis berdesir lembut di balik pintu-pintu rumah sakit. Dari kejauhan, tampak sesosok pria berkulit terang dengan matanya yang sipit, melangkah perlahan menghindari bayang-bayang malam yang belum sepenuhnya sirna.

Dalam hitungan menit, langkahnya mendekati seorang wanita yang terlihat sibuk, membenahi peralatan medis dan berinteraksi dengan pasien. Setelah menyapa, mereka terlibat dalam percakapan singkat tentang tugas masing-masing, tetapi kewaspadaan melanda, ketika seorang pria berjas putih lainnya mengamati mereka dari sudut ruangan.

Setelah beberapa saat, Gilang merasa perlu mendatangi David, yang sedang istirahat di dalam ruangannya. Ia berjalan pelan-pelan menghampiri seniornya. Garis lelah menghiasi wajah David, matanya yang terlihat berat, berusaha tetap terjaga dengan segelas kopi yang sudah semakin menipis. Gilang tau betul betapa berat tanggung jawab yang dipikul David. Sebagai dokter spesialis emergensi, David memang selalu menyediakan kopi di dalam kulkas yang ada di ruangannya.

“Bang,” panggil Gilang lembut, mencoba membangkitkan kesadaran David. “Bangun, kita perlu bicara," lanjutnya, memberitahu tentang informasi yang baru saja ia dengar.

David membuka matanya perlahan, tatapannya mengisyaratkan kebingungan dan ketidakpastian, menatap Gilang dengan tatapan yang membuatnya seakan lupa bahwa ia baru saja terbangun dari mimpi buruk. “Apa yang terjadi?” tanyanya dengan suara serak.

Gilang menarik kursi agar lebih dekat. “Jo sedang menangani pasien gagal ginjal," ia menatap David serius, mengatur nada suaranya agar terdengar tenang. "Tadi, aku mendengar sedikit pembicaraannya dengan perawat. Dia memerintahkan perawat itu untuk mencampurkan zat Kalium ke dalam racikan obat pasiennya.”

Aliran darah David seolah terhenti sejenak, jantungnya berdebar. David terkejut mendengar informasi itu. “Apa?! Itu bahaya!” Suaranya mulai meninggi, kecemasan melintas di wajahnya. “Kalium tinggi bisa menyebabkan serangan jantung!”

Gilang mengangguk, wajahnya menunjukkan persepsi yang sama. “Aku juga bingung. Mungkin ada kesalahan komunikasi disini, atau mungkin Jo tidak menyadari risiko yang ada?” katanya terlihat bingung. "Aku rasa ada yang tidak beres," lanjutnya.

David berusaha mengendalikan ketegangan. “Kita perlu menyelidiki ini lebih dalam.”

Ketegangan kembali terasa, ketika waktu istirahat tiba. David menghampiri rekan seusianya, Arya, yang sedang duduk santai di kantin rumah sakit. Dengan nada serius, David mulai menceritakan kecurigaannya tentang Evan, dan Jo, anak magangnya. Pun, disertai dengan kesaksian Gilang. Arya mendengarkan dengan seksama, sembari menikmati makan siangnya, terlihat bagaimana ketegangan di wajahnya itu semakin menebal.

"Aku juga menemukan sesuatu yang mencurigakan," ujar Arya. "Hasil lab dari beberapa korban ternyata menunjukkan adanya kadar Kalium yang sangat tinggi di dalam darahnya. Ini bisa jadi berkaitan dengan obat yang mereka konsumsi," jelasnya.

Mata David dan Gilang saling bertemu, kesadaran akan keseriusan situasi ini membuat dada mereka berdegup kencang. “Jika benar, kita harus bertindak cepat,” ujar David, merasa gelisah dengan kesimpulan yang ada di depan mereka.

Kemudian, mereka sepakat untuk menyelidiki lebih lanjut, tanpa menimbulkan kepanikan pada rekan-rekan mereka yang lain.

Hari berlalu begitu cepat. Arya tidak bisa memadamkan rasa ingin taunya, wajahnya dipenuhi kerutan pertanyaan yang terus mengganggu benaknya. Di malam hari, ketika semua orang terlelap, ia menghabiskan waktu meneliti lebih banyak tentang penyakit dan kemungkinan-kemungkinan lainnya yang berkaitan dengan hilangnya organ. Di dalam kegelapan kamarnya, hanya cahaya lampu meja yang mendampingi. Dengan hati-hati, ia membuka lemari tua milik mendiang ayahnya. Dalam suasana sunyi, ia menemukan tumpukan buku-buku kuno yang sarat debu. Mata Arya berbinar, ketika melihat judul-judul yang menggugah minat, tentang praktik medis dan sejarahnya, serta berita-berita mengenai kasus-kasus pencurian organ yang tercatat dalam lembaran tersebut.

Dengan penuh ketekunan, Arya mulai membaca buku-buku itu. Ia mencatat setiap informasi penting yang ditemukannya, pola-pola dalam praktik-praktik tidak etis di masa lalu. Tak jarang ia terhenti, membayangkan betapa banyak orang yang telah menjadi korban kegilaan dan keserakahan manusia. Semakin dalam ia menggali, semakin mengeras tekadnya untuk mengetahui lebih jauh tentang situasi di kota yang ia tinggali saat ini.

Buku demi buku mengalirkan informasi, menuntun Arya pada situs internet yang membahas kasus-kasus kriminal terkini. Artikel-artikel itu bukan hanya menyuguhkan data-data dan statistik, tapi juga kisah nyata dari orang-orang yang kehilangan bagian terpenting dari tubuh mereka dalam sebuah skenario gelap. Arya merasa hatinya berdebar setiap kali ia menemukan nama tempat dan orang-orang yang mungkin terlibat dalam jaringan tersebut.

 

***

1 minggu kemudian.

Pagi hari itu terimbas oleh berita yang menggetarkan. Seorang pria berumur 40 tahun, ditemukan tewas mengenaskan di kebun samping rumahnya. Tubuhnya tercabik-cabik, organ dalamnya berantakan, menciptakan pemandangan yang tak akan pernah dilupakan oleh mereka yang menemukan jasadnya. Masyarakat sekitar berkerumun, wajah mereka pucat, sementara suasana di lokasi kejadian dipenuhi dengan ketakutan.

Salah satu saksi mata melaporkan, ia melihat anjing besar berkeliaran di sekitar tempat kejadian, tampak sedang memakan sisa-sisa daging. Namun, saksi tak bisa memastikan apakah anjing tersebut memang pemicu tragedi itu atau hanya sebuah kebetulan.

Dalam situasi yang belum pernah terjadi sebelumnya, pihak berwenang memutuskan untuk menyelidiki lebih lanjut, dan sementara mereka menyimpulkan bahwa kemungkinan besar kematian korban disebabkan oleh serangan binatang buas.

Kasus kali ini melibatkan Fero, yang merupakan dokter spesialis hewan di rumah sakit Taruna Negeri. Ia mengambil tugas ini dengan hati-hati, berusaha mencari tau apa yang sebenarnya terjadi. Namun, setelah mendampingi proses autopsi yang dilakukan oleh rekannya, Arya dan Fauzan. Tak ada sisa organ dalam yang seharusnya ada, jika benar-benar terjadi serangan binatang buas. Bagian tubuh lainnya terlihat utuh, dan dari hasil analisis Fero, daging yang dimakan oleh anjing di sekitar lokasi adalah daging sapi, bukan manusia. Juga, anjing besar itu tidak menunjukkan tanda-tanda penyerangan.

Lihat selengkapnya